47. One day with Jovan

4.3K 234 36
                                    

Halo.  Aslinya hari ini bukan jadwal up, tapi dari kalian banyak yang minta up jadi aku update hari ini. 
Makasih yang udah kasih dukungan berupa vote dan komentarnya. 

Happy reading ya.  Di part ini kita tenangin diri kita dulu sebelum kembali ke keadaan dimana hidup yang ada masalah didalamnya hehe. 

Jangan lupa vote dan komenya yaa.

🍭🍭🍭 

----

Elena menatap kaca jendela rumahnya dengan mata berkaca kaca.  Dia ingin melupakan kejadian kemarin dengan cepat, tapi kenapa tidak bisa. Kejadian kemarin justru terus terngiang dalam fikiranya. 

Saat ia terbangun di pagi hari seperti biasa, ia sempat berharap bahwa kejadian semalam adalah mimpi.  Tapi saat ia melihat foto ia dan keempat temanya sobek, ia sadar kekadian semalam sama sekali bukan mimpi.  Semua nyata.  Semua terlalu menyakitkan untuk orang yang baru mengenal apa itu cinta dan sahabat untuk pertama kalinya

Disisi lain, Jovan kini tengah berada di ruang tamu Elena.  Ia berencana mengajak Elena keluar agar gadis itu lebih tenang. Setidaknya agar gadis itu tidak terlalu tertekan dengan masalahnya. 

Awalnya ia fikir ia akan membiarkan Elena sendiri lebih dulu tapi setelah ia fikirkan lagi, sepertinya waktu semalam ditambah sepagi sudah cukup untuk membiarkan Elena sendiri.  Ia tidak mau Elena justru terperangkap dalam kesedihanya sedangkan besok sudah harus kembali sekolah.  Setidaknya ia tak ingin Manda merasa menang karena berhasil membuat Elena sedih. 

Didepan Jovan sudah berdiri Papa Elena dengan tatapan tak terbacanya.  Jovan masih mengingat bagaimana Papa Elena semalam langsung memukul dinding saat mengetahui Elena pulang dengan keadaan terlelap namun tampilan yang kacau dengan mata yang sembab. 

"Kamu mau mengajak putri saya kemana? "tanya Papa Elena membuka suara setelah keadaan hening yang terjadi.

"Ke tempat wisata yang ada di kota ini Om.  Mungkin nanti akan sampai sore  tapi saya janji saya akan mengantarkan Elena dengan baik baik saja, "jawab Jovan yakin. 

Papa mengangkat alisnya, "Hal apa yang bisa kamu jaminkan bahwa kamu tidak seperti teman kamu yang lain ? Walau kamu semalam yang sudah mengantarkan putri saya, tapi kamu juga teman dari orang yang menyakiti Putri saya. Saya hanya takut jika kamu juga akan menyakiti putri saya seperti temanya yang lain. "

Jovan benci ini.  Ia tidak terlibat apapun tapi namanya juga ikut jelek karena ulah temanya. Mungkin tidak sejelek temannya yang lain dimata papa Elena, tapi tetap saja Papa Elena tentu sudah kehilangan entah besar atau kecil kepercayaan padanya untuk berada didekat Elena. 

"Saya tidak menjaminkan apapun karena saya tidak punya hal berharga apapun selain diri saya dan keluarga saya yang berharga.  Tapi mereka juga sama berharganya dengan Elena yang sudah saya anggap sebagai adik saya sendiri. Saya akan buktikan bahwa saya akan menjaga Elena dan tidak menyakitinya.  Sama seperti saya menjaga diri saya sendiri dan keluarga saya. "

Papa Elena menatap cowok didepanya dengan berbagai fikiran.  Ia masih ragu untuk membiarkan putrinya kembali ke dunia luar tapi ia juga tidak bisa egois untuk menahan putrinya tanpa dunia luasnya.  Bagaimanapun juga Elena butuh dunia luasnya. Hanya saja, sebagai seorang ayah, wajar kan jika ia takut putrinya kembali terluka setelah sekian tahun putrinya tidak pernah sekacau itu dan selalu bahagia. 

"Bukanya kamu sering bercanda? Apa ini termasuk candaan kamu?"

Jovan memejamkan matanya sesaat, "Saya memang suka bercanda tapi saya tahu waktu yang tepat untuk bercanda dan ucapan saya sebelumnya sama sekali bukan sebuah candaan. Saya paham dan tahu bahwa perasaan tidak bisa dibercandakan. Saya memang termasuk teman dari orang yang menyakiti putri om, tapi saya jujur dengan sepenuh hati saya bahwa saya sama sekali tidak sama dengan mereka yang menyakiti putri om.  Bahkan saya tidak tahu jika mereka punya rahasia sebesar itu dibelakang saya dan Elena.  Saya juga kecewa dengan mereka meski tidak sebesar yang dirasakan Elena. "

Cewek manja! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang