Ahli dalam segala hal

1K 109 16
                                    

Seperti biasa Dahyun selalu merasa bosan ketika sedang mengikuti jam matakuliah Sapri Jeremy. Dosen botak yang terkenal killer sejagat kampus. Setiap kali rasa bosan melanda Dahyun, ia akan mengunyah coklat. Kalau coklatnya habis, dia akan tertidur. Dan kali ini jam matakuliah masih sementara berlangsung, persediaan coklatnya habis.

Dahyun tertidur....

Samar-samar ia mendengar suara langkah kaki. Seseorang memeluknya dari belakang. Ia melingkarkan tangannya dipinggang Dahyun. Dahyun tersenyum. Pastilah ia bisa menebak pemilik tangan halus itu.

"Sayang" Sana menyandarkan dagunya tepat dibahu Dahyun.

"Mm" Dahyun berbalik menghadap sang pacar.

"Gue kangen banget"

"Gue juga Na"

Ini Mimpi....

Dahyun menangkup tengkuk leher Sana lalu mendaratkan bibirnya. Ia mengecup bibir soft milik Sana sekilas. "Na, Lo milik gue." Bisik Dahyun pelan.

Sana mengangguk.

Dahyun mulai melumat bibir Sana diiringi dengan hembusan nafas yang kian lama kian memburu.

Sekali lagi ini mimpi....

Dahyun terus melumatnya. Bertukar saliva dan menciptakan suara decakan yang makin lama makin menggema. Tangan Dahyun mulai mengelus bahu mulus milik Sana. Menuruni lengannya hingga mengenggam erat tangan Sana. Dahyun yang masih sibuk melumat bibir Sana tiba-tiba merasakan adanya keanehan dengan tangan Sana.

"Tangannya kok kasar gini?" Batin Dahyun menyadari.

Penasaran dengan tangan kasar itu, Dahyun pun membuka matanya dan menatap tangan itu lekat.

"Aaaa" Dahyun tersentak kaget sambil berteriak.

Sorot mata kilat sedang memelototinya. Raut wajah orang yang berdiri didepannya itu geram. "Keenakan mimpi ya?" Sapri menebak.

Dahyun tertangkap basah oleh sang dosen. "ihh, botak bangkai..Ganguin orang pacaran" Batin Dahyun.

"Eh bapak." Dahyun tersenyum paksa.

"Dari pada bobo tiap masuk kelas bapak, mending drop out. Kan bisa kontrak lagi semester depan!?" Tawar Sapri lembut.

"Ah bapak. Semester ini aja udah capek liatin bapak masa ketemu lagi semester depan? Emang bapak gak capek liatin aku dikelas ini?" Bantah Dahyun sopan.

"Ini ya pak, dari pada kita ketemu lagi semester depan mending kita segera akhiri pertemuan kita semester ini. Kan semester ini bentar lagi berakhir, daripada kita ketemu lagi, ya kan? Ntar kalo ketemu lagi semeter depan malah aku yang kawatir. Yah, aku kasian aja kalo bapak emosian terus liatin aku" Dahyun mulai memberi saran.

Ini yang berperan sebagai Dosen siapa? yang berperan sebagai mahasiswa siapa? Lancang sekali Dahyun memberi saran yang isinya mengandung sindiran halus. Kalo soal bantah-bantahan Dahyun memang ahlinya.

"Oke...oke...oke!" Sapri menghembuskan nafas panjang. "Mari kita segera akhiri pertemuan kita semester ini. Saya juga udah capek lihatin kamu dikelas" Sapri dengan seluruh kekuatan dan kesabarannya mengiyakan saran dari Dahyun.

"Nah gitu pak. Kan mantep jadinya!" Dahyun mengelus tangan Sang dosen lagi dengan segala keterpaksaan. Itu bagian dari tanda perdamaian.

Dari raut wajah Sang dosen, seolah terlukis jelas kata-kata sumpah serapahan yang berkalimatkan "Persetan dengan mahasiswa ini"

**

Jam matakuliah dosen killer selesai. Dahyun keluar kelas seraya merenggangkan otot-ototnya.

"Ctu...ctu...ctu!" Jeong bersuara sambil geleng-geleng. "Gila Lo!"

"Apaan Lo ngatain gue!"

"Gue kalo jadi Sapri, udah gue cekik leher Lo!" Ungkap Jeong.

"Kalo gue yang jadi Sapri, udah gue tampar wajah berdosa lo itu" Sambung Chaeng.

Dahyun berhenti sembari menghitung jari. "Udah yah cukup. Satu Sapri aja udah bikin gue kayak dineraka apalagi kalo Saprinya jadi tiga orang, tambah Lo berdua. Mau jadi apa kampus ini?" Bantahan Dahyun memang selalu membangkitkan emosi yang mendalam. Bukan hanya kepada sang dosen, kedua temannya saja sampai kehilangan akal menghadapi mahkluk gila ini.

"Cabut yuk Chaeng. Asam urat gue kayak pindah kesaraf kepala!"

"Iya gue juga. Asma gue kayak udah gak diparu-paru lagi tapi pindah kejantung gue!"

Dahyun menarik nafas panjang. "Kasian!" Ia menatap mereka penuh haru. "Ntar gue bantuin deh cari sumbangan dana sehat buat lo berdua." Cibir Dahyun seraya mengelus pundak kedua sahabatnya itu.

Jeong dan Chaeng menahan nafas.

"Gue duluan ya." Dahyun berjalan ditengah-tengah mereka. "Get well son"

Sekali lagi Dahyun manusia keramat yang hidup diabad ini. Hanya orang sabarlah yang mampu menghadapi sikapnya itu.

Jeong dan Chaeng serasa ingin menitihkan airmata kesabaran. Dua orang ini benar-benar sudah terlatih batinya setiap kali beradu mulut dengan Dahyun. Mereka selalu mengakui kekalahan mereka.

Seseorang menepuk bahu kedua sahabat Dahyun. "Kalian liat Dahyun gak?" Tanya Sana.

Serentak mereka menunjuk kearah depan koridor dengan ekspresi datar.

"Lo berdua kenapa, kok aneh gitu?"

Serentak lagi mereka berdua geleng-geleng kayak robot.

Sana menatapnya geli bercampur rasa takut.
"Yaudah. Makasih ya!" Ujar Sana sopan.

Untuk yang kesekian kalinya, Jeong dan Chaeng menganggukan kepala secara bersamaan. Kasihan sekali anak orang. Mereka seperti sedang mengalami kelumpuhan otak dan saraf-saraf.

___

WWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang