Pisah ranjang

979 104 13
                                    

Sana terbangun kaget. Ia memelototi jarum jam alarm lalu beralih meneliti rupanya yang masih mengenakan payama. "Mati gue!" Ujarnya seraya menggeser selimut yang masih menutupi setengah badannya.

Seseorang disampingnya menarik lengan Sana membuat ia kembali terbaring. "Mau kemana Lo?"

"Mandi. Gue telat!"

Dahyun merangkul Sana lalu mengecup puncak kepalanya. "Libur sayang!"

"Libur?"

"Mm"

"Oiya." Sana tersenyum lebar. "Gue lupa!"

"Gakpapa lupa sama hari libur. Yang penting gak lupa ama gue!"

Sana menjepit hidung Dahyun dengan jarinya membuat Sang kekasih meringis kesakitan. "Sok gombal Lo!"

Dahyun kembali mengecup puncak kepala Sana lalu memeluknya erat-erat. Sepertinya Dahyun begitu menikmati masa pacaran mereka. Dari raut wajah Dahyun ia tampak begitu nyaman berada didekat Sana begitupun sebaliknya. Meskipun kedua insan itu kadang bertindak suka gak jelas tapi dalam beberapa keadaan tertentu mereka saling mengekspreksikan perasaan masing-masing.

"Dub?"

"Mm"

"Kita kan udah pacaran sekarang, berarti kita udah bisa_"

"Eh, jalan yuk!" Dahyun menyergah ucapan Sana. Seolah memiliki indra ketujuh, Dahyun sepertinya tau kelanjutan dari ucapan Sana. Ia pun pura-pura mengalihkan alur pembicaraan.

Tapi Sana juga tak mau kalah. Ia juga sepertinya bisa menerawang isi kepala Dahyun. Sana tau kalau Dahyun sedang mengalihkan pembicaraan. Ia menarik rahang Dahyun lalu mendekatkan wajah mereka sedekat mungkin. Sana mulai memiringkan kepalanya sembari menatap bibir Dahyun. Namun hanya berselang beberapa detik, Sana kembali menarik diri. "Tunggu. Kok gue yang mulai sih?"

Dahyun membeo.

"Uhuuk..uhukk!" Sana pura-pura batuk seraya membuang muka.

Lagi-lagi tubuh Dahyun bergetar tak karuan. Meskipun dengan rasa gugup, kali ini Dahyun berusaha memberanikan diri. Ia mengulurkan tangannya lalu menarik lengan Sana. "Na."

Sana menoleh. "mm?"

"Gue_" Dahyun sekilas menoleh kearah meja. "Hp Lo bergetar!" Dahyun sedikit memonyongkan bibirnya menunjuk hp milik Sana.

Dari raut wajah Dahyun, sepertinya bukan itu maksudnya. Ia bermaksud mengatakan lain tapi terhalang saat melihat getaran hp milik Sana.

Sana berjalan sepoyongan lalu mengangkat panggilan telpon dihpnya. "Hmm?"

"Sayang. Kau dimana? Apa kau baik-baik saja?"

"Aku dirumah Dubu Ma." Sana memberi jeda. "I'm fine"

"Baguslah. Oiya, bentar sore mama tiba di airport."

"Mama udah mau balik hari ini?" Nada suara Sana agak melengking.

Dahyun yang sementara mendengar percakapan itu diam membatu. Ia menelan ludah lalu beralih menatap dinding. "Yah, belum juga gue apa-apain. Udah main balik aja!" Bisik Dahyun pelan.

"Iya sayang. Sama papa juga"

"Sama papa?" Suara Sana makin meninggi.

"Iya. kamu kok kaget gitu sih? Kenapa, gak senang mama sama papa pulang?"

"Ya senanglah Ma!" Sana sedikit meringis.

"Yaudah sampai ketemu bentar sore. Daa sayang!"

Sofia dan John Minatozaki pulang? Yah, Sana balik ke habitatnya lagi dong. Dirumahnya! Apa mau dikata, pasangan yang baru jadian bakal pisah ranjang. Dahyun pun mulai merenungi nasib. "Sial" Batinya kesal.

Sana beralih menatap Dahyun lalu mengikuti arah tatapan Dahyun yang terlihat kosong dan tidak bertenaga. Iapun tersenyum simpul lalu beranjak mendekati Sang pacar. Ia merangkul kepala Dahyun sembari mencubit pipinya. "Yah gue balik rumah deh!"

"Hah?" Dahyun menoleh. "Ya bagus. Kan lebih aman tinggal sama nyokap bokap Lo. Kalo tinggal sama gue, Lo kebiasaan keluyuran. Pulang sampe kemaleman." Sekali lagi Dahyun pura-pura tidak mempersoalkan kepulangan Sana kerumahnya.

____

WWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang