42. Belajar

4.1K 194 17
                                    

Happy reading. 
Jangan lupa bintangnya di klik dulu sama isi kolom komentar.  Terimakasih. 

🍭🍭🍭
----

Pagi ini Elena sudah siap dengan seragamnya.  Duduk dimeja makan menatap papa dan kakaknya yang masih asik membaca berkasnya masing-masing.  Alfarez yang akan mengikuti ulangan dan Papa yang akan meeting pagi di kantornya. 

Ughh.  Elena gasuka dikacangin. 

"Papa, sama kakak enggak makan? "

Yang dipanggilpun sama sama menoleh. Menatap Elena lalu beralih menatap makanan yang sudah siap diatas meja.  Merekakun memasukan berkas mereka kedalam tas milik mereka masing-masing. 

"Kok kamu tumben jam segini udah siap dek? " ucap Alfarez sambil membuka piringnya.

Elena mencebik, "Ini kan udah jam enam lebih lima belas kak.  Elena kan biasanya emang udah siap jam segini.  Kakak tuh, biasanya udah ribut ngajak sarapan.  Eh sekarang makananya malah dikacangin. "

Alfarez mencium pipi Elena yang ada disebelahnya,"Biar beda, sekali kali kamu yang nunggu kakak."

"Maaf sayang, papa nanti ada rapat.  Jadi papa harus baca-baca dulu berkasnya sampai ganyadar kamu udah ada didekat papa, "ucap Papa menatap lembut kearah putrinya. 

Elena mengangguk,"Enggakpapa kok, yang penting papa jangan telat makan ya.  Jangan kecapekan terus jangan sakit juga.  Nanti Elena sedih. "

Papa tersenyum, "Iya sayang, udah yuk mulai makanya.  Nanti kalian telat. "

Merekapun memulai aktifitas sarapan mereka walau sesekali masih diselingi tingkah ribut Alfarez dan Elena.  Keributan kecil yang biasa terjadi diantara kakak dan adek.  Seperti rebutan siapa yang mengambil sosis yang tinggal sepotong. 

Tinggg

bunyi dentingan garpu membuat papa menoleh kearah putra putrinya.  Mereka tengah berperang dengan senjata garpu dan sosis sebagai medan perebutan kekuasaan.  Hingga pada akhirnya sosis itupun diambil oleh Alfarez saat Elena lengah. 

"Kakak ngeselin, itukan punya Elena.  Ngalah dong sama adek, "ucap Elena mengerucut kesal saat pada akhirnya sosisnya diambil Alfarez.

Alfarez acuh, lanjut makan.  Yang penting perut dia kenyang dulu.  Buat tenaga ngerjain soal kimia nantinya.  Urusan adek, nanti saja.

"Papa lihat kakak! " adu Elena sambil menunjuk kakaknya saat protesnya diacuhkan sang kakak. 

Papa lagi-lagi tersenyum.  Jujur, tingkah anak-anaknya selalu membuat rasa penatnya dengan dunia kerja hilang begitu saja.  Terlebih ketika melihat mereka tertawa lepas.  Rasanya, papa ingin melakukan apapun demi kebahagiaan anak anaknya. 

Papa pun mengambil sosis yang ada dipiringnya dan dipindah kepiring putri bungsunya. Tidak ada yang lebih penting bagi seoranh Ayah dibanding melihat senyum bahagia putrinya kan?  Jangankan sosis,  jantungpun rela ia berikan demi kebahagiaan putrinya.  Tidak akan pernah rela jika putri yang ia begitu jaga kebahagiaanya terluka sedikitpun.  Maka, jika putrinya terluka sedikitpun, Papa akan melakukan berbagai cara agar orang yang melukai putrinya mendapat ganjaranya. 

"Loh kok sosis Papa dikasih ke Elena? " tanya Elena menatap sosis yang kini berpindah ke piringnya dan kembali menatap kearah papanya. 

"Gapapa, buat Elena aja.  Biar sama banyak seperti kakak.  Biar makin gedhe, "ucap Papa. 

"Tapikan papa jadi gak dapet sosis, buat papa aja deh sosinya.  Elena udah kenyang kok makan sosis punya Elena sendiri, "jawab Elena sambil mengangkat sosisnya kembali akan mengembalikan pada piring papanya tapi terhenti saat tangan papanya menahanya.

Cewek manja! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang