36. Mencari Jawaban

60.7K 8.4K 302
                                    

Melihat semua berkas dan coretan-coretan yang ditinggalkan Nitya membuat Navya dan Kalandra penasaran. Tidak banyak yang mereka dapatkan tentang Navya dari orang-orang yang bekerja bersama Navya di rumah sakit. Mungkin itulah lingkungan orang dewasa, di mana tidak ada yang benar-benar mengenal teman kerja mereka, meskipun mereka lebih banyak menghabiskan waktu di tempat kerja dari pada di rumah dengan keluarga mereka.

Jawaban orang-orang di rumah sakit ketika ditanyakan tentang Nitya hanyalah jawaban universal. 'dokter yang baik dan ramah' hanya itu. Satu-satunya informasi yang mereka dapatkan tentang Nitya dari rumah sakit adalah kedekatan Nitya dengan Prof. Ian, pria 50 tahunan, seorang ahli bedah yang menjadi mentor Nitya. Sayangnya, dokter itu sedang ada pertemuan dokter di luar kota sehingga Kalandra dan Navya tidak bisa menemuinya.

Beruntung saat pulang ke rumah, Nattan dan Willy sudah kembali ke rumah. Naka yang memang tinggal di rumah karena tidak memiliki kegiatan selama masa cuti liburnya juga sudah bangun dari tidurnya. Mendengar cerita singkat dari Navya dan Kalandra, ke tiga pria itu sepakat untuk mencari tahu apa yang Nitya tinggalkan untuk mereka. Nitya orang yang cerdas, tidak mungkin dia tidak merasakan keganjilan di perumahan ini. Tapi, yang jadi pertanyaan, kenapa? Kenapa Nitya memilih perumahan ini untuk masa depannya?

************

Mencari jawaban dari berkas-berkas yang ditinggalkan Nitya bukanlah hal mudah. Sementara teman-temannya bekerja untuk persiapan pernikahan klien mereka, Navya jadi babu di rumah. Ke empat pria yang tertinggal di rumah bekerja dengan laptop mereka, papan tulis, kertas dan spidol bak sekumpulan detektif yang sedang menyelesaikan kasus. Navya sesekali membantu, tapi membantunya dalam hal lain, seperti membawakan makanan dan minuman untuk para tuan yang bekerja. Mencari yang mereka butuhkan di tumpukan barang Nitya dan juga menjadi call center untuk ponsel mereka. Sepertinya para pria itu tidak menghormati asas kesetaraan gender karena Navya sama sekali tidak diajak berdiskusi. Navya hanya bisa mencuri dengar dari perbincangan mereka, tanpa diizinkan berkomentar. Keempat pria itu sangat serius dengan apa yang mereka kerjakan, meskipun kesal Navya tidak bisa mengganggu mereka dengan rengekan protesnya.

"Dengan Navya di sini, mohon maaf pemilik ponsel sedang sibuk, silakan lakukan panggilan lain kali," ucap Navya mengangkat ponsel entah milik siapa yang berdering itu.

"Ngomong apa, sih, Vy, jelas-jelas ini nomor punya kamu. Pake suruh lakukan panggilan lain kali lagi. Kualat baru nyaho kamu nyuruh-nyuruh orang tua," omel dari seberang telepon. Penelepon yang dikenalinya sebagai sang ibunda itu membuat Navya beranjak menjauh dari kumpulan pria yang sedang berdiskusi. Kekuatan dahsyat dari suara ibunya dikhawatirkan dapat mengganggu konsentrasi.

"Eh Mama, maaf Ma kirain siapa," ucap Navya cengengesan.

"Emang kamu gak simpan nomor Mama kamu sendiri?" semprot mama lagi.

"Bukan gitu, Ma, tadi Navya lagi sibuk jadi gak lihat layar dan langsung angkat telepon."

"Sesibuk apa sampe lupa ngehubungin orang tua sendiri?" tanya mama yang membuat Navya menghela napas mendengarnya. Ada rasa bersalah di hati Navya karena dia lupa menghubungi ibunya. Navya sadar, setelah kepergian Nitya, semua menjadi tidak mudah untuk ibunya. Ibu mana yang baik-baik saja kehilangan anak tanpa kabar. Dan sudah tugas Navya dan Nattan untuk lebih memperhatikan ibu mereka yang pasti sedang bersedih.

"Maafin Vya, Ma," ucap Navya akhirnya.

"Adek gak salah, Nak. Mama yang salah karena berlebihan khawatir sama kamu, padahal sekarang kamu sudah punya Andra yang jagain kamu. Mama selalu lupa dan berpikir kamu anak bungsu Mama yang tinggal di kostan sendirian. Lupa waktu makan dan tidur seenaknya. Maafin Mama, ya."

"Vya yang minta maaf, Vya seneng kok Mama telepon. Sering-sering kayak biasa juga Vya gak keberatan," ucap Navya.

Ibu dan anak itu kemudian membicarakan banyak hal, mengisi kekosongan karena mereka tidak lagi bisa sering bertatap muka. Anak perempuan dan ibunya, tentu saja banyak hal yang mereka bagikan ketika berbincang. Dari mulai hal yang penting sampai tidak penting mereka bicarakan. Dari mulai anak tetangga sampe pak lurah menjadi bahan pembicaraan ibu dan anak itu.

Sementara Navya bicara ngalor ngidul bersama ibunya, Nattan CS mulai menemui titik terang dari pencarian mereka.

"Tidak ada yang istimewa dari panti-panti asuhan itu. Hanya panti sederhana dengan anak-anak yang melebihi kapasitas, juga beberapa masalah yang ditimbulkan anak-anaknya di sekolah. Sedangkan tempat penampungan tunawisma itu, tempat itu dibagun oleh dr. Adrian Watimena atau lebih dikenal dengan nama Prof. Ian yang merupakan kepala bagian tempat Nitya bekerja sekaligus mentor Nitya. Selain kesamaan jika Budiman Hartawan, Prof. Ian dan pasangan Nitya-Ganes pernah ke sana mengirim bantuan, tidak ada kesamaan lainnya," ucap Kalandra menjelaskan.

"Nitya ke tempat-tempat itu mungkin karena dia mengikuti jejak profesornya," ucap Nattan yang sangat tahu karakter Nitya yang begitu respek pada atasan dan mentornya. Sampai pada tahap penjilat.

"Kemungkinan begitu, karena menurut salah satu teman dokternya, mereka lumayan dekat. Mungkin salah satu alasan Nitya memilih membeli rumah di perumahan ini juga karena mengikuti jejak profesornya," ucap Kalandra.

"Lalu bagaimana hubungan profesor itu dengan Budiman Hartawan?" tanya Nattan.

"Selain mereka tinggal di kompleks yang sama dan beberapa kali mengikuti kegiatan amal bersama, tidak ada yang tahu hubungan mereka lebih dari itu," jawab Kalandra.

"Bagaimana dengan rekap pasien itu?" tanya Nattan pada Willy yang memang bertugas mencari tahu masalah itu.

"Dari rekap medisnya sepertinya pasien-pasien ini, memiliki penyakit parah hingga tahap organ dalam mereka rusak. Semua pasien ini ditangani oleh dokter spesialis dalam. Dari database yang aku coba ambil dari rumah sakit itu, mereka dinyatakan sembuh setelah melakukan transplantasi organ. Tapi, tidak disebutkan keterangan di mana pasien itu menjalani transplantasi atau dokter yang menangani mereka saat operasi. Bahkan di jadwal operasi bagian bedah juga tidak ada nama mereka di jadwal operasi, dalam tiga bulan terakhir," ucap Willy menjelaskan.

Sebagai seorang ahli yang sedikit banyak tahu tentang kesehatan, sangat jarang pasien dengan penyakit yang membutuhkan transplantasi organ melakukan operasi tanpa melibatkan dokter yang menangani mereka sejak awal. Transplantasi adalah hal yang sedikit sulit untuk dilakukan di negeri ini, selain biaya yang mahal dan juga tidak banyaknya ketersediaan pendonor juga menjadi alasan. Mengingat latar belakang pasien dengan embel-embel VIP di belakang mereka, pastilah mereka dari kalangan menengah ke atas. Seharusnya rumah sakit tempat Nitya bekerja yang memang terkenal dengan fasilitas VIP dan VVIPnya mengklaim bangga jika berhasil melakukan operasi transplantasi yang berhasil.

"Ada yang tahu siapa ini?" tanya Naka tiba-tiba setelah suasana hening karena 3 pria itu sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Naka memberikan selembar kertas berisi foto seseorang yang terlihat kurang jelas karena foto itu sepertinya diambil secara sembunyi-sembunyi. Terlebih orang itu mengenakan masker yang menutup setengah wajahnya.

"Dari mana kau dapatkan foto ini?" tanya Kalandra.

"Terselip di antara foto-foto itu," jawab Naka.

Ke empat pria itu memperhatikan selembar foto itu dengan seksama. Foto dengan kualitas yang kurang baik dan penampakan orang yang ada di foto itu mengenakan masker serta topi membuat mereka gagal mengenalinya, seserius apa pun mereka memperhatikan. Selain tanggal pengambilan gambar yang tertera di ujung foto, tidak ada informasi lain yang bisa mereka dapatkan.

"Sepertinya, seseorang yang memotretnya terburu-buru hingga hasilnya blur seperti ini," ucap Naka—yang paham betul akan masalah fotografi—menyampaikan pendapatnya.

"Dia tidak terlihat seperti Ganes," ungkap Nattan. Nattan tidak mengenal pria lain di hidup kakaknya selain Ganes.

"Apa mungkin dia salah seorang penghuni perumahan ini?" tanya Kalandra.

"Jika kita mengurutkan kembali dari mulai ketakutan Navya, kecelakaan Ganes, penemuan rambut, semua hal aneh yang terjadi di rumah ini termasuk sidik jari dari sarung tangan lateks yang ditemukan di rumah ini. Bukankah semuanya merujuk pada adanya pelaku yang mungkin menjadi dalang dari semua ini. Bisa jadi orang dalam foto ini adalah pelakunya," ucap Kalandra mengemukakan pendapatnya.

Navya yang selesai bertelepon mendekati 4 pria yang sedang fokus memperhatikan selembar foto itu. Tanpa dosa Navya menarik foto dari hadapan mereka untuk dia lihat lebih jelas.

"Oh!" Navya berseru setelah beberapa saat memperhatikan foto itu.

"Bukankah ini pagar bagian belakang rumah?" 

Paradise GardenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang