Situasi yang berbeda

845 104 18
                                    

Setelah memberitahukan alamat rumah Dahyun, Sana merebahkan tubuhnya diatas kasur. Ia merenung sambil menutup mata. Ia tak habis pikir melihat dan mendengar sikap Dahyun yang benar-benar berubah. Hal-hal yang sebelumnya tidak pernah dilakukan oleh Dahyun, sekarang nampak dalam kehidupannya.

"Gue menghindar biar lo bisa ngehargain perasaan orang, bukannya buat diri lo tersiksa kayak gini Dub!" Batin Sana mulai mempersoalkan kehidupan Dahyun sekarang. "Gue harus gimana biar gue tenang dan gak mikirin lo?!" Keluhnya.

Malam itu, Sana gelisah. Sesekali ia berjalan mondar-mandir. Berbaring dikasur, berpindah disofa, dan mengecek keadaan diluar sambil memerhatikan arah jarum jam.

Dari kamar Sana, ia memperhatikan rumah kediaman Dahyun yang belum juga ada tanda-tanda kepulangan Dahyun. "Kok mereka gak nongol-nongol ya?"

Berselang satu jam ia menunggu, akhirnya ia melihat kedatangan mobil yang memasuki gerbang rumah Dahyun. Tentu saja itu mobil asing yang belum pernah ia lihat sebelumnya.

Ia menunggu sambil memperhatikan dengan seksama pergerakan mobil itu berhenti. Persis seperti yang sudah dikatakan gadis itu sewaktu ditelpon tadi, Dahyun mabuk. Sana melihatnya dengan jelas. Gadis tinggi itu merangkul Dahyun yang berjalan sepoyongan dan mengantarnya masuk kedalam rumah.

Sana bahkan tak berkedip sedikitpun saat melihat adegan itu. "Dub, dia siapa? apa secepat itu lo ngelupain gue terus deket ama cewek lain?" Keluhnya lagi.

Apa ini bagian dari cemburu?
Ya. Tentu saja. Sekarang bukan cuma Dahyun yang tau rasanya cemburu itu gimana, tapi Sana juga. Kehidupan memang selalu impas bukan?

**

Keesokan harinya,

Taehyung menjemput Sana berbarengan pergi kekampus. Hati Sofia dan John benar-benar senang melihat kedekatan mereka. Yah, meskipun Taehyung belum mengungkapkan soal perasaannya tapi dengan adanya kedekatan ini, tidak menutup kemungkinan Taehyung bisa meluluhkan hati Sana lewat perhatian dan kasih sayang yang ia tunjukkan.

Dalam perjalanan menuju kekampus, Taehyung merasa ada yang aneh dengan Sana. Ia hanya berdiam diri dan melamun.

"Apa aja schedule lo hari ini?" Tanya Taehyung basa-basi.

"Marketing sama Finance!" Sahut Sana datar.

"Lo kenapa? Kayak gak semangat gitu, lo sakit!?"

Sana diam. Bukannya tidak mendengar, tapi ia malas untuk mengutarakan penjelasan perihal moodnya hari ini. Melihat sikap acuh Sana, Taehyung pun memberanikan diri menggenggam tangan Sana. "Kalo lo punya masalah, ngomong ke gue. Barangkali gue bisa bantu!" Ujar Taehyung dengan nada lembut.

Sana sedikit kaget melihat tangan Taehyung. Iapun beralih menatapnya disela-sela dosen muda itu tengah menyetir. "Tae, gue mau nanya sesuatu boleh?"

"Ya boleh lah" Taehyung memberi jeda. "Nanya apa emang?"

"Pernah gak lo ngerasain cemburu?" Tanya Sana hati-hati.

Taehyung bergeming sejenak lalu menatap gadis yang ada disampingnya itu sambil mengulum senyum. "Pernah. Bahkan hampir tiap hari!" Ungkap Taehyung jujur.

Sana menelan ludah.

"ttt...ti..tiap hari?" Nada suara Sana agak kaku.

"Iya, tiap hari. Liatin lo digangguin cowok-cowok, menyibukkan diri dengan teman-teman lo tanpa merhatiin gue sama sekali, ya gue cemburulah" Taehyung benar-benar spontan mengatakannya.

Sana menelan ludah lagi lalu memalingkan wajah menyampingi Taehyung. "Ee...elo kenapa ng..ng..ngomongnya asal gitu." Sana setengah gugup.

Taehyung terkekeh sembari menggenggam tangan Sana lebih erat. "Gue gak ngomong asal Na. Gue ngomong apa adanya kok!"

"Lah terus,,, lo gak tersiksa gitu? Tiap hari cemburu...," Sana memberi jeda. "liatin gue deket sama orang lain" Ia sedikit berbisik takut salah dalam pengucapan.

"Yah, namanya perasaan cemburu tetep nusuk sampe kehati-lah. Tapi,," Taehyung merenung sejenak. "Gue bisa apa? Perasaan bukan cuma menyangkut kecemburuan, tapi harus pengertian juga. Karena gue sadar, kalo gue hanya fokus pada kecemburuan perasaan sayang gue ke lo itu, lambat laun akan hilang. DAN GUE GAK MAU ITU TERJADI!"

Mendengar ungkapan Taehyung, hati Sana benar-benar terpukul. "Dub, Kenapa harus orang lain yang berpikir seperti ini? KENAPA BUKAN LO?" Batin Sana mulai membedakan.

______

WWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang