4. Surat Dari Mempelai dan Hal Memalukan Lainnya

87.1K 10.4K 336
                                    

"Apa kakakmu sudah pulang ke rumah? Atau ada surat yang sudah diterima keluargamu? Ini gawat ... entah apa yang dipikirkan Ganes dan Nitya. Ganes menghilang dan tidak bisa dihubungi, malah surat yang mengatakan jika dia membatalkan pernikahannya."

Navya mengerjap-ngerjapkan matanya mendengar perkataan beruntun dari lawan bicaranya di telepon. Suara orang yang meneleponnya saja terasa asing di telinganya, apa lagi kabar yang disampaikan si penelepon. Kegilaan macam apa ini? Pikirnya

"Navya? Apa kau mendengarku?" tanya si lawan bicara.

"Sebentar ... sebentar ... bisakah kau mengulangi ucapanmu perlahan dan bisakah kau memperkenalkan diri terlebih dahulu?" tanya Navya dengan suara sedikit mengecil di akhir.

"Apa itu penting sekarang? Kita sedang dalam situasi genting Navya. Orang tuaku sebentar lagi akan mendatangi rumahmu untuk membicarakan ini," jawab lawan bicara di telepon dengan nada tak percaya sekaligus ricuh.

"Tentu saja penting, bagaimana mungkin aku percaya apa yang kau bicarakan jika kita bahkan tidak saling mengenal," ucap Navya dengan kalemnya.

"KALANDRA!" terdengar teriakan seorang wanita di balik telepon.

"Sekarang aku yakin kau sudah tahu siapa aku," ucap si penelepon sebelum suara grasak-gerusuk terdengar dan sambungan telepon mati.

Navya mengerutkan keningnya heran. Belum selesai rasa kagetnya karena panggilan telepon tadi, jeritan di lantai bawah rumahnya membuat jantungnya terasa meloncat. Karena suara seberang telepon tidak jelas, Navya berjalan ke lantai dua rumahnya agar pembicaraan orang di seberang telepon terdengar lebih jelas. Dengan tergopoh-gopoh Navya turun dari tangga menuju ruang makan, karena seingatnya di sanalah terakhir kali keluarganya berkumpul. Tapi, sudah tidak ada siapa pun di sana.

"Ada apa? Ada apa?" tanya Nattan terburu-buru mengancingkan celana yang dikenakannya dan berjalan ke arah Navya.

"Papa jangan kolaps. Kalau Papa kolaps sekarang, Mama mau cari berondong aja untuk tempat Mama bersandar," suara ibunya terdengar dari ruang tamu.

"Ada apa, Ma?" tanya Navya setelah dia dan abangnya berlari ke arah ruang tamu.

"Abang bawa Papa ke kamar, kita bicarakan di kamar papa. Dan Adek, tolong arahkan tim dekor ke taman untuk memulai pekerjaan. Kalau ada tamu kamu sambut, yah, dan panggil Mama di kamar," perintah Mama tanpa bisa diganggu gugat.

Navya menjalankan perintah ibunya untuk mengarahkan tim dekor untuk pernikahan Nitya dan Ganes ke arah taman. Berkecimpung di dunia event organizer membuat Navya betah melihat bagaimana tangan-tangan terampil itu mengubah taman rumahnya menjadi pelaminan yang cantik. Betah melihat pekerjaan para tukang itu membuat Navya lupa tentang teriakan ibunya tadi dan masalah apa yang dihadapi keluarganya. Suara klakson mobil mengalihkan perhatian Navya.

Karena menyambut tamu juga menjadi bagian yang ditugaskan sang ibunda Ratu, mau tak mau Navya menggerakan tubuhnya untuk menyambut tamu. Navya mengerutkan keningnya melihat ekspresi tamu yang datang ke rumahnya. Dia kenal sosok wanita paruh baya itu meskipun sudah lama sekali sejak mereka bertemu. Wanita itu adalah ibu dari anak nakal yang mengganggunya waktu kecil yang tak lain tak bukan, ibunya Kalandra. Mata Navya langsung melotot menyadari jika wanita itu pastilah ibunya Ganes juga, calon suami kakaknya yang sekarang entah berada di mana.

"Navya ...," panggil wanita paruh baya itu dan menarik Navya ke pelukan hangat wanita bertubuh subur itu.

"Bunda Kala kangen banget ...," ucap wanita itu yang sudah tidak diingat lagi siapa namanya oleh Navya. Waktu kecil biasanya ketika memanggil ibu dari temanmu, alih-alih memanggil namanya, memanggil nama ibunya si ini atau bundanya si itu lebih efektif.

Paradise GardenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang