14. Derka

12.7K 594 7
                                    

Elena duduk diayunan belakang rumahnya. Selepas acara Angkasa Family itu ia sama sekali belum bertemu dengan Regan lagi. Ia selalu berada didekat Alfarez.

"Ingat ya dek, pokoknya kamu gaboleh kemana mana sendirian. Dirumah aja, terserah kamu mau ngapain. Mau ngegame atau mau apalah itu. "

"Tapi kak--"

"Udah ya dek, kakak lagi ada urusan. Inget pesen kakak jangan kemana mana sendiri. Love you lil angel."

Tuttt----

Elena menghela nafasnya kesal.Ditangan Elena memegang ponsel yang menampilkan history telfonya bersama sang kakak beberapa menit yang lalu. Elena memang tengah sendirian saat ini dirumahnya. Dan gadis itu sedang bosan saat ini. Tapi ia tidak tahu harus apa.

Elena ingin jalan jalan keluar, ke mall misal tapi pasti Alfarez dan papanya tidak akan mengizinkan karena ia sendirian. Huftt, andaikan ada Regan pasti Elena bisa mengajak pria itu. Ahh kenapa harus Regan, pasti kakaknya tidak lagi percaya pada pria itu dan mungkin ia juga masih marah pada Regan.

"Aaaa, bosann. "

Elena menatap ikan yang berenang di kolamnya dengan bosan. Hingga, matanya berubah bersinar. Ia langsung berlari memasuki rumah mencari dompet dan berganti baju. Elena mengingat didekat rumahnya ada sebuah supermarket, tidak masalah kan bila ia kesana. Toh jaraknya dekat.

"Bibii Elena ke supermarket depan bentar ya Bi! "

Elena sengaja berpamitan dengan bibinya dengan cara berteriak didepan pintu, bukannya tidak sopan tapi ia hanya mencoba menghindari larangan dari artnya itu.

Langkah Elena berjalan riang berjalan di jalanan komplek. Beruntung disini banyak pohon jadi tidak terasa panas. Didepan sana, minimarket yang Elena tuju sudah dekat. Elena dengan langkah cepatpun langsung menuju mininarket tersebut dan mencari sesuatu kesukaanya.

Tentu saja es krim dan berbagai snack. Biarkan saja nanti kakaknya memarahinya saat melihat jajananya. Yang penting ia bisa menguasai jajanan itu dahulu. Nanti sampai rumah ia akan menyembunyikanya di almari kamar agar tidak diketahui kakak dan ayahnya.

"Wahh, ini enak. Ini juga, "Elena mengambil lima batang coklat sekaligus dan dimasukan kedalam keranjangnya.

Namun saat ia ingin mengambil coklat lagi sebuah tangan lebih dulu mengambil coklat itu dari tangan Elena. Mata Elena kontan menoleh kearah sampingnya. Kerutan kecilpun muncul di kening Elena melihat seorang pria yang pernah ia lihat namun ia lupa namanya.

"Haii Elena."

Elena masih terus mengingat siapa pria didepanya. Namun ingatan Elena sama sekali belum ketemu pada titik dimana ia pernah bertemu dengan pria itu. Pria yang ada disamping Elenapun sadar dengan tingkah Elena yang terlihat mencoba mengingat ingat dirinya.

"Jangan dipaksain El, kalo gainget. Biasa akutu dilupain kayak gini. Kenalin, aku Derka, sahabatnya Regan. Yang waktu itu dilapangan, "ucap Derka sambil mengangkat keduaa alisnya beberapa kali.

Elene menepuk telunjuknya pada dagu sambil terus berfikir. Hingga ia akhirnya mengingat saat Regan mengklaim dirinya sebagai miliknya dulu. Saat seorang pria menghalangi Agnes yang akan berjalan kearahnya dulu.

"Ohhh kakak, yang waktu itu narik tangan kakak kelas nyebelin itu pas dilapangan kan?! Iya iya, Elena inget. Jadi kakak sahabatnya kak Regan ya," Elena berucap semangat, Derka yang melihat gemas sendiri. Elena mirip anak kecil yang ingat jika ia masih punya permen di sakunya.

"Nahh bener! 100 buat Elena! "Derka mengacak rambut Elena gemas yang disambut tawa dari gadis itu.

"Yeayyy, eh kakak mau beli coklat juga ya, sama kayak Elena."

"Haha, iya nih lagi pengen. Sendirian El? " tanya Derka menyadari tidak ada siapapun didekat Elena.

Elena mengangguk, "Iya, semua pada sibuk. Ini aja Elena ga bilang sama Papa sama kakak. Tapi Elena tetep bilang sama bibi kok, hehe."

Derka ikut tersenyum melihat cengiran Elena. Senyum gadis itu menular padanya dengan mudah.

"Lain kali gaboleh gitu, oke. Gimana kalau tadi kamu ketemu orang jahat?"

Elena terdiam mendengar ucapan Derka. Elena menunduk. Ia jadi merasa bersalah. Gimana kalau tadi ia beneran bertemu orang jahat dan membuatnya tidak bisa bertemu papa dan kakaknya lagi. Pasti papanya akan sedih.

"Huft, Iya. Lain kali Elena gak akan sendirian lagi kesininya walau deket, "ucapnya.

Derka kembali tersenyum, diusapnya Rambut Elena sekali lagi dengan lembut, "udah selesai, yuk kekasir sekalian nanti pulangnya kakak antar aja."

Elena mengangguk dan berjalan mengikuti Derka. Derka tahu, walau jarak rumah Elena dan minimarket ini hanya 300m dari rumahnya namun siapa Ayah Elena lah yang membuat keselamatan gadis itu selalu dipertaruhkan. Oleh sebab itu, tadi Derka sempat heran melihat gadis itu sendirian berada di sini.

Setelah keduanya selesai membayar, kini mereka berjalan bersisihan untuk mengantar Elena kerumahnya. Sebenarnya Derka membawa mobil namun mobilnya berada dirumah temanya yang letaknya berlawanan arah dengan arah rumah Elena. Jadilah ia memutuskan untuk jalan kaki saja.

"Kok gak ngajak Regan El? "

Derka membuka pembicaraan sambil terus melangkah disamping Elena. Bukan Derka tidak tahu masalah apa diantara mereka, tapi ia hanya mencari tahu sudut pandang dari Elena. Agar masalah itu cepat selesai. Baik kan Derka.

"Elena masih sebel sama kak Regan! "

Elena langsung berucap cepat dan cemberut ketika mengingat tentang Regan. Bagaimana pria itu malah menyalahkanya saat itu. Derka yang melihat menatap Elena seolah bertanya.

"Kenapa? "

"Dia nyebelin, dia lebih belain nenek sihir itu dan nyalahin Elena. Padahal kan Elena cuma mau membela mama Elena."

Derka mengangguk paham. Tak terasa keduanyapun sudah sampai didepan gerbang rumah Elena. Pilar besar pagar rumah Elena menyambut pemandangan Derka. Benar benar bukan ciri orang biasa.

"Kak, makasih ya udah nganterin Elena. Mulai sekarang kakak temen Elena juga, hehe. "

Derka mengangguk sambil membalas senyuman Elena,"Iya sama-sama. Duh seneng deh jadi temenya Elena. "

"Kak Derka bisa aja. Haha. Yaudah deh, Elena masuk ya. Sekali lagi makasih udah nganter Elena, "ucap Elena hendak memasuki rumahnya namun baru selangkah ia berjalan, Derka sudah memanggil namanya kembali membuat langkahnya terhenti dan menatap Derka bingung.

"Jangan terlalu lama marahan sama Regan, dia punya alasan kok. Dia gak sejahat itu."

"Maksdunya? "

"Temuin Regan besok, dia sejak saat itu jadi lebih diam. Tapi kakak gak maksa, itu terserah Elena sih, yaudah, kakak pergi dulu ya. See you."

Elena menatap Derka dengan kening mengernyit. Menemui Regan? Kenapa tidak Regan yang berusaha menemuinya, kenapa ia harus menemui Regan?

"Ughh kenapa juga harus Elena yang nemuin. Kan harusnya pangeran yang nemuin sang putri. " gerutunya sebelum benar benar berjalan masuk ke rumah.

Disisi lain, sejak tadi Regan berdiri tak jauh dari mereka. Ia menghela nafasnya, andai saja Elena tahu alasanya tak menemuinya dan efek jika ia menemuinya. Ya, alasan yang disebabkan karena kesalahanya sendiri.

"Tenang bro, besok lo jelasin semuanya sama dia. Gue yakin, dia bisa nerima kok. Dia kelihatan baik dan tulus dan bukan seorang yang pendendam. "

Regan hanya mengangguk menngangguk mendengar ucapan Derka. Yahh, semoga saja.

Tbc
Hello im back, happy reading. Dont forget to vote and coment. Btw, cerita ini menurut kaliann gimana sihhh???

And aku bakal next pas readernya udah tambah 1000 dari keseluruhan ya. Oke, see youuuu.

Cewek manja! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang