10• Cemburu?

15.1K 654 21
                                    

Acara seperti ini tanpa jelajah rasanya tidak lengkap.  Jadi disinilah mereka berkumpul bersama kelompok masing masing tepat jam sembilan pagi untuk acara jelajah. 

Elena bersama kelompoknya tampak antusias menikmati acara yang akan terjadi.  Gadis itu seolah lupa jika tadi pagi moodnya rusak gara gara gagal sarapan dengan mie rebus. 

Acara kali ini tiga kelompok mereka digabung menjadi satu.  Tapi entah kenapa tetap saja Elena tidak satu kelompok dengan Manda dan Rena.  Dan yang membuat Elena sedikit bad mood adalah pendamping kelompoknya adalah Regan dan Agnes. 

Sepanjang jalan tangan Jovan tidak berhenti menggenggam tangan Elena.  Bukan apa apa,  gadis itu bukanya fokus dengan jalanya malah fokus melihat pemandangan disekitarnya.  Jovan hanya takut gadis itu terringgal.  Tidak tahu saja Jovan,  dibelakang sana Regan menatap datar genggaman tangan itu dengan perasaanya yang campur aduk. 

"Fokus sama jalanya dong Len,  ntar kalau jatuh gimana,"peringat Arga yang ikutan gemas melihat cara jalan Elena. 

Elena menggembungkan pipinya kesal, "Ihh Arga,  Elena kan kepo. Elena belum pernah ngerasain hal yang kayak gini tahu. "

"Iya tapi nanti kalau kamu jatuh gimana? " tanya Arga.

"Kan tanganya dipegang sama Jovan,  jadi nanti ditahan Jovan jadi gajadi jatuh kan," ucap Elena sambil menunjukan gigi putihnya. 

Arga mendengus lantas mengacak rambut gadis itu gemas, "Terserah deh,  jagain baik baik Van.  Jatuh ntar nangis kan susah. "

"Yeuu,  Elena gabakal nangis kok kalau jatuh. "

Jovan dan Arga hanya menggeleng gemas dengan tingkah Elena sambil kembali fokus berjalan.  Dan Elenapun masih sama saja.  Jalanya kemana,  matanya kemana. Jovanpun harus benar benar membagi perhatianya antara melihat jalan dan mengawasi Elena sementara Arga mencatat beberapa hal penting. 

"Gan,  lihat deh dia kan pacar kamu masak kegatelan sama cowok lain," ucap Agnes melirik sinis Elena yang berjalan dalam gandengan Jovan. 

Regan hanya mengabaikan ucapan Agnes sambil berlalu pergi mendahului gadis itu.  Regan jalan tepat disamping Elena membuat Elena hampir terjungkal jika saja tangan Jovan tidak memegangnya. 

"Kak Regan nggagetin! "

"Ini acara jelajah bukan pacaran, "ucap Regan datar sambil kembali berjalan menuju bagian paling depan membuat Elena mengerutkan keningnya bingung. 

"Kak Regan kenapa? "

"Makanya jadi cewek jangan kegatelan," Agnes berkata sinis sambil menyenggol bahu Elena pelan menyusul langkah Regan. 

"Ihh dia kenapa sih,  jalan kan masih luas kok nyenggol Elena! "

Jovan melepas peganganya pada Elena. Jovan jelas tahu apa yang terjadi dengan Regan.  Jadi,  daripada urusnya dengan Regan semakin panjang,  Jovan memilih melepaskan pegangan tanganya pada Elena tapi tetap memperhatikan gadis itu.

"Dia cemburu Len."

Elena mengerutkan kening bingung mendengar jawaban Arga.  Ia menatap Jovan meminta penjelasan kenapa Arga bisa berkata seperti itu sambil tertawa geli. 

"Jadi gini, daritadi kan aku pegang tangan Elena,  nah kak Regan kan pacar Elena jadi dia cemburu sama kamu karena dari tadi aku genggam tangan kamu, "jelas Jovan sepelan mungkin agar Elena paham apa yang ia katakan. 

Elena mengangguk mengerti, "Kok Arga tahu kalau kak Regan cemburu?"

"Kelihatan kali El,  liat aja mukanya dia jadi lebih datar dan ada sinisnya gitu liat kalian."

"Terus Elena harus apa?  Apa nanti kak Regan gamau ketemu Elena lagi? "

Jovan menepuk puncak rambut Elena, "Samperin gih,  deketin aja.  Kalian kan pacaran."

"Kalau kak Regan marah terus ngusir Elena? "

"Coba aja dulu Len,  aku yakin tadi dia mau ngode kamu supaya deket sama dia, "saut Arga. 

Elena berfikir beberapa saat sebelum berjalan mendekat kearah Regan yang terlihat risih dengan Agnes yang terus mengajaknya bicara.  Elenapun berjalan ketengah diantara Regan dan Agnes membuat gadis itu mendelik kesal. 

"Apa apan sihh, "sungut Agnes menatap gadis itu kesal. 

"Ih Elena mau jalan lagian Agnes ditengah sih ngalangin jalan, "ucap Elena sambil tertawa pelan. 

Agnes baru akan membuka mulutnya namun ia urungkan ketika mendapat tatapan tajam dari Regan. Dengan berdecak sebal,  gadis itu akhirnya memilih berjalan dibelakang dibanding harus melihat Regan dan Elena bersama seperti ini.

"Awas aja lo. "

Elena tertawa kembali melihat bagaimana wajah Agnes yang tampak kesal saat melewatinya.  Pandangan Elena kembali fokus pada Regan yang masih menampilkan wajah datarnya sambil menatap kedepan. 

"Kakak marah ya? "

Regan menoleh,  matanya bersitatap dengan mata polos Elena yang menatap kearahnya dengan tatapan bingungnya. 

"kenapa harus marah? "

Elena menggelengkan kepalanya tidak tahu jawaban apa yang harus ia berikan pada Regan.  Keduanyapun berjalan dalam keadaan hening beberapa saat sampai melewati pos tiga. 

Setelah pos tiga seluruh siswa harus melewati sungai untuk mencapai pos selanjutnya.  Air yang jernih membuat Elena hampir saja menggunakanya untuk bermain hingga tangan Regan menahanya untuk tetap berada didekatnya. 

"Licin,  ntar jatuh, "ucap Regan menarik Elena menuju jalan yang seharusnya mereka lewati. 

"Tapi airnya jernih banget tahu,  Elena jadi pengen main terus ngumpulin ikan kayak yang kak Alfares lakuin pas kecil dulu, "bela Elena.

"Namanya juga anak kecil,  pasti gajauh jauh dari main harusnya dia gak disini.  SMA ga cocok buat dia.  Harusnya dia tuh di tk atau paud deh. Anak kecil," celetuk Sera dengan wajah sebalnya melihat sejak tadi Elena selalu saja mendapat perhatian banyak orang. 

"Elena bukan anak kecil! " ucap Elena menatap sebal gadis yang sejak kemarin sepertinya ingin mengajaknya ribut. 

"Udah,  lanjutin jalanya jangan ribut. "

Regan memotong ucapan Sera sebelum gadis itu kembali membuka mulutnya.  Regan tetap memegang tangan Elena dan mengajak gadis itu jalan paling belakang. 

"Regan airnya dingin.  Elena suka, "ucap Elena setelah berhasil menyenrangi sungai. 

"Hm. "

Elena menatap Regan yang kembali memasang raut wajah datar disampingnya.  Apa pria itu masih marah. Itu yang Elena fikirkan saat ini. 

"Kak Regan beneran marah ya sama Elena.  Maaf, "ucapnya menundukan kepalanya.

Regan menghela nafasnya sambil berhenti berjalan membuat Elena ikut berhenti dan menatap Regan dengan tatapan bertanya.  Sementara Regan,  matanya mulai mengunci manik mata dihadapanya dengan tatapan teduh yang ia miliki. 

"Kenapa kamu bilang aku marah? "

"A--abis Kak Regan dari tadi diemin Elena terus.  Kata Jovan itu karena tadi Jovan genggam tangan Elena.  Maaf kak kalau itu bikin kakak marah sama Elena,  Jovan cuma mau jagain Elena biar ga jatuh kok."

Regan terdiam mendengar penjelasan Elena.  Tangan Regan bergerak untuk memegang kedua sisi pundak Elena. Elena yang diperlakukan seperti itu dari yang awalnya sudah tidak terlalu gugup kembali dibuat gugup dengan ulah Regan. 

"Ka--kak."

"Jangan gitu. "

"Gi-gimana? "

"Jangan terlalu deket deket sama cowok lain.  Apalagi sampai genggaman tangan."

Elena mengerutkan keningnya bingung, "Kenapa,  mereka kan sahabat Elena juga? "

"Aku cemburu. "

Tbc
Helloo,  im backk.  Happy reading and dont forget to vote and coment.  Please komen ya,  aku butuh saran kaliannn banget buat ceritaa ini.  Thank you,  see you next capter :)


Cewek manja! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang