19. Malam yang Sangat Panjang

71.9K 8.9K 290
                                    

Setelah keributan karena apa yang ditemukan berakhir, tinggalah Navya sibuk di dapurnya untuk menyiapkan makan malam. Chandra dan Bagas yang mengatai rumah itu menyeramkan, nyatanya malah memilih tinggal. Nattan membawa banyak makanan untuk mereka, membuat dua sahabat pecinta makan gratis itu tidak bisa melewatkan kesempatan. Bahkan keduanya malah berencana menginap dengan dalih sekalian uji nyali.

"Vy, lama banget, sih, masaknya tinggal angetin juga," protes Nattan. Pria itu tahu betul jika selain makanan instan tidak ada lagi masakan yang rasanya menjamin, jika Navya yang membuatnya. Sengaja dia membeli bahan-bahan makanan instan dan beberapa makanan hasil masakan resto untuk makan malam mereka.

"Kalau gitu sini bantuin cuci wadah buat angetinnya biar cepet," ucap Navya. Peralatan masak di dapur memang lengkap, tapi di dapur hanya ada satu wajan yang berukuran cukup besar untuk menghangatkan makanan yang dibawa Nattan. Entah siapa yang menyiapkan alat-alat dapur di rumah ini, karena saat tiba di rumah ini peralatan memasak sudah ada. Dan sepertinya, peralatan disiapkan untuk keluarga kecil, bukan memberi makan lima orang dewasa. Navya hanya menambahkan alat-alat makan ketika pindah, itu pun alat makan yang dibawa mama dari rumah, juga beberapa hadiah saat pernikahan. Sepertinya, orang yang mempromosikan jika rumah ini, rumah baru berbohong. Terbukti di rumah ini bahkan ada alat makan untuk anak-anak. Entah yang menyediakan terlalu perhatian, atau memang pernah ada keluarga lain tinggal di rumah ini.

"Si Kalandra ke mana?" tanya Nattan. Kakak beradik itu bicara dengan mode saling teriak karena Nattan malas beranjak. Pria itu sedang menonton pertandingan bulu tangkis di televisi bersama Bagas dan Chandra. Sebenarnya hanya Nattan dan Bagas yang menonton dengan ekspresif pertandingan itu, sedangkan Chandra, gadis itu asyik dengan ponselnya. Beberapa kali wanita itu memutar bola matanya bosan melihat tingkah alay dua pria yang duduk di ruangan yang sama dengannya itu. Sepertinya dulu dia buta pernah naksir pada Nattan, nyatanya Nattan dan Bagas ternyata sejenis.

"Kalandra sedang mengangkat telepon," jawab Navya masih mode berteriak.

"Ck, tidak usah saling teriak seperti itu," ucap Kalandra keluar dari kamar setelah selesai bertelepon. Pria yang dulunya hidup penuh damai dengan almarhum kakak laki-lakinya sepertinya mulai sekarang harus mulai terbiasa dengan cara komunikasi kakak beradik seperti Navya dan Nattan. Bukan kali pertama kedua kakak adik itu saling berbicara dengan mode teriak karena mereka berada di jarak yang jauh seperti sekarang.

Kalandra meneruskan pekerjaannya membantu Navya, pria itu membawa makanan yang sudah dihangatkan ke ruang televisi, karena tidak mungkin makan di meja makan yang hanya berkursi 4. Televisi di rumah itu memang dibawa oleh Nattan sekaligus karpet yang sama tebalnya seperti kasur busa itu sebagai tempat menonton televisi dan satu sofa bed. Kebiasaan Nattan saat mereka hanya tinggal berdua menyalakan televisi meskipun tidak ada yang menonton. Pria itu berpikir, jika suara televisi membuat suasana rumah menjadi ramai. Mungkin baru kali ini sejak televisi itu di pasang, benar-benar di tonton.

"Bang, Gas, bawa meja di ruang depan gih, buat naruh makanan," perintah Navya kepada dua pria yang sedang fokus menonton.

"Bentar, tanggung," ucap Nattan tanpa berbalik.

"Kalau gitu, ayo kita makan bertiga aja Chan, bawa lagi makanannya ke meja makan," ucap Navya mengajak Chandra sekaligus memerintah Kalandra.

"Iya-iya, nih, gue bangun. Buruan, Gas, sebelum nyonya rumah ngamuk," ucap Nattan bangkit dari duduknya.

Setelah meja disiapkan dan makanan disiapkan, kelima orang itu mengelilingi meja dan mulai makan. Navya berulang kali mengernyit karena ketiga pria itu memakan sambil menonton, makian juga terdengar dari mulut mereka ketika pemain yang mereka jagokan melakukan kesalahan.

Meninggalkan ketiga pria yang masih asyik dengan televisi, Navya dan Chandra memilih istirahat di kamar setelah selesai mencuci bekas makanan. Karena Bagas menginap, mau tidak mau Chandra juga menginap. Acara menginap seperti ini sering mereka lakukan semenjak menjadi mahasiswa. Biasanya Reta juga ikut tapi kali ini, Reta yang masih sibuk menjelang sidangnya harus puas bersungut-sungut di balik telepon saat mereka melakukan video call.

"Gue gak bisa tidur," keluh Chandra setelah berbalik ke sana-kemari mencari posisi nyaman. Wanita itu memandangi tangannya yang tadi menyentuh rambut itu. Chandra bergidik ngeri jika mengingatnya. Wanita itu melihat ke arah Navya yang juga belum menutup matanya.

"Lo kepikiran yang tadi siang, yah?" tanya Navya, sebenarnya dia juga masih ngeri dengan apa yang terjadi tadi siang.

"Gue mau pulang ...," rengek Chandra.

"Nginep aja, sih, temenin gue," ucap Navya.

"Tapi, gue gak bisa tidur," rengek Chandra lagi.

"Mau dengerin musik?" tawar Navya, karena biasanya mendengarkan musik sebelum tidur, bisa membuat cepat mengantuk.

Navya menyalakan musik mellow sebagai penghantar tidur mereka. Suara dua personil Davichi memenuhi gendang telinga kedua gadis itu karena mereka mendengarkan lewat earphone. Tidak berapa lama, suasana kamar tidur itu berubah menjadi senyap.

*****************

"Lagi ngapain, sih?" tanya Nattan melihat Kalandra yang sibuk dengan laptopnya. Mereka baru saja akan tidur menjelang jam dua belas malam, setelah pertandingan yang mereka tonton berakhir dilanjut menonton film action. Bagas sudah lelap sedangkan Kalandra yang memang tidur saat film diputar malah bangun. Sedangkan Nattan yang belum tidur terlalu nyenyak menyadari Kalandra bangkit dari tidurnya, karena ruang sebelahnya kosong.

"Aku meminta kenalanku untuk mencari berita tentang Paradise Garden dan kejadian-kejadian yang terjadi di sekitar tempat ini," ucap Kalandra menggeser posisi duduknya agar Nattab bisa melihat apa yang dia lihat.

"Ck, malam-malam gini, lo suruh gue baca artikel, kagak kuat mata gue," komentar Nattan dan kembali menyelusupkan diri untuk tidur.

"Besok lagi aja liatnya, sekarang mending tidur," ucap Nattan lagi.

Kalandra melanjutkan bacaannya, suasana rumah terasa terlalu sepi membuat bulu kuduknya tiba-tiba merinding. Ruangan televisi yang jadi tempat tidur ketiga pria itu gelap, hanya cahaya dari laptop di pangkuan Kalandra yang berpendar. Kalandra memutuskan untuk mematikan laptopnya dan menyusul tidur. Baru saja dia akan berbaring tiba-tiba dia mendengar suara derap langkah orang yang berlarian. Kalandra kembali menegakkan tubuhnya, suara derap langkah itu semakin terdengar jelas seolah sangat dekat.

"Navya?" tanya Kalandra karena biasanya tengah malam begini, tidur sambil berjalan Navya kumat. Kalandra bangkit mengambil ponselnya dan menyalakan senter untuk menerangi langkahnya. Kalandra menekan saklar untuk menyalakan lampu. Suara derap langkah yang tadi Kalandra dengar terdengar menjauh. Kali ini suara derap langkah itu semakin cepat seperti orang yang berlarian.

"Navya," panggil Kalandra lagi mengikuti suara arah derap langkah itu.

Kalandra menyalakan lampu dapur, karena suara derap langkah itu menuju ke sana.

"Navya," panggil Kalandra lagi, dia melihat ke arah tempat terakhir kali dia menemukan Navya di sana.

Kalandra melihat ke sekeliling, tidak ada siapa pun di dapur. Untuk sesaat suara derap langkah itu menghilang. Kalandra menggelengkan kepala, mungkin dia hanya berhalusinasi mendengar suara derap langkah itu. Kalandra bergerak ke arah saklar lampu untuk mematikan lampu. Belum sempat dia mematikan lampu suara derap langkah orang berlari terdengar kembali. Kali ini derap langkahnya mendekat ke arah tempatnya berdiri.

"Navya ... Navya hilang," ucap Chandra dengan napas ngos-ngosan.

Paradise GardenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang