Jalanan lenggang siang ini. Tidak seperti biasanya yang ramai. Mungkin karena belum jam pulang kantor jadi jalanan tidak seramai biasanya.
Dan seperti yang difikirkan sebelumnya. Saat ini, Elena tengah duduk di belakang jok motor milik Regan. Setelah perdebatan antara ia pulang bersama Regan atau Aldi sepulang sekolah tadi pada akhirnya ia harus bersama Regan karena Aldi karena Regan tentu saja.
Sepanjang perjalanan mereka terlihat hening. Hingga Elena menyadari bahwa ini bukan arah menuju rumahnya. Elena baru saja akan membuka mulutnya untuk bertanya namun motor Regan lebih dulu berhenti didepan sebuah caffe yang cukup terkenal di seluruh dunia.
"Kok berhenti disini? Kakak mau buang aku disini ya? "
Regan mendengus melirik gadis yang masih duduk dibelakangnya melalui kaca spion,"Kalau buang lo harusnya di sungai yang kita lewatin tadi. Lebih menjanjikan daripada disini. Turun. "
Elena mencebik kesal namun tetap menurut. Gadis itu turun sambil menatap Regan. Takut takut jika pria itu kabur dan meninggalkanya didepan caffe ini sendirian. Bukan apa apa, uangnya habis dan kuotanya habis, masa Elena harus masuk ke caffe cuma buat tanya pasword wiffi kan malu Elena jadinya.
"Kenapa? "
Tanya Regan yang sadar jika sejak tadi terus ditatap gadis disampingnya. Walau Regan tidak melihat Elena dan fokus untuk melepaskan helm ia tetap sadar jika Elena memperhatikanya. Insting Regan cukup kuat, ingat itu.
"Kenapa ngeliatin dari tadi? " ucap Regan kembali setelah tidak mendapat jawaban apapun dari Elena. Gadis itu masih terus menatapnya menyelidik.
"Kakak gak mau ninggalin aku disini kan? Ngajak aku pesen banyak makanan terus ninggalin aku tanpa bayar. Terus nyuruh aku jadi tukang cuci piring disini karena aku gabisa bayar? "
Tangan Regan tergerak untuk mendorong kening Elena gemas. Pikiran gadis itu semakin aneh aneh saja.
"Awwwg kakak gaboleh kasar ih. Dosa tahu! "
"Ck, lagian lo dari mana sih dapet pikiran gitu? Novel? Dasar korban novel. "
"Ihh gak hanya di novel tahu. Di drama korea, webtoon, sama di tv juga ada yang gitu kok! "
Regan mendengus. Apa bedanya? Tak mau melanjutkan pembicaraan yang tidak penting menurutnya itu, Regan memilih menarik tangan Elena mengikutinya memasuki Caffe tersebut. Tanpa memperdulikan protesan Elena yang ditarik tiba tiba oleh Regan.
Elena duduk dengan sebal setelah berhasil mengikuti langkah Regan. Mata bulatnya memicing menatap Regan penuh permusuhan.
"kakak kenapa sih sekarang suka narik narik tangan aku? Suka ya sama tangan aku makanya narik narik gitu. Suka sih suka kak, tapi gaboleh kasar dong. Nanti kalau tangan Elena kegores gimana. Kakak mau tanggung jawab ngilangin bekas luka Elena? "
Regan berfikir beberapa saat. Kenapa gadis dihadapanya jadi lebih cerewet. Seingatnya dulu Elena gadis pendiam. Tapi kenapa bibir Regan tidak bisa menahan. Menahan sudut bibirnya bergerak tipis membentuk lengkungan walau tipis. Sangat tipis.
"Bawel. "
"Ih, lagian kakak narik tangan Elena mulu. Dikira engga sakit apa. Kaki kakak itu panjang, kaki Elena pendek. Mana bisa Elena ngikutin jalan kakak yang cepet. Jadi tangan sama kaki Elena jadi korbanya. Sadar diri dong kalo mau narik orang. "
"Salah sendiri pendek!"
Elena membulatkan matanya, ingin membalas lagi namun terhenti saat seorang pelayan datang membawa buku pesanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cewek manja!
Ficțiune adolescenți(Firs up 22 Februari 2019) (Revisi setelah tamat) (aku tahu ini mainstream, tapi baca aja. Siapa tahu bikin kalian jatuh cinta. :)) Tentang perjuangan seorang gadis yang baru mengenal apa itu Cinta, Sahabat, dan dunia luarnya yang warna warni. Me...