40 | Memaafkan

7.7K 241 7
                                    

"Aku kembali terluka, jatuh ke lubang yang sama namun dengan kedalaman yang berbeda".


Instagram : @hraa_124

                Malam kembali menyapa, namun Azzyra masih setia berdiam diri ditaman belakang rumah nya. Duduk tenang menikmati langit malam yang indah. Ditemani bintang juga angin malam. Sudah hampir dua jam Azzyra duduk seorang diri disana. Berniat menenangkan hati nya, justru ia malah semakin dibuat bingung dengan dirinya sendiri.

        Ia ingin memilih memaafkan kesalahan ayah nya, namun di satu sisi hati nya belum bisa memaafkan apa yang telah terjadi. Ia ingin mencoba berdamai. Berdamai dengan hatinya, hidupnya juga Ayahnya. Azzyra cukup lelah terus berlari dari segala masalah hidup nya yang rumit. Benar kata Ziko, menghindari masalah itu cukup melelahkan. Beberapa hari berlalu, cukup bagi Azzyra merenung kan semua masalah nya. Kini saat nya untuk ia menentukan keputusannya dan mengakhiri segala perdebatan yang ada.

       Dengan hembusan nafas yang berat, Azzyra telah memilih keputusan nya sendiri. Ia mencoba untuk tersenyum dan melepaskan seluruh lukanya. Dalam hati nya, Azzyra ingin meluapkan segala lara. Namun, ia sadar bukan saat nya untuk ia hancur. Ia harus bangkit dan menemukan titik bahagia.
       Azzyra berdiri dari duduk nya, memilih untuk berjalan meninggal kan tempat itu menuju rumahnya. Sesaat ia sampai kedalam rumah, matanya menjelajahi semua sudut ruangan mencari seseorang yang ingin ia ajak bicara.
          Hingga netra matanya menangkap satu sosok yang baru saja turun dari tangga.

"Abang! " Panggil Azzyra sedikit keras.

"Anterin aku ke rumah Papah, " Ucap Azzyra saat ia sampai dihadapan Ziko.
       Ziko menatap Azzyra dengan tatapan kaget sekaligus bingung. Ada apa gerangan hingga Azzyra memintanya mengantarkan ia kerumah papah nya itu.

"Kamu serius? " Tanya Ziko memastikan. Azzyra mengangguk mantap meyakinkan Ziko.
"Aku pengen nyelesain semuanya"

▪▪▪
 


       Setelah menunggu beberapa saat, barulah pintu yang pada awalnya tertutup itu perlahan mulai membuka sedikit demi sedikit. Hingga terbuka sepenuhnya yang menampilkan seorang gadis muda yang berdiri disana dengan piyama tidurnya.


"Eh, kak Ziko, Zyra! " Kagetnya setelah melihat siapa yang datang. "Mari masuk" Tawarnya dengan membuka jalan dan menggiring Azzyra dan Ziko agar mengikutinya.

      Azzyra dan Ziko pun mengikuti nya hingga kedalam rumah.
"Duduk dulu kak, Zyra. Sebentar aku panggil dulu mama sama papah" Ucapnya sambil berlalu menuju tangga kearah lantai dua rumahnya.

         Azzyra dan Ziko memilih untuk langsung duduk disofa ruang tengah yang baru saja ditawarkan. Dengan duduk berdampingan.

"Kamu yakin Kia? Apa kamu udah mikirin ini sampai matang? " Tanya Ziko sekali lagi.

  Azzyra memutar bola matanya malas, sudah keberapa kalinya Ziko melontarkan pertanyaan yang sama.
"Iya Bang, "

"Kalo kamu belum siap, gapapa jangan maksain. Kita bisa pulang lagi" Ucap Ziko yang masih meragukan keputusan dari Azzyra.

"Bang, bukan nya abang yang menyarankan Kia untuk berdamai? Memaafkan semua? Kenapa sekarang abang jadi ragu dengan keputusan Kia? " Pertanyaan itu mampu membungkam Ziko,

      Benar, bukan kah Ziko sendiri yang menyarankannya? Lalu mengapa ia masih ragu? Harusnya ia memberi dukungan dan semangat. Bukannya malah meragukan Azzyra.

"Maaf, Abang gak,,, "

"Azzyra,,, "

       Kalimat Ziko tiba tiba terpotong dengan suara seseorang yang memanggil nama Azzyra dari belakang. Sepasang suami istri paruh baya dan gadis yang seumuran dengan Azzyra.
      Mereka langsung menghampiri Azzyra dan Ziko.

"Azzyra,, " Panggil Herman yang terdengar lirih. Menatap Azzyra dengan mata yang berkaca kaca juga suara yang bergetar.

         Menatap nya balik, Azzyra hanya bisa menahan segalanya saat ini. Rasa sakit yang dulu seakan kembali menyerang nya. Mati matian ia menahan rasa sakit dan getaran itu. Azzyra dan Ziko secara bersamaan bangkit dari posisi duduknya saat ini.

"Azzyra kesini mau ketemu sama Pa--pah" Ucap Azzyra dengan nada yang sedikit ragu. Azzyra melirik Ziko sekali memastikan bahwa semuanya pasti akan baik baik saja. Secara tidak sadar, sedari tadi tangan nya menggenggam erat tangan Ziko.

"Boleh papah peluk kamu nak? " Pinta Herman dengan maju satu langkah kedepan dan merentang kan kedua tangannya.

         Azzyra menatap ragu pada Ziko, seakan meminta persetujuan saudaranya itu. Ziko pun menatap teduh kearah Azzyra, dengan lembut ia menganggukkan kepalanya. Azzyra maju selangkah demi selangkah mendekati Herman. Sekilas matanya merah berkaca kaca seakan siap menumpahkan air kapan saja.

_______________________________________________

Done🎈
Jangan lupa untuk Voute dan komen
Lalu follow hehe❤

TBC 🔜

UnPerfect Couple [End]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang