Ini maksudnya apa?

848 101 48
                                    

*Dub, lo baik-baik aja kan?
*Please hubungin gue!
*Jangan buat gue gila...
*Sayang!?
*Kenapa lo tiba-tiba ngilang gini?
*Dub
*Lo marah ama gue?
*Kalo gue punya salah, kasi tau. Jangan kayak gini...

Pesan yang Sana kirim, tidak ada balasannya sama sekali.

Dalam mobil, tepatnya didepan gerbang. Sana masih menunggu kepulangan Dahyun.

Sana mulai frustasi.

"Lo dimana?" Ia meringis sembari meremas hpnya kuat-kuat.

Segala cara sudah Sana lakukan. Ia menghubunginya berkali-kali tapi tetap saja tidak ada jawaban. Selain Jeong dan Chaeng, Sana juga menghubungi beberapa teman-teman Dahyun. Hasilnya tetap sama. Mereka juga tidak tau keberadaan Dahyun.

Sampai larut malam, Sana tetap berada didepan rumah Dahyun. Matanya mulai berair. Kekhawatiran yang bercampur kegelisahan semakin menekan perasaannya. Entah hal apa lagi yang harus ia lakukan untuk mencari tau keberadaan Dahyun.

Sana bersandar menatap langit sembari memijat pelipisnya pelan.

Dering telpon....

Sana refleks menyoroti layar hpnya.

Hanya sepersekian detik, ekspresi yang mengandung harapan itu langsung sirna. Raut wajahnya kembali mendung. Tentu saja itu bukan Dahyun.

"mm?"

"Kamu dimana sayang? Kok belom pulang?" Tanya Sofia.

"Aku dirumah Dahyun ma."

"Ng..nn..ngapain?" Nada suara Sofia mendadak gagap.

"Nungguin Dahyun pulang"

Sofia merenung sejenak. Dari keheningan yang tercipta, tentu saja Sofia bisa menebak situasi dikala itu. Antara percaya dan tidak percaya, Sofia mulai ber-argument. "Apa Dahyun beneran pergi?" Batinnya.

"Sayang, ini udah malam loh. Pulang ya! Mungkin Dahyun ada urusan kali. Makanya belum pulang" Bujuk Sofia hati-hati.

Sana berpikir sejenak. Ia melihat jarum jam dan beralih menyeka air matanya.

"Mm!"

Karena tak mau dicurigai, Sana mengalah. Ia memutar arah mobilnya perlahan sembari menghembuskan nafas panjang. Dalam keadaan terpaksa, Sana pun kembali kerumahnya.

**

Keesokan harinya, Sana mengecek hpnya. Ia mendesis. Tidak ada satu panggilanpun atau pesan yang tertera dilayar hpnya.

Tak puas dengan hal itu, Sana pun kembali mengunjungi rumah Dahyun.

Setibanya didepan rumah, seseorang menghalaunya. Sana melihat penampilan orang itu dari ujung rambut sampai ujung sepatu. Sana bergeming sejenak.

Sejak kapan dirumah Dahyun ada penjaga? Badannya tegap. Raut ajahnya rada-rada menyeramkan.

"Permisi, ada yang bisa saya bantu?"

"Pak, Dahyun ada?"

"Maaf anda siapa?"

"Saya Sana. Teman Dahyun!"

"Maaf kamu gak bo-"

Tanpa memperdulikan kehadiran pria berbadan besar itu, Sana langsung memasuki rumah Dahyun. Ia berlari menaiki tangga dan segera menuju kamar Dahyun. Pria besar itu sempat mengejar, tapi salah satu pembantu Dahyun menahannya dan membiarkan ia masuk.

"Biarin non Sana masuk. Dia itu teman dekat Dahyun" Ucap pembantu itu.

"Loh, katanya kalo ada teman Dahyun yang datang, jangan disuru masuk!"

WWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang