Apa masih ada kesempatan?

887 104 31
                                    

Tanpa mengucapkan satu katapun Dahyun langsung menarik gagang pintu dan keluar meninggalkan Sana.

Ia sempat berjalan beberapa langkah dan kemudian berhenti lalu memejamkan matanya sejenak sambil menahan dada yang tiba-tiba terasa sesak. Air matanya kembali jatuh. Dahyun tak kuat menahannya.

Disisi lain,

Sana juga melakukan hal yang sama. Ia menyeka air matanya sembari menahan dadanya yang terasa sakit. Detik itu juga, Sana tersungkur di Sofa dan mulai tersiak.

Setelah mencoba sekuat tenaga untuk melupakan Dahyun, entah kenapa dia kembali muncul. Bagi Sana, semua kesabarannya sia-sia saja. Dengan tidak melihat Dahyun ataupun melihatnya lagi, perasaannya tidak akan pernah berubah.

Sana tetap menyayanginya.

Tanpa berpikir panjang lagi, Sana bangkit dari Sofa bermaksud untuk menyusul Dahyun.

Tapi,

Saat pintu itu terbuka...

.
.
.

Lagi-lagi Sana melihat kehampaan. Koridor itu kosong.

Dahyun tidak ada.

Hati Sana kian menjadi. Ia kembali menutup pintu dengan segala kekuatan yang tersisa.

Sana mulai menyeka airmatanya. "Kenapa gue harus berharap? Dia-nya aja gak mau liat muka gue lagi"

Detik itu juga,

Layar hp Sana memunculkan satu pesan.
Itu dari Taehyung.

*Na. Maafin gue ya! Gue mendadak balik hari ini. Tadi nyokap gue telpon, katanya ada urusan penting dan gue harus ngedampingin dia. Sekarang gue udah di-airport lagi. Maaf ya Na. Maaf banget! kemungkian gue agak lama baliknya. Gakpapa kan lo sendirian dulu? Apartementnya udah gue booking sebulan, jadi lo gak perlu khawatir*

Kali ini Sana tampak tidak memfokuskan pikirannya pada pesan yang Taehyung kirimkan. Ia hanya fokus memikirkan sikap Dahyun yang benar-benar pergi menjauhinya.

Di waktu yang bersamaan, Dahyun kembali menghadap receptionist.

"Permisi Bu. Apa disini masih tersedia kamar lagi?" Tanya Dahyun pelan.

"Maaf, ruangan apartement kami lagi penuh."

Dahyun menggaruk tengkuknya.

"Kamu Dahyun yang tadi kan? Anaknya tuan Henry?"

Dahyun mengangguk seadanya.

"Loh, bukannya tuan Henry sudah pesankan ruangan untuk anda?"

Dahyun bergeming sejenak.

"Iya. Setau saya memang udah booking-kan kamar. Tapi kayaknya ada yang salah deh, soalnya ruangan yang dibooking untuk saya udah ada orang lain didalamnya." Dahyun mulai beralasan.

"Iya memang udah keduluan sama orang lain. Kata tuan Henry kalian saudara, jadi beliau pesankan kalian satu ruangan. Lagian ruangannya tersedia dua kamar kok."

Dahyun menelan ludah.

"Oh iya. . . Saya lupa!" Dahyun memutar bola matanya sambil mencari alasan lain. "Iya sih, dia sepupu saya. Tapi...." Dahyun memelankan suaranya dan kemudian berbisik. "Hubungan kita lagi gak baik sekarang. Kita lagi bertengkar jadi saya pengen pindah ruangan"

"Oh." Receptionist itu tersenyum paham. "Tapi maaf sekali. Disini tidak tersedia ruangan kosong lagi. Semuanya penuh!"

"Jadi gue gimana dong?" Sahutnya asal.

WWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang