Kehangatan

1.2K 132 11
                                    

Didepan pintu keduanya sempat berpapasan tapi Sana acuh.

"Dari mana aja Lo?"

Sana tak menggubrisnya. Ia berjalan melewati Dahyun seolah-olah ia tidak mendengarkan ada suara yang sedang menyapanya. Tak puas karena diabaikan, Dahyun pun menarik lengan Sana.

"Heh, Lo sengaja bikin gue kawatir?" Dahyun mulai mengeluarkan uneg-unegnya. "Gue itu disuruh jagain Lo. Kalo Lo suka keluyuran ampe kemaleman kayak gini mending tinggal dirumah Lo aja, biar Lo bebas."

Sana diam. Ia tetap mengabaikan ocehan Dahyun.

"Oke. Kalo Lo marah ama gue soal kejadian semalam, gue minta maaf. Gue beneran khilaf karena udah ngejailin Lo." Dahyun mengembuskan nafas panjang.
"Tapi tolong ngertiin gue Na please! Gue kawatir kalo Lo pulang kemaleman kayak gini, kalo Lo kenapa-napa dijalan gimana? gue bakal dimarahin nyokap Lo tau gak!"

"Lo?..... kawatir ama gue?" Kali ini Sana menapis ucapannya seraya menyunggingkan senyum tak sedap.

"Ya Lo pulang jam segini gimana gue gak kawatir coba!"

"Udahlah, gak usah sok kawatir. Gue tau kok Lo gak suka kan jagain gue!?" Sana menatap Dahyun dengan sorot tajam.
"Gue juga tau, Lo pasti sengaja ngejailin gue iyakan? Emang sih dari awal Lo udah gak suka gue numpang dirumah Lo, tapi gue nya aja yang gak tau diri"

Dahyun menelan ludah. Ia ingin membatahnya tapi ia tak tau lagi harus berkata apa.

"Tapi Lo tenang aja. Gue bakal balik kerumah sekarang, biar Lo gak perlu susah-susah jagain gue lagi"

Kali ini kata-kata Sana menusuk sampai ke lubuk hati Dahyun. Ini benar-benar diluar dugaannya. Sana salah paham.

"Kok Lo mikir gue kayak gitu sih Na?" Sahut Dahyun pelan.
"Gue udah bilang, gue gak bermaksud apa-apa soal tu obat. Dan gue bener-bener minta maaf."

Sana kembali tak menggubrisnya. Ia malah beranjak kekamar Dahyun hendak mengambil barang bawaannya.

~~

"Na....." Dahyun berusaha membujuk.

Sana tak peduli rintihan Dahyun. Ia tetap sibuk mengemasi baju-bajunya.

"Na...Maafin gue napa?!"

Percuma Dahyun. Sana tetap mengabaikan kata-kata rintihannya.

"Na....Jangan kayak anak kecil gini. Gue udah minta maaf jadi tolong hargain gue!" Bentak Dahyun sembari menahan tangan Sana.

Sana menghentikan aktifitasnya lalu menatap Dahyun serius. "Oke. Gue maafin Lo!" Sana memberi jeda "Tapi gue mau balik kerumah gue S.E.K.A.R.A.N.G!" Sana mengejanya.

Gadis pecinta ramyun itu benar-benar gak mau ngalah. Keras kepala memang. Mungkin Dahyun harus bersujud kali ya biar tu anak maafin dia. Kasihan Dahyun!

"Kok Lo kayak gini sih Na? Ini udah malam, dirumah Lo gak ada siapa-siapa! Lo mau cari mati?" Dahyun lebih mengeratkan genggamannya.

"Bodo......Minggir!" Sana menapis ucapan Dahyun dan kembali sibuk memasukan baju-bajunya kedalam koper.

Ampun deh, dua orang ini sama-sama keras kepala. Mungin dikepala mereka isinya batu kali ya! Dahyun tak mau undur dan tetap berusaha membujuknya apalagi Sana sama kodrat pendiriannya yang kukuh.

Kesabaran Dahyun kini berada diambang kelepasan. Ia tak tahan lagi.

*Bukkk*

Dahyun membanting koper milik Sana. Persetan dengan kesabarannya. Dahyun tak peduli, toh Sana terus mengabaikan ucapannya. Mungkin dengan berlaku kasar seperti itu akan membuat Sana mengerti maksud Dahyun.

Pemilik koper itupun tertegun sambil menatap beberapa bajunya yang kini berhamburan dilantai. Sana tak habis pikir, bisa juga Dahyun kelepasan kayak gitu.

"Ini udah malem, jangan keras kepala. Gue gak suka!" Ucap Dahyun pelan.

Sana tak bersuara. Ia menatap Dahyun dengan tatapan berat. Airmatanya mulai tergenang. Dahyun yang melihatnya kembali menarik nafas panjang. "PERSETAN DENGAN IMAGE GUE!" Batin Dahyun.

Dahyun menangkup kepala Sana dan menenggelamkannya dalam sebuah pelukan. Ia memeluk gadis ramyun itu erat-erat.

"Gue sayang sama lo Na, jadi tolong JANGAN BIKIN GUE KAWATIR!"

Yah anggap aja ini langkah awal buat nyatain perasaannya. Langkah selanjutnya sih belum tau. Bisa aja kan kedepan gengsinya kambuh lagi.

____

WWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang