52 | Luka

6.2K 202 6
                                    


"Jika aku yang pergi, aku pasti akan kembali. Namun, jika kamu yang pergi, apa kamu akan kembali? "

▪▪▪

Instagram : @hraa_124

"Nathan, mama mohon. Mama Minta maaf sama kamu tentang masa lalu mama. Apa kamu gak bisa maafin mama? Dan gak usah mengungkit hal itu? " Ucap Risa disela sela isak tangisnya.


🍁

"Apa mama bisa ngobatin luka aku? Apa mama bisa balikin papa buat aku? " Tanya Nathan balik pada Risa. "Itu jawaban Nathan buat pertanyaan mama! " Tegas Nathan.

"Mama Minta maaf , mama ngaku salah! Ini salah mamah kenapa keluarga kita jadi seperti ini. Mama Minta maaf, " Risa menangis, tangisan nya sarat akan penyesalan yang mendalam. Beberapa kali ia terlihat memegang dada nya, seperti sakit luarbiasa yang sedang ia tahan.

       Mendengar itu semua membuat Nathan kembali jatuh. Seakan dilempar kembali pada ingatan dua tahun silam, saat kenyataan pahit harus memisahkan keluarganya. Hanya karna sebuah kata 'khilaf' yang diucapkan Risa.

"Maaf Mama gak berguna sekarang, Nathan hanya ingin mama bisa balikin papa "  Nathan berujar dengan dingin, entahlah. Saat ini ia hanya ingin meluapkan apa yang sedang ia rasakan .

        Tangis Risa semakin pecah saat itu. kenyataan nya, Karma memang tidak pernah salah dalam memilih waktu.

"Maaf, mama gak bisa. Mama Minta maaf" Isaknya.

"Kalo bukan karna khilaf nya nyonya Risa, Papa gak akan mungkin ninggalin aku secepat ini! "
Nathan berbalik, menaiki tangga. Meninggalkan Risa yang masih terisak disana. Menahan hujatan kata kata Nathan yang terlontar seperti pedang tajam yang mengiris hatinya.

      Nathan  membuka pintu kamarnya dengan kasar. Menutup nya dengan bantingan keras. Ia menatap dirinya didepan cermin kamar mandi. Dengan perasaan yang tak bisa ia control, ia menatap dirinya di pantulan cermin dengan teliti.
         Matanya terpejam erat dengan kedua tangan mencengkram ujung wastafel. Nafasnya semakin memburu, ada rasa sesak yang sangat menyakitkan menyerang dada nya.

"Argh! Anjing! "
    Kali ini emosi nya benar benar diujung tanduk. Tangan Nathan yang terkepal kuat, bisa memecahkan cermin didepan nya dengan sekali pukulan.

       Pecahan pecahan kecil kaca terlihat berjatuhan satu persatu. Dengan tangannya yang masih diam disana. Perlahan cairan merah kental menetes yang keluar dari tangan Nathan.

"Kenapa semuanya masih gue inget? Kapan gue bisa lupa tentang kejadian itu? Rasanya gue pengen mati! " Pikir Nathan dalam hati.

"Gue pengen ketemu sama papa! "

     Kali ini pikiran nya benar benar kacau, jika bukan karna bunyi HP yang berdering dari atas kasurnya. Mungkin Nathan tak akan pernah sadar dari emosi nya.


        Nathan langsung menarik tangan nya dari kaca yang sudah rusak parah itu. Tanpa memikirkan tangannya yang berdarah, ia segera menuju kasur dan mengambil HP nya. Terlihat satu panggilan dari Satya, Nathan langsung menggeser icon hijau kekanan dan mendekatkan HP ke telinga nya.

"Halo yang! Gue, Budi sama David ke rumah lo sekarang yak? Ini udah mau otw nih! " Suara bising terdengar dari sebrang telepon.

       Nathan memejamkan matanya sebentar, berusaha menetralisir emosi dan pikirannya. Dengan keras ia berusaha agar terlihat baik baik saja.
"Yang yang! Jijik gue denger nya. Sini aja langsung otw" Jawab Nathan.

"Oke, tunggu kita ya Sayang! Kita mau otw nih. Dahhh! Muwahhh . Hahah" Terdengar gelak tawa setelah kalimat menjijikkan itu terdengar.

Nathan tersenyum, teman nya itu selalu punya cara agar dirinya tersenyum. Meskipun caranya extrem dan aneh, tapi Nathan akui itulah yang Nathan sukai dengan berteman dengan mereka. Untuk sejenak ia bisa teralihkan dari masalahnya.
"Geli elah! Lo kata gue cowok apaan lo panggil sayang sayang begitu! "

"Udah ah yang! Gue mau otw nih, gue tutup telpon nya. Bye sayang nya aku"
Tutt! Sambungan telepon langsung terputus sebelum Nathan menjawab nya.

       Nathan meletakkan HP nya diatas kasur. Sejenak ia menatap punggung tangan nya yang tadi ia gunakan untuk memukul kaca. Darah masih keluar dari ruas jari tangannya. Sebelum teman temannya datang Nathan segera menuju kamar mandi. Memutar kran air di wastafel dan meletakkan tangan nya dibawah guyuran air. Darah segar yang bercampur dengan air mengalir turun dari tangan Nathan.
      Tak terasa apapun bagi Nathan. Perih ataupun bau anyir darah bukan hal yang Nathan benci . Ia justru menikmati rasa sakitnya kala air yang mengalir menyentuh tangannya yang masih meneteskan darah. Pecahan kaca kecil yang menempel ditangannya, ia cabut dan ia usap dengan pelan. Tak masalah. 

       Selesai membersihkan tanganya, Nathan segera keluar dari kamar mandi.

____________________
____

Jangan lupa untuk
Vote & komen❤🍁

UnPerfect Couple [End]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang