47. Dia Yang Tidak Terlihat

54K 8.1K 742
                                    

Jika tidak nyaman dengan adegan kekerasan dan kebrutalan, harap jangan baca bagian ini!!!

Kalandra mengeratkan pelukannya saat suara langkah orang itu semakin mendekat, sampai Navya berontak karena sesak napas.

"Kalandra lepas ... aku sesak napas," rengek Navya kesal.

"Sst ...," ujar Kalandra sadar dan melonggarkan pelukannya. Terdengar tawa yang menggelegar dari seseorang yang berbagi ruangan dengan mereka. Gema di ruangan itu, membuat suara tawa itu semakin menyeramkan.

"Ke mana keberanian kalian saat memasuki ruangan ini?" tanya orang itu terdengar meremehkan masih dengan sisa tawanya.

Dari suaranya, sepertinya orang itu adalah seorang pria yang terbilang masih muda. Mungkin pria itu masih berusia 20-an atau awal 30-an. Posisi Kalandra yang membelakangi orang itu dan Navya yang tenggelam dalam pelukan Kalandra, membuat mereka tidak bisa melihat orang asing yang berjalan semakin mendekati mereka. Meskipun dalam hati mereka sangat ingin melihatnya, tapi rasa takut lebih mendominasi.

"Apa kalian ingin bernasib sama dengan gadis malang itu?" tanya orang asing itu membuat tubuh keduanya menegang. Sedangkan gadis malang yang disebutkan oleh orang asing itu sudah berhenti bergerak. Tidak terdengar lagi suara dentingan jeruji beradu dengan rantai. Gadis itu masih membuka matanya dan bernapas lamat-lamat. Seolah tahu jika orang yang menyakitinya ada di sekitarnya, gadis itu tidak lagi mengeluarkan suara.

Navya melepaskan pelukan Kalandra untuk melihat siapa orang asing pemilik ruangan ini, setelah menenangkan diri. Dia terus mensugesti dirinya jika dia bisa mengatasi masalah ini. Mensugesti jika orang asing itu sama-sama manusia seperti dirinya. Hanya saja bedanya orang itu titisan setan sementara dia titisan malaikat. Dia lebih unggul dari orang asing itu, berulang kali dia memberikan sugesti itu pada dirinya sendiri agar kuat berdiri tegak. Dia terus membohongi dirinya sendiri secara meyakinkan, untuk membuat otaknya khilaf, dan percaya dengan sugestinya. Setelah melihat keadaan ruangan ini, membuat Navya merasa kewarasannya di ambang batas. Biarlah dia kehilangan kewarasannya sekalian.

"Navya ...," bisik Kalandra ketika Navya melepaskan pelukannya dan berjalan mendekati orang asing itu. Mau tak mau Kalandra juga ikut berbalik melihat ke arah orang asing itu.

"Siapa kau?" tanya Navya berusaha menyembunyikan getaran ketakutan suaranya, ketika melihat seseorang berdiri di tengah ruangan dengan tenang. Sama seperti penampilannya yang terlihat di CCTV, orang itu berpakaian serba hitam. Masker, topi, juga sarung tangan yang berwarna senada dengan pakaiannya. Entahlah, mungkin orang itu tidak punya baju lain atau itulah ciri khas yang ingin ditunjukan olehnya. Konon katanya seorang pembunuh itu punya ciri khas masing-masing agar kejahatan mereka diakui.

Mendengar pertanyaan Navya orang itu malah tertawa puas, sampai terbungkuk-bungkuk. Sepertinya pertanyaan Navya terdengar sangat lucu untuk orang itu. Dan tawa gilanya serta pantulan gema ruangan ini, berhasil membuat nyali Navya sedikit mengkerut. Dia butuh tangan Kalandra untuk dia genggam sebagai pereda rasa takut. Jarak mereka dengan orang asing itu tidak lebih dari tiga meter, tapi Navya tidak bisa mengenali orang itu karena masker dan topi yang dikenakannya. Dari jarak mereka berdiri, Navya tidak dapat mengenali, apa mata orang asing itu, sama dengan mata yang dia lihat di dalam mimpi.

"Bukankah seharusnya aku yang mengajukan pertanyaan itu? Siapa kalian kenapa masuk ke ruang pribadiku?" tanya orang itu terdengar geli.

Navya semakin mengeratkan genggaman tangannya pada tangan Kalandra. Tanpa sadar pasangan itu mundur ketika orang asing itu berjalan mendekati mereka.

Srek ... .

Tiba-tiba saja pagar besi menutup jalan menuju terowongan, membuat Navya dan Kalandra benar-benar terjebak bersama orang asing ini tanpa jalan keluar.

Paradise GardenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang