38. Es krim

5.1K 230 7
                                    

Happy reading.  Eitss, absen dulu ya dengan klik bintang dan isi kolom komentar,oke! Terimakasihh

Selamat membaca.  Semoga suka.

🍭🍭🍭

Elena berjalan menyusuri koridor dengan tas di punggungnya dan beberapa buku dalam pelukanya.  Jam pulang berbunyi beberapa menit yang lalu dan sekarang Elena harus segera menuju ruang bimbingan.  Rena sudah kesana lebih dulu sedangkan Elena tadi harus mengembalikan bukunya lebih dulu lantaran sudah jatuh masa pinjaman dan jika tidak dikembalikan hari ini akan didenda. 

"Elena! "

Elena berhenti berjalan sambil menoleh kebelakang. Aldi yang tadi memanggil Elena berjalan cepat menghampiri Elena dengan penampilan yang sudah cukup acak acakan.

"Gila, capek banget lari lari dari halaman belakang, "ucap Aldi sambil mengatur nafasnya saat sudah sampai disamping Elena. 

Elena mematap penampilan Aldi dan setelahnya menggeleng gemas.  Elena sudah menebak jika sebelumnya Aldi bukan dari kelas melainkan dari warung belakang tempat Aldi membolos karena beberapa waktu lalu Aldi sempat menyeritakan tempatnya membolos itu. 

"Kakak pasti habis bolos kan? Ngaku! "

Aldi menatap Elena lantas tertawa pelan sambil menata rambutnya sendiri, "Itu tau, duh kamu peka deh El. "

Nah kan. Benar.  Elena mendengus mendengar jawaban Aldi. Dan memilih kembali berjalan dengan Aldi yang kini berjalan disampingnya. 

"Bahkan orang lain yang enggak kenal sama kakak pun pasti udah bisa nebak kalau kakak habis bolos dengan keadaan kakak yang acak acakan gini bajunya.  Mana ada orang habis lelajaran pakaianya seacak acakan kakak. "

Aldi kembali tergelak.  Tanganyapun tergerak mengacak rambut Elena membuat Elena mengerucutkan bibirnya kesal dan tanganya langsung bergerak merapikan rambutnya yang tadi diacak acak. 

"Tapi El, gak semua yang bolos tampilanya jadi acak acakan loh.  Siapa tahu dia bolosnya di perpustakaan sambil baca buku. Terus nih, gak semua yang acak acakan habis bolos tahu, bisa aja dia habis olahraga dijam kosong kan? "

Elena menatap Aldi gemas, "Terserah kakak aja deh. Elena males nanggepin.  Mending Elena nyiapin otak Elena buat bimbingan. Hemat tenaga. "

"Dih, ngambek El? "

Elena menggeleng.

"Itu sekarang jadi diem gitu."

Elena berhenti berjalan sambil menghentakan kakinya kesal,"Kakak mah gapeka, Elena capek tahu, seharian belajar terus habis ini belajar lagi.  Jangan nambah nambahin kecapekan Elena buat debatin kakak dong! "

"Loh kan tadi kakak gak suruh kamu debat jawaban kakak El.  Kakak kan ngomong yang sebenarnya.  Terus salahnya dimana? "

Elena mendengus dengan tangan yang terlipat didepan dada, "Ah tau ah, kakak ngeselin.  Mending ke ruang bimbingan aja sekarang dan kakak jangan ngomong! "

Aldi diam beberapa saat sebelum kembali mensejajarkan langkahnya dengan Elena, "Kamu Pms ya? "

Elena terdiam. Matanya melirik sekitar dengan gugup.  Elena sendiri tidak sadar jika seharian ini ia gampang emosi. Ia pun akhirnya ingat jika ia sedang bulanan dan ia sadar jika ia sedang seperti ini moodnya benar benar buruk dan tidak bisa ditebak.  Ugh,terkadang Elena kesal sendiri saat moodnya benar benar buruk apalagi jika tanpa sebab. 

Elena pun mengangguk pelan menjawab ucapan Aldi dan setelahnya ia menunduk.  Merasa bersalah karena sejak tadi ia menanggapi ucapam Aldi dengan tidak santai. 

Cewek manja! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang