Tak sanggup, Tak bisa!

865 105 33
                                    

Sebelum baca dengerin dulu lagunya, biar relax. 😁😉

**

Dahyun membuka matanya perlahan. Kepalanya terasa sakit dan pusing. Ia mulai memijat bagian pelipisnya hingga ke pangkal leher.

Sekilas ia menghadap kesamping kiri, lalu beralih lagi menghadap ke atas.

One second,

Two second,

Ia kembali menghadap samping kiri. Dan seketika itu juga, ia tersedak. Bahkan sampai batuk setengah mati.

Suara batuk Dahyun sampai ketelinga gadis itu. Sayu-sayu, gadis itu membuka matanya perlahan sembari mengulum senyum.

"Udah bangun lo?"

"Lo, ng...nga..ngapain disini?" Dahyun gagap setengah mati.

"Tanya sama diri lo!" Yuna membalasnya asal.  "Lo taukan semalam lo mabuk berat?! Dan mau gak mau, gue terpaksa nganterin lo pulang!"

"Lah terus kenapa bisa lo tidur dirumah gue?"

"Sekali lagi, tanya sama diri lo! kenapa bisa gue tidur disini..."

Dahyun bergeming sembari mengingat-ingat keadaan semalam. "Akhh, gue gak ingat apa-apa. Yang gue ingat kita bercerita banyak terus nonton sambil minum. Itu aja!"

"Gue cuma nganterin lo pulang, tapi pas gue mau balik.. Eh, lo malah nahan gue. Pake meluk gue lagi sambil memohon-mohon." Ungkap Yuna jujur.

"JANGAN TINGGALIN GUE, PLEASE!!! LO UDAH JANJI BAKAL DIDEKAT GUE APAPUN KEADAANNYA!" Yuna mengumandangkan kalimat itu bernadakan puisi merdu.

Dahyun tertegun.

"Karena lo udah nahan gue setengah mati, yah gue gak bisa lepas. Sampe akhirnya gue ngalah terus tidur dirumah lo!" Jelasnya lagi yang mulai mengeluh. "Mana badan gue pegel lagi ditahan-tahan sama lo kayak boneka!"

Yuna pun bangkit dari ranjang. Ia mengikat rambutnya asal, merapihkan bajunya lalu menatap Dahyun lekat.

"Jadi lo gak ingat soal kata-kata lo yang nyebut dua ratus tujuh kali?" Yuna tersinyum simpul. "Lain kali, gak usah sok mabuk. Yah, Gue kawatir aja, jangan sampe dua ratus tujuh kali itu bakal berlanjut lagi"

Yuna yang hendak pergi kembali berbalik menatap Dahyun. "Oh, ralat. Dua ratus enam kali!"

Dahyun bergeming. "207? 206?"

Hanya sepersekian detik, ia langsung menyadari maksud ucapan yuna. "Jangan bilang satunya....?" Gumamnya dalam hati.

Sekilas Ia menatap bibir Yuna sembari menelan ludah. Ia berkedip beberapa kali lalu beralih menundukkan wajahnya beriringan dengan perasaan malu. "Aisshhh"

Melihat gelagat Dahyun, Yuna kembali mengulum senyum. "Minta maafnya nanti aja. Gue capek, pengen pulang!"

"Yun?" Panggil Dahyun.

Dibalik pintu, Yuna sempat melambai. "Lo istirahat. Ntar kalo udah enakkan, kabarin gue. Bayyyy!"

Setelah kepergian Yuna, sekilas Dahyun meraba bibirnya. "Bego! Bego!" Rintih Dahyun.
"Dub, ini milik Sana seorang, KENAPA LO NGASIH KE ORANG LAIN?" Dahyun mulai mempersalahkan dirinya.

Kenapa sih 'ORANG LAIN' selalu ditempatkan pada posisi yang salah? Kalau bukan dijadikan Alasan Pertimbangan, yah apalagi selain Alasan Pelarian.

Disatu sisi, Sana menginginkan Dahyun bersikap seperti Taehyung. Memiliki rasa pengertian dan juga ketulusan. Tapi disisi lain, Dahyun juga tanpa sadar telah menjadikan Yuna sebagai objek pelarian. Atau lebih tepatnya lagi, pelampiasan perasaan.

**

Meski keadaan Dahyun belum terlalu pulih, ia terpaksa pergi kekampus. Bukan karena ingin bertemu dengan Sana, tapi hari ini ia ada jadwal matakuliah yang sangat penting. Dan ia harus masuk.

Setelah jam matakuliah itu berakhir, ia memutuskan untuk pergi kekantin. Namun, hanya sepersekian detik ia kembali mengurung niatnya.

"Ah, gak deh. Palingan ada Sana dikantin, kalo gak sama temannya yah paling sama Ta_" Ungkapan dalam hati itu terhenti saat dirinya berpapasan dengan dua insan yang tak asing bagi penglihatannya. Siapa lagi mereka kalau bukan Taehyung dan Sana.

"Eh, Dahyun?" Sapa Taehyung.

Sana dan Dahyun sempat bertatapan. Namun hanya berselang sedetik, keduanya saling membuang muka.

"Eh, Pak" Sahut Dahyun datar.

"Kamu mau kem_" Ucapan Taehyung terhenti.

Tak mau diwawancarai, Dahyun pura-pura mengalihkan situasi seperti mendapat panggilan telpon. "Pak maaf, saya permisi"

Menyadari gelagat penghindaran Dahyun, Sana menghela nafas berat. Jangan tanya mengapa, tentu saja hatinya sesak.

Bukan hanya Sana, Dahyun juga merasakan hal yang sama. Hatinya merasa hancur setiap kali melihat kedekatan Taehyung dan Sana.

Disaat yang bersamaan., Dengan posisi yang saling membelakangi, Dahyun dan Sana bergumam dalam hati.

"Na, Gue gak sanggup lagi!" Batin Dahyun

"Dub, Gue gak bisa gini terus!" Batin Sana.

______

Ngasih tanggapan dong soal konfliknya?
apa pengen diudahin, atau dianjutin yang lebih klimaks lagi?
😅😅😅

WWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang