16. Menjauh

13.1K 479 6
                                        

Hari ini Elena kembali ke sekolah. Berangkat bersama Alfarez seperti biasa dan dengan sifat cerianya juga. Walaupun begitu, Elena tidak bisa menyembunyikan perasaanya bahwa ia masih penasaran sekaligus kecewa dengan ketidak hadiran Regan kemarin.

Pagi ini mata pelajaran Ekonomi, mata pelajaran yang entah kenapa begitu Elena sukai. Namun, kali ini fokus Elena terganggu. Ia ingin ke kamar mandi.

"Man, temenin Elena dong ke kamar mandi, "ucap Elena menatap Manda dibelakangnya karena hari ini Rena tidak masuk.

Manda menggeleng,"Enggak deh El, kamu tau kan aku habis dimarahin tuh guru gara gara gasengaja ngilangin buku paket. Tahan aja bisa gak El? Pas ganti jam ntar deh."

"Ughhh, udah ga tahan Man. Yaudah, deh, aku sendiri aja."

Elena dengan cepat meminta izin pada gurunya dan setelah mendapat izin dia dengan cepat pergi ke kamar mandi. Langkah Elena yang terlalu cepat atau ia yang kurang fokus membuatnya menabrak sosok tegap yang berlawanan arah denganya.

"Maaf, ga seng--"

Elena mengatupkan bibirnya sebelum menyelesaikan ucapanya saat melihat sosok yang tadi ia tabrak sudah berjalan melewatinya tanpa sepatah katapun. Dan yang membuat Elena lebih heran dan kaget adalah siapa yang menabraknya. Sosok yang kemarin berhasil membuatnya hujan hujanan dan rela menunggu selama dua jam.

Ya. Regan.

"Kak Regan kenapa? "

Elena bertanya pada dirinya sendiri dengan suara pelan. Matanya masih menatap kemana arah Regan menghilang sampai sebuah tepukan mendarat di bahunya membuat Elena kembali ke dunia nyata.

"Eh kak Farez, "ucap Elena mendapati Alfarez yang berdiri menatapnya dengan tatapan heran.

"Kamu bolos? "

Elena menggeleng cepat. Bisa bahaya nanti jika Alfarez beranggapan bahwa ia bolos. Antara tidak sekolah umum lagi atau penjagaanya semakin di perketat. Tidak. Cukup dulu saja ia merasa terkurung di rumahnya tidak bisa memiliki teman.

"Enggaa! Elena anak baik ya. Gapernah bolos,"ucap Elena.

"Terus? Kamu ngapain berdiri disini? Kan masih pelajaran dek? "

Elena menepuk keningnya cepat. Gara gara Regan ia jadi lupa tujuan awalnya keluar kelas. Bahkan rasa kebelet yang tadi dirasakanya entah kemana menghilangnya. Dan setelah bertemu Alfarez, kini justru kembali lagi.

"Aduhh, Elena lupa. Elena mau ke kamar mandi. Udah dulu ya kak, El mau ke kamar mandi dulu, see youu, "ucap Elena dan kembali berlari ke kamar mandi setelah mencium pipi Alfarez cepat.

"Jangan lari Elena! "

Alfarez menghela nafasnya menatap gemas adiknya yang tak bisa menghilangkan hobi lari larinya. Tatapan Alfarez pun kini beralih menatap lorong yang ujungnya bercabang dua. Sama seperti fikiran Alfarez yang kini bercabang. Ruwet.

"Huft, semoga, sesuai yang diharapkan dan bukan membawa keburukan. "

---

Hari ini semua terasa aneh bagi Elena. Terutama pada Regan. Ia merasa seperti Regan menjauhinya. Regan seperti tak menganggapnya ada padahal ia yakin saat itu Regan tengah melihatnya.

Saat akan ke toilet tadi hanya awal, saat istirahat dan kini pulang sekolah justru Regan masih bersikap demikian. Awalnya Elena berfikir Regan tidak menyadari kehadiranya, tapi melihat kejadian saat istirahat dan selanjutnya Elena sadar, Regan bukan tidak menyadari kehadiranya tapi Regan sengaja tidak menganggapnya ada atau dengan kata lain Regan menjauhinya.

Apa Regan marah?

Itu yang Elena fikirkan, tapi kenapa. Bukankah yang seharusnya marah adalah Elena. Elena yang mendapat ucapan buruk dari Regan dan belum cukup itu, Regan juga membuatnya menunggu selama dua jam ditambah kehujanan. Elena merasa menjadi sosok yang salah disini.

Mata Elena menatap deretan mobil yang berlalu lalang dijalanan. Pulang sekolah ini Elena dijemput oleh supirnya karena kakaknya yang ada acara. Dan sepanjang jalan hanya Elena isi dengan lamunan.

"Elena salah apa? "

Dan hal itu terus terjadi berhari hari setelahnya. Regan semakin menjauhi Elena dan seolah tidak pernah menunjukan dirinya didepan Elena. Setiap Elena berusaha mendekat ke arah Regan, saat itu Regan selalu berusaha menjauh bahkan tidak sedikitpun menatap Elena.

Disaat mereka tidak sengaja papasan, pandangan Regan justru lurus kedepan tanpa minat menatap Elena yang saat itu bahunya kembali bersenggolan denganya tanpa sengaja.

Saat Elena berdiri di halte menunggu jemputan, Regan menyadari Elena berada disana karena saat itu Derka sempat menyindirinya namun sorot Regan justru berubah dingin. Dan saat melewati Elena justru saat itu Regan entah sengaja atau tidak sengaja menggas motornya dengan kencang membuat sebuah kubangan air yang ada disitu mengenai Elena walau sedikit.

Dan lebih dari itu, saat ini Elena dan anak lain dihukum lantaran tidak beratribut lengkap. Regan selaku ketua osis yang baru dengan tega menghukum Elena yang saat itu tidak memakai atribut lengkap untuk membersihkan lapangan sepak bola. Awalnya Elena merasa Regan mau kembali berbicara denganya, namun sekali lagi Elena salah. Regan berbicara denganya hanya tentang hukuman itupun nada yang digunakan benar benar tajam dan syarat akan permusuhan.

"Kalian bersihkan sampai bersih dan jangan ada yang santai-santai.  Sekali saya lihat,  maka hukumanya bertambah berkali lipat dan jauh dari bayangan kalian! "

Dan saat murid lain mengeluh lelah membersihkan lapangan, Regan mengizinkan mereka berhenti setelah membuat laporan kesalahan sedangkan Elena justru suaranya tidak dianggap sama sekali dan Regan pergi begitu saja meninggalkan Elena seorang diri di lapangan yang panas tanpa kepastian hukumanya sudah selesai atau belum. Dan masih banyak hal yang kini benar benar berubah dari Regan yang lembut dan perhatian padanya menjadi sosok menakutkan bagi Elena.

"Kakak kenapa berubah, Elena salah apa? Kakak marah? Harusnya Elena yang marah sama kakak bukan? Tapi kenapa kakak diemin dan seolah ga nganggap Elena? Elena ada salah ya ?" ucap Elena sambil duduk di tepi lapangan setelah selesai menjalankan hukuman dari Regan bersama anak lain beberapa menit yang lalu.

Tanpa terasa mata Elena mulai berkaca kaca dan mulai menurunkan air matanya. Elena merasa ada satu bagian dari dirinya yang hilang saat Regan menjauhinya dan menganggapnya orang asing.

"Kenapa dulu kakak deketin Elena kalau sekarang kakak justru jauhin Elena, Elena merasa kebalik. Harusnyakan kita asing dulu baru deket, dan Elena justru dekat dulu baru asing. Dan jujur, rasanya sakit, saat kakak bersikap seperti itu dengan Elena. "

Elena menatap sekumpulan orang orang yang kini berlalu lalang didepanya karena jam istirahat yang telah berbunyi. Sadar jika ia sudah terlalu lama merenung di tempat ini, Elena mulai bangkit dan pergi menemui temanya setelah meletakkan alat kebersihanya ditempat yang seharusnya.

Disisi lain, Regan menatap Elena dengan tatapan tak terbacanya dibalik pilar tanpa niat menemui Elena atau sekedar memberi gadis itu minum seperti yang dulu ia lakukan saat gadis itu kehausan saat ospek.

Hingga Elena menghilang dari tatapan Regan, Regan masih terus menatap kemana arah Elena menghilang dengan kini tatapanya yang berubah menajam. Tanganya mengepal kuat dengan wajah yang memerah dan tanpa bisa ia kontrol, Regan melepaskan kepalan tanganya menghantam tembok beberapa kali hingga tangan itu terluka.

Hingga Derka yang saat itu kebetulan sengaja bertemu Regan langsung menghentikan aksi sahabatnya. Dengan gerakan cepat, Derka mendorong Regan menjauh dari tembok dan membuat gerakan Regan terhenti.

"Apa apan sih lo! Kontrol emosi lo, ini sekolah! "ingat Derka menatap sahabatnya.

Regan menghela nafasnya sambil mengacak rambutnya. Dan tanpa berbicara apapun pada Derka, Regan berlalu pergi meninggalkan Derka yang terus memanggil namanya.

"Dumb! "

Tbc
Im back, hehe. Maafff aku lamaa pake banget up nyaa. Antara ide yang ga muncul, sibuk, dan si setan kemalesan sering melanda. Jadi aku bener bener minta maaf kalau up nya lamaaaaa. Bangett.
Btw, thank for reading, hope you enjoy it and dont forget to vote and coment. See you next chapter.

Cewek manja! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang