Alasan

2.3K 173 4
                                    

Dahyun berbaring dikursi sofa. Seperti kebiasaannya dihari libur, memasang earphone lalu mendengarkan playlist lagu kesukaannya.

*Suara ketukan pintu*

Samar-samar Dahyun mendengarkan suara ketukan pintu itu namun ia tak menggubris sedikitpun. Ia hanya sibuk mengunyah permen coklat sembari fokus membaca novel berjudul Aleph.

"Dub?"

Dahyun pura-pura tak mendengar.

"DUBUUUUU?" Teriakkan dari luar mulai merusak mood Dahyun.

"Ihh nyebelin banget sih tu orang" Gumamnya dalam hati. "Iyaya. Masuk!" Teriak Dahyun asal tanpa berpindah posisi.

"Astaga!!!" Ucap Sana kaget setelah meneliti setiap sudut kamar Dahyun yang sangat berantakan. Sampah plastik cemilan dan kaleng minuman soda yang sudah bertebaran dimana-mana.

"Eh elo!" Sambut Dahyun.

"Heh lo masih manusia kan?" Sana mendekati Dahyun dekat sofa sambil geleng-geleng.

"Lo ngomong sama gue?"

"Gak Dub, sama wayang!"

"Oh" Sahut Dahyun singkat. Ingin sekali Sana membela kepala Dahyun saat itu juga. Mahkluk yang ada didepannya ini benar-benar sudah memupuk kemalasannya sesubur mungkin. "Tuhan tolong ambil nyawa orang ini segera!"

"Eh Lo dateng-dateng nyumpahin gue mati?" Dahyun melepas setengah earphone lalu beralih menatap Sana.

"Kalo hidup lo kayak gini terus, ntar lo lumutan tau gak!" Sana kembali berceramah memperingatkan Dahyun yang super malas itu.

Dahyun memang memiliki sifat alami pemalas dan tidak menyukai hal-hal yang melelahkan. Kalau diukur dari segi moodnya yang lagi bagus, ia hanya membersihkan kamarnya dua atau tiga kali dalam sebulan. Selebihnya itu, dilakukan oleh pembantunya.

Sana sudah sempat beberapa kali membersihkan kamar Dahyun jika ia kebetulan mampir kerumahnya. Dan hal itu sudah dianggap biasa oleh Dahyun, karena baginya, ia sudah mengenal Sana sejak masih SMP jadi ia sudah tahu betul sifat Sana yang suka membantu tampa pamrih.

Sana mulai mengumpulkan sampah-sampah yang berserakan itu sambil memasang wajah datar. "Kerjaan lo gitu-gitu aja dari dulu. Gak bosen lo?

"Gak"

"Dub, Lo itu kalo waktu weekend, nge-gym kek, jogging, atau buat hal-hal yang bermanfaat gitu!" Sana masih melangsungkan sesi ceramahnya membuat lagu yang didengarkan Dahyun terasa fals. "Atau gak_"

"Heh, lo kalo dateng cuma buat ngedongeng, mending pulang!" Dahyun memotong ucapan Sana sambil menutup buku novelnya kasar.

Sana menyerah. Ia menarik nafas panjang dan kembali mengumpulkan sobekan-sobekan plastik cemilan dibawah kolong meja.

"Lo udah makan?" Kali ini Sana beralih ke pembicaraan lain.

"Belom"

"Mau makan ramyun gak? nanti gue buatin deh!" Tawar Sana setelah selesai merapihkan beberapa barang milik Dahyun yang berantakan.

"Hmm" Dahyun bergumam.

~~

Sana menghidangkan Ramyun dimeja belajar Dahyun. Gadis berhati dingin itu kemudian mengambil mangkok itu dan mulai melahapnya. "Untung aja gue sabar ngadepin Lo" Batin Sana.

"Makasih"

"Jangan bilang Lo emang udah kelaparan dari tadi, tapi males gerak!" Sana kambali mempersoalkan kemalasan Dahyun.

"Udah Gak usah bahas-bahas kemalasan gue. Ntar lo capek!" Sahut Dahyun.

Apa mau dikata, Sana kembali menyerah. Percuma membantah manusia yang ada didepannya itu.

"Eh San, kemarin kenapa Lo sama teman-teman Lo ketawa-ketawa gitu? Ngetawain gue ya?" Entah angin apa yang masuk dikepala Dahyun sampai-sampai ia mendadak kepo.

"Eh, sejak kapan Lo jadi kepo?" Sindir Sana.

Mata Dahyun membulat. Ia mungkin tersadar akan ucapannya yang benar-benar berlawanan dengan jati dirinya. "Yah dosa. Bego!" Batin Dahyun mengeluh.

"Hah? nggak!" Dahyun kembali berpura-pura acuh. Anggap saja ia sendang melakukan pembersihkan image agar kesalahpahaman itu tidak berlanjut. "Eh, besok kita jadi pemilihan BEM kan?" Benar kan. Dahyun mengalihkan pembicaraan lain.

"Katanya sih gitu. Kenapa emang, Lo gak mo ngampus!"

Dahyun berhura-ria dalam hati. Imagenya terselamatkan. "Yah Lo tau kebiasaan gue kan?!" Jawab Dahyun asal.

"Hmm coba ah!" Ucap Sana.

"Coba apaan?"

"Coba ikutan kebiasaan Lo, gak ngampus pas pemilihan BEM!" Kali ini Sana mencoba mengikuti salah satu kebiasaan buruk Dahyun.

"Serah Lo kali"

"Yaudah. Gue tidur dirumah Lo ya" Tawar Sana.

Dahyun tersedak seketika itu juga saat. Ia kemudian meraba jidat Sana hendak memastikan kewarasan Sana yang sepertinya agak terganggu.

"Na, Lo sehat?"

"Kok nanya sehat sih?"

"Lah, apa hubungannya coba Lo gak ngampus besok trus Lo mau tidur dirumah gue. Ogah ya!" Bantah Dahyun.

"Kenapa? Gak boleh?"

"Ya gak boleh lah!"

"Kok yang dulu dibolehin?"

"Ya...ii..itu du.dulu! Sekarang gak boleh!" Dahyun masih dengan pendiriannya. Bagi Sana alasannya bisa dibilang gak masuk akal.

"Apa bedanya sih dulu ama skarang? Lo ada-ada aja!"

"Pokoknya gak."

"Lo lucu ya, kayak gue mau perkosa Lo aja!" Sana terkekeh pelan, sementara Dahyun mulai membayangkan ucapan Sana barusan.

Dahyun sempat melongo sambil meneliti manik coklat Sana yang sedang duduk disamping ranjang. Selang beberapa detik, Dahyun tersenyum simpul. "GUE KALO LAGI TIDUR SUKA TELANJANG soalnya! Ntar Lo sesak lagi liatin gue"

"Te..telanjang?" Sana memberi Jeda "Lo ya lama-lama makin gak waras tau gak!" Ucap Sana yang juga melayangkan tawa tak menyangka.

"Yah.. itung-itung buat hemat baju tidur"

"Sumpah, Ketiban apa yah hidup gue ampe kenal mahkluk langkah kayak Lo"

"Lah, lo tau ndiri kan gue males ngumpulin baju kotor"

"Kan cuma ngumpulin aja gak sampe nyuci"

"Sama aja. Bagi gue itu ribet!" Dahyun terkekeh.

Bagi pendengaran Sana, hal itu emang rada-rada masuk akal untuk alasan yang ia dengar dari seorang pemalas. Tapi sebenarnya, itu hanya ocehan Dahyun saja. Walaupun malas, Dahyun gak sampe segitunya lakuin hal konyol seperti yang ia tuturkan barusan. "Yah dari pada sibuk nyari alesan lain. Dia mau nanggepin apa yah, BODO!" Guman Dahyun.

____

WWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang