48. Kembali sekolah

4.1K 253 59
                                        

Happy readingg.  Jangan lupa absen dulu dengan klik bintang dan isi kolom komentar ya sebagai semangat buat aku nulis cerita. 

Happy reading. 

🍭🍭🍭
---


Pagi ini, Elena turun dengan tampilan yang lebih cerah.  Walau tidak menutupi jika ia masih ada rasa sakit, tapi setidaknya ia mencoba tersenyum untuk orang-orang yang mendukungnya dan ingin ia tetap tersenyum agar mereka tidak terus khawatir. 

Mata Elena menatap sebuah tas yang cukup besar di ruang tamu.  Kening Elena pun berkerut menatap tas tas itu.  Itu bukan milik papanya, melainkan milik Alfarez.  Kalau membawa tas sebesar itu, tentu kakaknya akan pergi lebih dari sehari kan?

Elenapun dengan cepat berjalan menuju ruang makan dimana Papa dan Kakaknya berada.  Kakaknya sudah duduk dengan pakaian bebas tapi rapinya.  Tidak memakai seragam sekolah seperti Elena. 

"Kakak kok enggak pakai seragam? Mau kemana? "tanya Elena, gadis itu terlalu penasaran sampai ia masih berdiri sambil menatap kakaknya dan tidak langsung duduk seperti biasanya. 

Alfarez dan Papa menoleh menatap Elena.  Mereka sedikit lega Elena tidak sesedih kemarin.  Terlihat dari pancaran mata gadis itu. Ya walau tidak sehappy biasanya tapi setidaknya sudah tidak sesedih kemarin.  Harapan mereka, Elena tidak sedih lagi seperti kemarin. 

"Jangan sedih lagi sayang, papa sakit setiap melihat air mata dipipi kamu.  Papa jadi merasa gagal menjaga amanat yang bunda kamu berikan, "ucap Papa dalam hati sebelum mulai menyapa putrinya. 

"Paa? Kakak?  Kok kalian liatin Elena gitu, ada yang salah ya?"

Papa menggeleng, "Gak kok, putri papa udah cantik seperti biasanya.  Duduk dulu sayang, "ucap Papa sambil menatap lembut putrinya.

Elena menggeleng,"Nanti Papa,Elena kepo.  Kakak mau kemana?  Kok bawa tas gedhe gitu? Kakak mau ninggalin Elena ya? "

Alfarez tertawa kecil menatap adiknya.  Elena memang tidak bisa berjauhan dengan keluarganya dalam waktu lama. Ia takut ditinggalkan.  Jika akan ada yang pergi pasti gadis itu akan banyak bertanya,sedih,dan takut seperti tadi.  Masih untung ini tidak menangis, biasanya Elena akan menangis jika ada yang pergi dari rumah lebih dari satu hari.  Seperti papanya waktu itu, ia menangis sebelum berangkat sekolah sampai akhirnya papa membujuk dengan berbagai rayuan baru gadis itu mengizinkan papanya keluar kota. 

Elena cuma enggak mau kehilangan keluarganya lagi.  Cukup tidak pernah merasakan kasih sayang mamanya, Elena tidak mau lagi kehilangan yang lain.  Terlebih hanya papa dan Alfarez yang ia punya.  Juga Tuhan yang selalu ada untuknya.

Alfarez menarik tangan Elena duduk disampingnya.  Gadis itu tidak berontak,ia menurut sampai duduk disamping Alfarez namun matanua tetap menatap Alfarez dengan tatapan menuntut jawaban. 

"Kakak kok gak jawab sih!  Kakak mau kemana?"

"Makan dulu sayang, nanti kamu telat kesekolah loh, "ucap Papa. 

"Engga mau papa.  Kak Alfarez harus jawab dulu, kalau enggak Elena gamau sekolah.  Biar aja, nanti kalau dinarahi, kakak yang tanggung jawab! "

Alfarez tertawa geli, "Kok gitu, kan kamu yang gak masuk.  Kok kakak yang tanggung jawab? "

"Ya kan aku gamasuknya gara gara kakak.  Ih kakak, jawab!  Kok malah ngalihin pembicaraan sih, " rengek Elena sambil mencebikan bibirnya.

"Kakak kamu mau ke luar kota sayang,"ucap Papa menengahi.  Bisa telat dua duanya jika membiarkan Alfarez tetap menggoda adiknya. 

Cewek manja! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang