Elena menirukan cara yang dicontohkan seorang petani ketika memetik jeruk dari pohonya. Kebetulsn kelompok Elena mendapat jatah memetik jeruk. Hal itu cukup untuk mengurangi rasa sebal Elena karena Manda dan Rena tidak satu kelompok denganya.
Kelompok Elena terdiri dari Jovan, Arga, dan juga Sera. Tapi sejak beberapa menit yang lalu Sera tidak pernah mau mencoba apa yang dilakukan kelompoknya. Katanya kukunya habis perawatan jadi dia tidak mau kukunya rusak. Kalau kata Elena, lumayan ia jadi tambah teman dikelasnya. Soalnya sejak awal masuk yang Elena kenal hanya Rena. Baru hari ini tambah jadi Manda dan kini tambah lagi jadi Jovan dan Arga.
Padahal teman sekelas Elena ada 26 siswa. Tapi yang Elena tahu namanya baru lima anak. Itupun karena acara ini jadi banyak. Kalau tidak ada acara ini mungkin Elena hanya kenal Rena saja dalam kelasnya.
Arga sibuk dengan kamera mengabadikan kelompoknya sambil sesekali mencatat apa yang penting dari yang disampaikan petani disana. Sementara Jovan membantu Elena mengumpulkan buah jeruk.
"Jovan, yang ini bisa dipetik gak?"
Elena menunjuk buah jeruk yang terlihat besar namun masih ada beberapa sisi yang masih hijau. Elena jadi jatuh cinta dengan perpaduan warna buah itu dan ukuranya yang besar.
"Gak El, itu masih ada yang hijau. Nanti gaenak pas dimakan."
Jovan membalas dengan pelan paham dengan bagaimana Elena. Awalnya Jovan dan Arga mengeluh karena harus satu kelompok dengan Elena yang seperti anak kecil. Mereka takut nanti kerepotan sendiri. Mereka cukup tahu bagaimana image Elena didepan anak anak. Mereka awalnya sama sekali tidak mempermasalahkan Sera dalam kelompok mereka namun pada kenyataanya justru kebalikanya.
Jovan dan Arga justru menyukai sikap Elena yang seperti anak kecil namun masih mau ikut kelompok dan ikut membantu. Bahkan Elena lebih antusias dibanding mereka semua. Bahkan sejak awal Elena yang paling antusias bertanya ini dan itu pada petani disana tanpa melihat catatan pertanyaan yang sudah disiapkan Arga. Elena juga paling aktif saat mempraktekan apa yang diajarkan petani disana berbeda dengan Sera yang justru ogah ogahan duduk dibawah pohon.
Maka dari itu lambat laut Arga dan Jovan justru lebih nyaman dengan Elena dengan segala sikap anak kecilnya dan segala rasa penasaranya dibanding Sera yang justru seenaknya. Jovan dan Arga sampai memganggap Elena adik mereka sendiri. Kata mereka, Elena kalau difikir fikir lucu juga. Jadi gemes pengen cubit pipi gadis itu tapi takut dengan Regan yang sudah tersebar menjadi pacar Elena.
"Yahh, padahal warnanya bagus. Lucu, ada gradasinya." ucap Elena yang dijawab tawa pelan oleh Jovan.
"Bisa? "
Sebuah suara datang membuat Elena dan Jovan menoleh kebelakang mereka. Disana Regan berdiri dengan almamater osisnya dengan rambut yang sedikit acak acakan. Elena terdiam beberapa saat, bayanganya membayangkan adegan di drama korea yang sering ia lihat. Tampan.
"Eh kak, bisa kok kak," jawab Jovan mewakili Elena yang masih terdiam dengan tatapan terpukaunya. Jujur Jovan kembali ingin tertawa melihat wajah Elena namun tidak berani karena ada patung es yang berstatus sebagai kakak kelasnya didepanya.
Regan yang mendapat jawaban tidak dari orang yang ia harapkan sedikit menghela nafasnya namun tidak ada yang menyadarinya. Dengan lembut Regan menepuk rambut Elena sampai membuat gadis itu kembali ke alam kesadaranya. Pipi gadis itu bersemu merah.
"Hati hati, jangan sampai kecapaian. Jangan liatin aku, bahaya, " ucap Regan sebelum pergi meninggalkan Elena yang terdiam dengan kening berkerut tapi pipinya memerah lucu.
"Jangan liatin abang dek, bahaya, " tawa Jovan pecah setelah Regan sudah cukup jauh dari jarak mereka dengan gaya bicara mengikuti Regan namun lebih dilebih lebihkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cewek manja!
Roman pour Adolescents(Firs up 22 Februari 2019) (Revisi setelah tamat) (aku tahu ini mainstream, tapi baca aja. Siapa tahu bikin kalian jatuh cinta. :)) Tentang perjuangan seorang gadis yang baru mengenal apa itu Cinta, Sahabat, dan dunia luarnya yang warna warni. Me...