17. Si Anak Pejabat Itu

71.3K 8.6K 336
                                    

Navya memainkan sedotan dengan sedikit kesal. Bagaimana tidak, sudah hampir tiga puluh menit dia menunggu, Reta tak juga kunjung datang. Lama tidak bertemu dengan teman-temannya, Navya lupa janji jam 10 itu artinya baru berangkat dari rumah jam segitu. Entah jam berapa Reta membuat janji dengan klien yang pasti kliennya pun belum datang saat ini. Salahkan Kalandra yang begitu terburu-buru mengantarkannya karena dia memiliki janji dengan klien di toko batik warisan yang ditinggalkan Ganes.

Sebenarnya Navya juga salah, dia benar-benar bosan di toko batik milik Kalandra tadi. Pria itu terus ke sana-kemari dan mengerjakan ini itu bersama pegawainya dan dia ditinggalkan di kantor pria itu yang letaknya agak menjorok ke belakang. Navya sedikit takut di tinggal sendirian setelah sering melihat apa yang tidak nyata. Kedua mertuanya kembali ke kota asal ayah, selain untuk memantau pabrik produksi batik milik ayah, tinggal di kota tempat nyawa anaknya terenggut terlalu menyedihkan untuk bunda. Maka dari itu untuk sementara mereka akan tinggal. Navya ikut ke tokonya Kalandra, karena dia tidak mau sendirian. Tak tahunya di toko juga tidak ada yang bisa dia kerjakan dan berakhir sendirian juga. Setelah ke kafe tempat janjian dengan anak-anak, eh, dia sendirian lagi. Beruntungnya di cafe meskipun sendiri, tapi tidak benar-benar sendirian karena ada orang lain juga di cafe itu. Meskipun belum memasuki jam makan siang, sudah ada beberapa pelanggan di dalam kafe.

"Sorry ... sorry telat," ucap seseorang dari arah belakang Navya.

Dua orang gadis dengan perbedaan gaya yang mencolok langsung duduk di meja yang sama dengan Navya. Reta yang biasanya selalu cetar terlihat berantakan dan terlalu sederhana. Sedangkan Chandra terlihat begitu rapi dan profesional seperti wanita pekerja kantoran.

"Gue cuma mau ngasih ini, lo, Chandra sama Bagas aja yang temenin klien," ucap Reta menyerahkan paperbag ke hadapan kedua temannya.

"Ini katalog dekor baru EO kita, si Bagas dibantuin Bang Nattan yang bikin layout-nya."

"Kak Nattan?" tanya Navya heran, bagaimana bisa Nattan tiba-tiba membantu usaha EO yang katanya terlalu lelah untuk di jadikan pekerjaan.

"Kan, yang pertama tahu kita dapat proyek ini Abang lo, gara-gara dia yang angkat. Waktu pertama kali deal sama mereka, kan, lo sibuk bantuin mertua lo pindahan, Bang Nattan juga yang nganter kita, yah, kan, Chan?" tanya Reta meminta dukungan Chandra.

Chandra hanya bergumam membalas pertanyaan dari Reta. Wanita itu terlalu asyik mempercantik diri hingga tidak terlalu menyimak obrolan kedua temannya.

"Ya elah, Chan, dari tadi ngerias aja. Yang lo bakal temuin itu calon laki orang woy masih aja tebar pesona," ucap Reta melempar Chandra dengan tisu yang berada di genggamannya.

"Biarin aja, lagian siapa tahu tuh laki sadar, ceweknya kagak cocok sama dia. Timpang banget tahu gak," ucap Chandra.

"Emang, kenapa gitu?" tanya Navya penasaran karena memang dia belum bertemu klien mereka. Sepertinya klien kali ini memang sangat istimewa, entah apa istimewa pasangan itu, selain karena si mempelai perempuan anak pejabat hingga Kalandra dan Nattan pun menawarkan diri untuk ikut membantu.

"Si ceweknya kagak cantik-cantik amat sedangkan cowoknya, beh, mirip oppa-oppa Korea," ucap Chandra antusias.

"Mungkin dia gak liat dari fisik, canti, kan, relatif," ucap Reta membela si mempelai wanita.

"Ya iyalah, pasti dia lihat harta. Katanya, sih, tuh pejabat kaya banget. Dia walikota, tapi katanya yang jabatannya lebih tinggi dari dia juga menghormatinya," ucap Chandra bersemangat.

"Tahu dari mana?" tanya Navya.

"Lo gak pernah baca berita tentang Budiman Hartawan gitu? Bukannya lo tinggal di Paradise Garden? Dia dan keluarganya juga tinggal di sana, deh, kalau gak salah. Masa, sih, gak pernah ketemu atau denger ceritanya?" tanya Chandra yang dijawab gelengan kepala oleh Navya.

Paradise GardenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang