3• Berangkat

22.2K 940 34
                                    

Pagi hari, seperti apa yang telah dikatakan oleh Regan. Pria itu sudah duduk santai diruang tamu rumah Elena. Ayah gadis itu sudah berangkat beberapa menit yang lalu setelah menemui Regan dan meminta pemuda itu menunggu putrinya diruang tamu.

Elena mematap pantulan dirinya dicermin. Entah mengapa ia merasa gugup pagi ini. Sejak tadipun, ia selalu menatap rambutnya yang kini ia kuncir ponytail. Ia merasa ia ingin tampil cantik didepan Regan. Dan ia tak tahu mengapa.

"Dek, cepet ya. Kasian Regan udah nunggu kamu dari tadi, " panggil Alfarez dari depan kamar adiknya.

Elena segera berlari keluar dari kamarnya setelah mendengar suara sang kakak. Bibir mungilnya mengeluarkan nada nada yang cukup indah didengar. Dengan segala kesempatan yang ada, gadis itu menyambar roti isi coklat dimeja makan sebelum berjalan keruang tamu menemui Regan dan kakaknya yang tengah berbicara santai satu sama lain.

"Nah tuh orangnya udah dateng, kalau gitu kakak duluan ya dek, Reg, duluan," pamit Alfarez setelah mencium kening adiknya sebelum keluar dari rumah.

Elena masih asik dengan roti isinya sedangkan Regan sedikit menahan senyum melihat gaya makan Elena yang sedikit berantakan. Mungkin karena gadis itu sedikit terburu buru, begitu fikir Regan.

"Udah selesai? " ucapnya melihat roti dalam tangan Elena sudah habis tak tersisa.

Elena mengangguk sebagai jawaban. Keduanyapun berjalan keluar rumah setelah berpamitan. Regan memberikan helmnya pada Elena dan melajukan motornya seperti biasanya.

Sepanjang jalan Elena bersenandung ria menikmati segarnya udara pagi yang memang jarang ia rasakan. Karena biasanya ia keluar memakai mobil atau dipenjara didalam rumah. Tanpa sadar, Regan yang melihat Elena dari balik helmnya tersenyum tipis. Sangat tipis malah. Suara gadis itu begitu terdengar merdu dalam telinganya.

"Regan, rasanya pacaran itu gimana? "

Regan mengangkat alisnya, sesaat matanya melirik spion yang menampilkan wajah Elena yang terlihat kebingungan. Apa gadis itu tidak pernah berpacaran sebelumnya?

"Kenapa? Lo gak pernah pacaran? "

Elena menggeleng polos. Menatap Regan dengan tatapan menuntut agar Regan segera menjawab pertanyaannya. Sebab ia penasaran sekali dengan rasanya. Ia tak pernah jatuh cinta sebelumnya. Maknanyapun ia tak tahu. Kecuali cinta pada ayah, kakak, ibu, dan juga Tuhan yang telah menciptakanya.

"Gaenak, gausah." jawab Regan singkat yang justru semakin membuat kening Elena semakin berkerut.

"Loh? Bukanya kita pacaran ya. Waktu itu kamu bilang kita pacaran kan? Aku jadi bingung. Jangan bilang itu cuma becandaan aja? Ihh, aku baper loh Gan, bahkan kemarin aku cerita sama papa kalau aku---"

"pacaran gaguna, bisa putus. Lo milik gue, sampai kapanpun gabisa putus walau lo nolak sekalipun. "

Elena memautkan bibirnya kesal lantaran ucapanya dipotong begitu saja. Mana jawabanya nggantung lagi. Kalau gini kan Elena jadi bingung. Maksud ucapan Regan seperti apa. Emang dia barang gitu?

"Emang aku barang apa?"

Regan memarkirkan motornya sebelum menjawab ucapan Elena karena keduanya memang sudah sampai kesekolah. Sepanjang mata memandangpun siswa siswa SMA memperhatikan mereka dengan berbagai tatapan, mulai dari iri, kagum, kaget, dan lain lain. Baru kali ini sang prince of school membawa perempuan bersamanya.

"Lo gak turun? " tanya Regan datar melirik Elena yang tak kunjung turun juga dari motornya.

"Gamau, pokoknya Regan jawab dulu pertanyaan aku baru aku turun dari motor kamu. "

"Yaudah," jawab Regan singkat.

Elena mengerjabkan matanya bingung. Regan tak ada niat untuk menjelaskan padanya gitu? Dan Elena semakin dibuat terkejut ketika tiba tiba Regan turun dari motornya mengabaikan ia yang masih duduk di jok belakang.

Regan berlalu begitu saja.

Elena fikir Regan mempermainkanya. Elena fikir Regan akan meninggalkanya dalam kebingungan diatas motor orang dengan tatapan tatapan dari predator berbahaya yang siap memangsa kapan saja. Elena fikir Regan tidak perduli dan tidak menganggapnya ada.

Tapi dugaan Elena salah. Regan berbalik menghadap kearah Elena yang sudah turun dari motor dengan tatapan tak terbaca namun kesan cool, gans, dan mempesona lainya justru semakin terlihat.

"Elena, you are mine and im yours. No matter what happen. And when i see tears in your face, I promise I will make people who make you cry more pain."

Elena terdiam ditempatnya tidak tahu harus melakukan apa. Semua orang tampak menjerit kecil bahkan ada yang menggigit buku yang ia bawa. Mereka tidak pernah menyangka sosok seperti Regan dapat berkata seperti itu pada seorang gadis yang baru saja ia temui.

Regan tersenyum tipis melihat wajah Elena. Ia berlalu setelah menatap mata Elena dan memberikan senyum kecil untuknya. Regan pergi. Meninggalkan Elena yang wajahnya kian memerah dan jantungnya yang berdetak lebih cepat dari biasanya.

"Huwaa papa, Jantung Elena kenapa."

Elena memegang jantungnya dengan wajah malu malu membuat beberapa cowok menatap gemas gadis itu. Ingin rasanya mereka mencubit pipi tembem yang seperti squasy itu. Namun mereka masih waras untuk tidak mencari masalah dengan Regan apapun itu alasanya.

Disisi lain, Regan telah sampai diruangan osis sambil membawa mengeluarkan berkas yang ia butuhkan untuk acara penyambutan siswa baru yang akan ia diskusikan bersama sang mantan ketua osis terdahulu.

Ya, Regan akan berdiskusi dengan Alfarez. Sang mantan ketua osis yang entah kurang kerjaan atau bagaimana sudah mau ujian tetap saja kekeh ingin turut campur dalam urusan osis.

Regan duduk setelah Alfarez mengijinkan. Keduanya sama sama fokus pada acara besar yang setiap tahun akan selalu dilakukan. Baik Regan maupun Alfarez sama sama mengajukan apa yang membuat mereka tidak setuju dengan progam itu. Namun, pada akhirnya keputusan final tetap terambil setelah beberapa menit mereka berbicara.

Acara Family Angkasa atau Family SMA Angkasa. Acara yang akan dilaksanakan beberapa hari lagi di salah satu perkebunan dan pertenakan yang masih dikelola oleh yayasan SMA ini. Untuk perizinan sudah pasti diizinkan, bagaimanapun Regan tetap berpengaruh disini.

"Lo tumben mau deket sama cewek, adek gue lagi. Gue harap lo gak nyakitin dia," ucap Alfarez membereskan laporannya sambil melirik sekilas kearah Regan.

Regan tersenyum tenang. Ia sangat tahu bawa pemuda dihadapanya ini tengah berusaha melindungi orang yang ia sayang. Dan ia maklum mengapa Alfarez menatapnya menelisik seperti ia baru saja ketahuan mencuri sandal di mushola.

"Kalau gue bilang suka, lo marah? "

Alfarez memusatkan perhatianya pada Regan. Ia tidak mau nantinya pria dihadapanya akan menyakiti adiknya. Sedikitpun ia tak mau hal itu terjadi.

"Gue gak bakal tanya kenapa lo bisa suka sama dia, tapi sekali lo bikin dia nangis, gue ga peduli siapapun lo gue bakal kasih pelajaran, "ucap Alfarez dengan suara datar dan penuh keseriusan.

Regan menanggapi ucapan Alfarez dengan senyum tipisnya. Tidak ada satupun yang paham maksud dari senyuman yang diberikan Regan. Namun, dari sinar mata Regan, jelas sekali bahwa ada harapan yang berbinar cerah didalam sana.

Ya Regan dengan kisahnya di bangku SMA.

Tbccc
🍭🍭🍭
Hope you enjoy it. Happy reading and selamat ber usbn, unbk, utbk, bagi yang seperjuangan denganku. Ganbatte!! suksesss selaluu!!

Cewek manja! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang