13• kemarahan

13.3K 594 7
                                    

Elena menatap danau dihadapanya dengan matanya yang sembab.  Ia menggerakan kakinya dengan kesal dibawah sana.  Tidak perlu khawatir karena disini aman dan sering dipakai warga sekitar untuk mandi. 

Elena menatap kakinya yang masih kemerahan.  Sewaktu berjalan kesini tadi ia sempat terjatuh namun ia abaikan.  Ia masih kesal mengingat ucapan kakak kelas menyebalkanya. Ditambah Regan yang justru menyalahkanya.  Ia merasa ada sesuatu menyesakkan dalam dirinya ketika Regan berkata demikian kepadanya. 

"Emang Elena cuma bisa nyusahin aja ya? Kenapa Mama harus lahirin Elena,  kenapa mama harus mengorbankan buat Elena yang cuma bisa nyusahin orang. Tapi dia kelewatan Ma,  dia jahat.  Dia hina mama. Salah ya kalau Elena ingin bela mama.  Elena ga bermaksud nyosahin orang kok. "

ucap Elena lirih sambil menundukan kepalanya menatap bayangan kakinya dibawah air yang jernih.  Setetes air matapun kembali jatuh membasahi pipi tembemnya. 

Dibelakangnya, Alfarez berdiri dengan tanganya yang terkepal kuat.  Ia yang awalnya ingin menghampiri adiknya ia urungkan sesaat setelah mendengar ucapan Elena yang cukup menyayat hatinya.  Siapa yang berani berkata demikian kepada adik kesayanganya,  siapa yang membuat adiknya berfikir seperti itu.  Ia dan papanya yang merawat gadis itu saja tidak pernah merasa direpotkan oleh Elena,  mereka yang orang asing justru seenaknya berkata demikian. 

Setelah berhasil menguasai emosi dalam dirinya, Alfarez berjalan pelan dan duduk disamping adiknya.  Elena yang menyadari ada orang lain disamping dirinya mendongak dan dengan kasar langsung menghapus air mata dipipinya. 

"Gausah ditutupin,  kakak udah lihat, "ucap Farez menatap tepat dalam manik mata adiknya.  Mata indah Elena terlihat sembab dan tidak ada binar bahagia dimatanya. 

Elena yang mendengar ucapan kakaknya kembali menjatuhkan air matanya.  Dengan cepatpun Alfarez langsung menarik Elena dalam pelukanya.  Dapat dia rasakan tubuh Elena bergetar hebat dalam pelukanya.  Alfarez menggeram kesal,  ia paling tidak suka bila ada yang membuat adiknya menangis seperti ini.

"Kak. "

"sttt, keluarin semua sayang,  keluarin yang bikin Elena sesak.  Nangis dulu,  tapi habis itu jelasin semua sama kakak,  oke, "ucap Alfarez mengusap punggung adiknya dengan lembut. 

Beberapa saat Elena menyalurkan segala kekesalanya.  Menangis dalam pelukan kakak kesayanganya membuat Elena sedikit merasa lebih tenang.  Setelah merasa sedikit tenang,  Elena mengangkat wajahnya menatap mata teduh milik kakaknya.  Mata yang memiliki warna iris yang sama seperti dirinya.

"Kak. "

Alfarez tersenyum menenangkan sang adik. Walau dalam dirinya ia sendiri menahan gejolak emosi yang muncul setelah melihat kondisi adiknya namun ia harus menahanya.  Sampai Elena menyelesaikan ceritanya dan ia akan berbuat yang seharusnya kepada orang yang telah menyakiti adiknya.  Menyakiti adiknya sama saja dengan mencari masalah denganya.  Tanganya bergerak dengan lembut menghapus air mata yang ada dikedua pipi adiknya.

Mungkin hanya beberapa yang tahu jika Alfarez yang terkenal tenang dan pendiam akan menjadi sosok yang menyeramkan bila ia atau keluarganya diusik.  Terutama adik kesayanganya. 

"Kenapa hm? " tanya Farez lembut menangkup pipi adiknya agar tetap menghadap kearahnya. 

Elena mengigit bibir bawahnya ragu. Ia bingung,  ia takut jika ia menceritakan semuanya pada kakaknya masalahnya akan semakin panjang.  Tapi Elena tidak bisa menahan untuk tidak bercerita pada kakaknya.  Ia tidak suka mereka seenaknya menghina ibunya. Ia tidak suka mereka seenaknya bicara hal yang buruk tentang ibunya. 

"Kak salah ya kalau Elena marah sama orang yamg menghina mama ?"

Alfarez yang semula mengusap rambut Elena menghentikan usapanya. Satu tanganya yang tadi menangkup pipi Elena bergerak kembali menarik Elena dalam pelukanya.  Sedangkan ssbelah tanganya mengepal erat dibalik tubuhnya.

Cewek manja! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang