40. Arga dan argu-menya

4.2K 206 1
                                    

Selamat membaca. 

Eitss seperti biasa sebelum baca, diharap klik tombol bintang dan isi kolom komentar dulu ya teman teman.  Karena like dan komen kalian sangat bermanfaat buat author.  Terimakasihh.  😉

Selamat membacaaa

🍭🍭🍭

"Kok kamu mau bantuin dia sih El. Dia kan ngeselin.  Kalau aku jadi kamu udah aku abaikan aja dia!"

Manda meremas tisu yang ada dihadapanya melampiaskan kekesalanya setelah mendengar Elena bercerita tentang kejadian hari sabtu lalu. 

Saat ini mereka tengah berada di sebuah Caffe setelah pulang sekolah. Elena sudah berjanji pada sahabatnya untuk menceritakan ceritanya bersama Regan. Dan inilah sesi curhat kelima sahabat itu. 

Rena yang tadi masih diam ikut ikutan bersuara sambil menangkup kedua pipi Elena karena posisi Elena tepat berada disampingnya, "El, kamu kenapa terlalu baik sih.  Aku gemes deh. "

Elena mencebik.  Tanganya menepis tangan Rena yang menangkup kedua pipinya,"Kan kita harus punya rasa perikemanusiaan.  Kasian tau malem malem kakinya luka terus duduk sendirian di pinggir jalan gitu.  "

"Ya tapi habis itu kamu yang nunggu sendirian di pinggir jalan kan El.  Itu udah malem, bahaya tahu.  Setidaknya kamu sama Regan kan bisa nungguin taksi buat si Agnes.  Gaperlu si Regan yang nganter.  Terus si Regan kenapa juga nurut banget kamu suruh, "lanjut Manda masih dengan kekesalanya. 

"Kali ini aku setuju sama si mak lampir El.  Kamu kenapa terlalu baik, untung pas itu ada bang Aldi.  Kalau enggak? Kamu mau nunggu berapa lama lagi disana coba."

Manda sukses melirik Jovan sinis  ketika mendengar ia disebut mak lampir.  Mau debat, tapi situasinya lagi tidak pas.  Jadi Manda memilih menahan dan hanya menatap Jovan dengan tatapan tajam sebagai ganti kekesalanya. 

"Lagian nih El, kamu gak curiga gitu, siapa tahu aja si Agnes sengaja pura pura luka terus biar ditolongin sama Regan.  Bisa jadi kan, pas itu aja dia pura pura teraniaya gitu, bukan hal gak mungkin kalau kemarin dia cuma pura pura, "tambah Manda lagi. 

"Kita gaboleh suudzon tau. Gabaik.  Nanti dosa dia berkurang terus malah dosa kita yang bertambah, "jawab Elena menatap Manda dengan tatapan polosnya.

Manda mendengus, "Maaf nih ya El.  Bukanya apa-apa tapi aku gabisa buat enggak suudzon sama kakak kelas satu itu. Terlalu sulit El.  Sangat sulit malahan. "

"Udah-udah jangan bahas Agnes terus.   Usahain positif thinking aja dulu siapa tahu dia emang beneran luka, "ucap Arga menengahi sebelum Elena kembali membuka mulutnya. 

Elena mengangguk setuju, "Betul! Kan kata Elena juga apa kita gaboleh nething sama orang. Terus kalau ada yang susah kita harus bantuin."

Manda, Rena, dan Jovan kontan sama sama mendengus mendengar jawaban Elena.  Jika saja yang Elena tolong itu bukan sosok seperti Agnes.  Guru misalnya, mungkin mereka akan membenarkan ucapan Elena.  Hanya saja, jujur dari hati paling dalam sedalam palung mariana Jovan, Rena, dan Manda susah buat tidak mikir negatif tentang Agnes. 

"Tapi, El kamu makin deket sama kak Regan ya? Tiap pulang bimbingan kamu selalu sama dia kan, tiap berangkat sekolah juga.  Terus tadi kamu juga cerita dia sering ngajak kamu jalan."

Cewek manja! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang