Kecupan di Apartement

920 107 24
                                    

Setiap kali melihat Sana, moodnya selalu terganggu. Dahyun merenung. "Hah. Ngapain gue juga mikirin dia! Mending gue jalan"

Dahyun pun memutuskan untuk pergi kesuatu tempat. Ia mengambil hp lalu menghubungi seseorang yang barusan terlintas dalam pikirannya.

*tut..tutt*

"Yun?"

"Ya, ini siapa?"

"Gue!"

"Dahyun?" Tebak Yuna setelah mengenali suara itu.

Dahyun sedikit tertawa. "Mm!"

"Eh Elo. Tumben nelfon?"

"Yah, gue kepikiran aja pengen nelfon lo. Lagi garing soalnya" Dahyun memberi jeda. "Lo dimana?"

"Iya sama, gue juga lagi bete banget nih." Keluh Yuna. "Ketemu yuk, ngobrol-ngobrol!"

Dahyun tersenyum simpul. "Boleh. Ketemu dimana?"

"Gimana kalo di apartement gue aja?" Yuna memberi jeda. "Ntar gue tunjukin lo sesuatu!"

"Yaudah. Share location!"

"Mmm!"

Dua insan yang baru dua hari saling kenal itu terlihat mulai akrab. Ditengah-tengah kegalauan, Gadis yang bernama Yuna hadir sebagai pengobat kepenenatan bagi Dahyun.

Sesampainya diapartement, Mata Dahyun sedikit terbelalak. Ia berdiri dipintu yang bernomorkan 293. Ia menelan ludah sambil mengingat kembali satu moment yang tak terlupakan. Moment dimana ia mengecup wajah seseorang yang sampai sekarang sulit untuk dilupakan.

Hatinya mendadak sesak. Bahkan untuk menghela nafas saja terasa sulit baginya. Ia menutup mata sembari membayangkan Si pemilik wajah itu.

"Dahyun?" Suara Yuna membuayarkan lamunan Dahyun. "Baru aja gue mau nelfon lo."

"Hah?" Dahyun memutar bola matanya searah dengan kesadarannya. "Oh itu, gue cuma mastiin ini beneran apartement lo. Kali aja kan gue salah pintu!" Dahyun beralasan.

Yuna sedikit terkekeh. "Yaudah masuk!"

Didalam Sana, Dahyun melirik-lirik setiap sudut ruangan. Ia kagum, semuanya tertata rapih.

"Apartemen lo bagus. Gue suka!" Puji Dahyun. "Eh, tadi lo ngomong mau nunjukin sesuatu. Mau nunjukin apa emang?"

Gadis tinggi dan berkulit putih itu tak langsung menjawab. Sambil tersenyum, ia menarik tangan Dahyun menuju sebuah ruangan yang berukuran mini.

"Wah, bagus banget!" Ungkap Dahyun terpukau. "Ini lo yang buat?"

Yuna ngangguk-ngangguk sembari merapihkan beberapa tatanan yang sedikit miring.

"Udah cantik, bertalenta lagi!" Puji Dahyun sekali lagi. Ia benar-benar terpukau melihat berbagai lukisan indah dikala itu.

Pipi Yuna sempat memerah. Ia sedikit gugup karena mendapat pujian dari Dahyun.

"Boleh gak lukis sesuatu buat gue?"

"Boleh, kenapa tidak. Lo mau gue lukis sesuatu yang kayak gimana?" Tanya Yuna serius.

"Mm. Sesuatu yang berartikan perasaan sayang." Dahyun memberi jeda. "Tapi lukisnya dihati gue. Bisa gak?"

Si Dahyun kok jadi kegatelan gini sama cewek? Alay banget!

"Bisa aja lo!" Yuna tertawa lepas. Ia tak menyangka ternyata Dahyun orang yang begitu lucu dan penuh dengan kegombalan.

Dahyun menghabiskan waktu berjam-jam di apartemen Yuna. Mereka bercerita banyak hal, mulai dari kehidupan masing-masing hingga peristiwa-peristiwa konyol yang pernah mereka alami. Tak hanya itu, mereka juga sempat menonton film bergenre romantis sambil menikmati beberapa botol Wine dan Wiski.

"Bego banget tuh cewek!" Dahyun berkomentar soal film yang barusan mereka tonton. Nada suaranya kedengaran mulai acak-acakan.

Yuna yang masih dalam keadaan sadar tampak mulai kebingungan melihat tingkah Dahyun. Ia tau bahwa sekarang Dahyun sudah kehilangan kesadaran.

"Dahyun udah. Ntar lo makin mabuk!" Ungkap Yuna cemas.

Dahyun tertawa polos. Sayu-sayu ia menatap Yuna lekat. "Hah, Cium?" Dahyun merenung sejenak sembari menghitung jarinya. "Oiya, masih dua ratus tujuh kali ya?"

Yuna tertegun.

Dahyun benar-benar sudah kehilangan kesadaran.

"Tuh kan.. mabuk berat!" Keluh Yuna. "Lah, terus gimana dia pulang nanti? Masa gue yang nganterin. Gue kan gak tau rumahnya!?"

Sementara Yuna tengah sibuk memikirkan kepulangan Dahyun. Detik itu juga, Dahyun langsung mendaratkan kecupan dibibir Yuna. Jangan tanya kenapa. Tentu saja Dahyun sedang membayangkan moment kecupan dikala itu.

Yuna pun refleks mendorong Dahyun hingga ia terbaring pingsan diatas sofa. Ia menyentuh bibirnya sembari menatap Dahyun lekat. Ia membeku untuk waktu yang lama. Hatinya berdegub kencang.

"Akhh, mikirin apa sih gue. Orang dia lagi gak sadar juga!" Yuna kembali menyadarkan lamunannya. "Gimana gue nganterin ni anak ya?" Ia bergeming sejenak.

Selang beberapa menit, satu idepun terlintas dibenaknya. Ia mengecek hp Dahyun hendak melihat kontak teman atau orang tua Dahyun yang bisa ia hubungi untuk menanyakan alamat rumah Dahyun.

Didaftar panggilan keluar, tertera nama *Ular❤*
Itu salah satu panggilan yang sering dihubungi Dahyun.

"Ini pasti temannya!" Tanpa berpikir panjang, Yuna pun langsung menghubunginya.

Disisi berlawanan, Sana kaget melihat panggilan telfon itu. Jujur saja, perasaannya bercampur aduk antara heran dan senang. Ia merenung sejenak sambil mencoba menghilangkan rasa gengsinya.

"Mm?" Sana menjawabnya dengan bergumam.

"Hallo?" Sahut Yuna dengan nada sopan. "Apa ini teman Dahyun?"

Mendengar suara asing itu, Sana tertegun.

"Hallo?"

"Hah? Ini ss....si..siapa?" Sana gugup setengah mati.

"Gue teman Dahyun, Maaf mengganggu!" Sahut Yuna kaku.

Sana menelan ludah. "Oh iya. Ada apa ya?"

"Em, ini... Gue mau nanya alamat rumah Dahyun. Gue mau nganterin dia pulang soalnya, tapi gue gak tau rumahnya dimana!"

"Nganterin dia pulang?" Nada suara Sana agak meninggi.

"Iya dia ketempat gue, terus....." Yuna memberi jeda. "Dia mabuk!" Ucap Yuna hati-hati.

"Ma...mma..mabuk?" Ucap Sana gugup disertai nada yang melengking tinggi.

Saat mendengar ungkapan gadis itu, tentu saja hati Sana mendadak sakit. Bahkan lebih sakit dari yang kemarin. Ia membisu lalu mulai meremas hpnya kuat-kuat.

"Dub, Lo...!" Batin Sana kehabisan kata-kata.

______

WWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang