Jijik-jijik Nyaman

1.2K 126 17
                                    

Dahyun merangkak mendekati Sana dengan sorot memangsa. Sana bergidik sambil menerka-nerka kewarasan Dahyun.

"Dub?"

Dahyun diam. Ia semakin mendekat.

"Dub? Lo kenap__" Ucapan Sana terpotong.

Dahyun mengecup ujung kepala Sana sekilas.

Tidak berhenti disitu. Dahyun menarik selimut lalu menyelimuti Si gadis ramyun itu hingga menyisahkan bagian wajahnya. "Elo tuh udah gue peringatin jangan nonton ampe kemaleman, masih aja bawel" Dahyun mulai berceramah.

Sana membeo.

Jadi maksud Dahyun memboyong Si Sana itu cuma buat nidurin dia biar gak nonton sampe larut malam.
Gak ada niat lain?!

Jempol memang.

Setelahnya Dahyun merebahkan badannya disamping Sana. "Nonton ampe kemaleman kayak gitu, gak baik buat kesehatan!"

Tumben. Nada bicaranya terdengar waras dan bermanfaat. Tapi meskipun begitu Sana tetap menganggapnya aneh.

"Yaelah Dub. Nonton ampe larut malam itu udah jadi kebiasaan gue kali." Protes Sana. "Lagian kalo sakit kan gue, bukan Lo. Kenapa lo yang jadi kawatir gitu!"

"Serah Lo deh!" Dahyun menutup kepalanya dengan selimut lalu berpaling membelakangi Sana.

Susana hening sesaat.

"Dub?"

"mm" Dahyun bergumam.

"Lo pernah gak ngerasain ada sesuatu yang aneh dihati Lo?" Nada bicara Sana terdengar serius.

Dahyun memiringkan telinganya dan memfokuskan pendengarannya. "Sesuatu yang aneh? Maksud Lo?"

"Lo tau gak. Kadang gue ngerasa Lo itu beda. Perasaan gue selalu nganggap Lo itu special dalam hidup gue. Herannya, gue sendiri gak tau special dalam hal apa. Mau dibilang anggap teman atau saudara, bukan. Mau dibilang anggap kekasih, lah gue jijik." Jelas Sana panjang kali lebar.

Tunggu. Kok jadi Sana yang nyatain perasaannya bukan Si Dahyun!?

Dahyun berkedip sembari menelan ludah.

"Gimana ya Dub, gue juga sebenarnya bingung sama perasaan gue. Nganggap ada perasaan suka, ENGGAK. Nganggap ada perasaan sayang, IYA. Tapi gue jijik mikirnya! Dan anehnya lagi, perasaan nyaman gue ke Lo itu agak aneh Dub. Kayak rasa nyaman sama pasangan gitu." Sana berpaling menatap punggung Dahyun. "Menurut Lo, arti perasaan gue ke Lo itu apa?"

Sana memang polos. Saking polosnya sampe nanya ke objek yang salah. Dahyun aja gak jelas gitu sama perasaannya sendiri, mana bisa dia ngartiin. Tapi begitulah. Kalo udah menyangkut perasaan, memang susah buat dijelasinnya.

"Kalo Lo nganggap perasaan sayang itu jijik, ngapain jelasin ke gue." Dahyun menghela nafas berat. "Kalo lo ngerasa jijik. Berarti Lo sebenarnya gak nyaman didekat gue!"

"Nyaman kok Dub. Beneran!"

"Nyaman apaan. Dimana-mana gak ada tuh yang namanya jijik, tapi bisa buat lo ngerasa nyaman. Gak masuk akal banget tau gak!" Kali ini Dahyun berpaling menghadap Sana. "Masa lo gak bisa bedain mana JIJIK, mana NYAMAN. Padahal emperan ama ranjang bedanya kayak langit dan bumi."

Sekarang Sana yang berkedip sembari menelan ludah.

"Iya, Beda sih."

"Lah itu....Lo tau!"

"Tapi Dub"

"Udah..Gak usah mikirin hal yang buat Lo bingung. Mending__" Ucapan Dahyun terhenti.

Tanpa permisi, Sana langsung melingkarkan tangannya dipinggang Dahyun. Ia memeluknya. Menenggelamkan wajahnya diceruk leher Dahyun.

"KAYAK GINI AJA GUE UDAH NGERASA NYAMAN BANGET!"

Dahyun tertegun. Nafasnya mendadak sesak
"Aishhh. Ni anak mancing gue lagi" Batin Dahyun.

"Dub. Jangan ninggalin gue ya!" Ujar Sana.

"Kalo gue sih gak" Dahyun berhenti sejenak. "Mungkin lo kali yang bakalan ninggalin gue" Dahyun pura-pura membantah.

"Yah gak bakalan lah Dub!" Sana memberi jeda. "Pokoknya lo harus tetep didekat gue, apapun keadaannya"

"Alay Lo!" Dahyun terkekeh.

"Seriusan gue!" Sana mendongak menatap Dahyun. "Awas aja kalo lo sampe ninggalin gue. Gue sumpahin lo gak bakalan tenang seumur hidup lo!"

Tanpa perlu Sana jelasin. Dahyun memang gak bakalan bisa ninggalin si Sana.

"Iya..iya"

"Janji?"

Dahyun kembali mengecup ujung kepala Sana. "Udah ah. Bawel lo!"

"Janjiiii" Sana mulai merengek.

"Mmm. Tapi ada syaratnya!"

"Syarat?"

"Iya syarat, dan lo harus mau!"

"Syarat apaan emang?"

Dahyun tersenyum lebar lalu mendekati kuping telinga Sana. *.....................* Ia membisikan sesuatu.

Sana mendengar dengan seksama lalu berpikir sejenak.

10 detik...

20 detik...

30 detik..

"Elo mau_" Sana kehabisan kata-kata.

Dahyun mengangkat setengah alisnya "Gimana?"

____

WWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang