11. Tempat Asing dan Kecelakaan Itu

74.9K 9.5K 327
                                    

"Keluar dari perumahan itu aku merasa melihat dunia lain," celetuk Nattan melihat sekeliling jalan yang ramai.

Hanya butuh waktu lima menit setelah keluar dari gerbang perumahan Paradise Garden, mobil langsung menuju jalan utama yang padat. Mengingat betapa heningnya suasana perumahan, tak heran jika Nattan merasa demikian.

"Kita mau sarapan apa?" tanya Kalandra.

"Apa pun yang terdekat, gue udah laper," jawab Nattan.

Dua pria itu sibuk mendiskusikan makanan apa yang akan mereka makan, sementara Navya sibuk dengan pikirannya sendiri. Wanita itu masih sangat penasaran dengan mobil yang dilihatnya di pos satpam tadi. Entah kenapa dia merasa ada yang aneh dengan mobil itu, tapi dia juga sendiri tidak tahu apa. Navya bukan semacam cenayang yang bisa menebak masa depan, perasaannya saat ini sangatlah tidak nyaman setelah melihat mobil asing tadi.

"Kenapa berhenti di sini?" tanya Navya bingung ketika mobil menepi di jajaran pedagang kaki lima dekat taman kota.

"Lah, emang kagak nyimak tadi obrolan kita, kalau kita mau makan bubur ayam di sini?" tanya Nattan heran.

Navya tidak berkomentar dan memilih untuk mengikuti kedua pria itu turun dari mobil. Angkringan bubur yang mereka tuju lumayan ramai sehingga mereka butuh waktu cukup lama untuk menunggu. Navya duduk di antara Nattan dan Kalandra yang sibuk dengan ponsel mereka. Navya yang tidurnya terganggu tadi malam, menyadarkan kepalanya ke bahu Nattan menahan kantuk. Navya membaui tubuh Nattan dan semakin mendekatkan diri pada Nattan untuk memperjelas penciumannya.

"Apan, sih, Nav, malu ih ngedusel-dusel manja gitu, noh kalau mau ke suaminya jangan sama Abang," ucap Nattan menahan kepala Navya agar me njauh.

"Abang, Abang bau Kak Nitya," ucap Navya.

"Hah?" tanya Nattan bingung. Pria itu membaui dirinya sendiri. Sejujurnya dia tidak tahu bagaimana bau tubuh Nitya, karena memang dia dan Nitya jarang bertemu atau berada di radius dekat hingga bisa mencium bau tubuh masing-masing.

"Perasaan cuma mandi pake sabun tadi, kenapa bisa bau Kak Nitya. Sabunnya emang merek mahal, sih, gak sangka wanginya sampe kecium wangi Kak Nitya," ucap Nattan.

"Jangan-jangan itu sabun Kak Nitya ...," ucap Navya menebak.

"Itu berarti kemungkinan Kak Nitya pernah tinggal di rumah itu. Atau mungkin Kak Nitya masih tinggal di sana sekarang. Orang yang aku lihat kemarin pasti beneran Kak Nitya. Dia ...."

"Kagak usah ngedrama cantik," ucap Nattan memotong ucapan nyerocos Navya.

"Rumah itu hanya rumah lantai dua dengan empat kamar. Yang benar saja, mana mungkin rumah itu bisa dijadikan tempat sembunyi tanpa ketahuan orang rumah. Kamu pikir rumah itu seperti mansion dengan banyak kamar apa? Kentut aja kedengaran, gimana mau sembunyi?" tanya Nattan mencibir.

"Tapi ...."

Kedatangan pedagang bubur yang mengantarkan pesanan mereka mau tidak mau menghentikan pembicaraan mereka.

"Makan ... nanti baru ngomong lagi," ucap Nattan sebelum Navya membuka mulutnya untuk bicara lagi. Navya itu sebenarnya sebelas dua belas dengan ibu mereka, jika bicara susah di rem. Di keluarga mereka hanya Nitya, wanita yang tidak banyak bicara. Saking iritnya bicara kadang sekeluarga pun tidak banyak tahu tentang kehidupan sulung dari tiga bersaudara itu.

Selesai dengan sarapan mereka, Nattan permisi lebih dahulu karena mendapatkan telepon dari rekannya. Pembahasan tentang kemungkinan keberadaan Nitya di rumah itu tidak dibahas lagi karena suasana dalam mobil terjebak dalam keheningan. Kedua insan itu masih kaku untuk memulai bicara satu sama lain, tapi jika sudah bicara, pembicaraan di antara mereka mengalir begitu saja. Malah terkadang dibumbui dengan emosi dan saling maki.

Paradise GardenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang