60. Jiwa yang Rusak

57.7K 7.9K 535
                                    

"Hei, kenapa melamun?" tanya Kalandra pada Navya yang terlihat diam saja sejak tadi. Karena Nattan dan kawan-kawan harus segera menyelesaikan kasus ini sebelum berkas sampai ke kejaksaan, Nattan dan Willy pamit. Sedangkan Chandra, wanita itu harus membantu Bagas dan Reta, tinggal lah pasangan yang baru sembuh dari sakit itu di rumah.

"Apa yang kamu pikirkan?" tanya Kalandra lagi, pria itu mendudukan tubuhnya di sisi Navya.

"Semuanya ... aku memikirkan semua kegilaan ini," jawab Navya.

Kalandra menghela napas mendengar jawaban Navya, sulit untuk meminta Navya berhenti memikirkannya, karena pemikiran gila itu juga terus menghantui otaknya. Terkadang saat melihat penampilannya di kaca Kalandra juga ingin mengeluh. Kenapa? Kenapa dia yang harus mengalami kejadian sinting itu? Kenapa di antara banyaknya manusia yang hidup di dunia, harus dia dan keluarganya yang terlibat dengan kegilaan itu?

Jika menonton drama thriller Korea, yang berbau psikopat, korban dari psikopat memang random karena mereka hanya ingin membunuh saja. Meski begitu pasti ada kesamaan di antara semua korbannya. Seperti kasus yang menimpa mereka, si psikopat gila itu hanya membunuh anak panti asuhan dan gelandangan yang hidup tanpa keluarga. Mengingat kemungkinan si psikopat adalah anak panti asuhan yang dibesarkan oleh Hilda Hartawan, mungkin saja semasa pertumbuhan, orang itu mengalami hal yang traumatis hingga memicu keinginan untuk membunuh anak-anak yang senasib dengannya.

Jika dipikirkan lagi, Navya dan Kalandra juga Ganes dan Abela mereka menjadi korban karena berada di tempat dan waktu yang salah. Sedangkan Nitya kemungkinan tahu tentang si psikopat dan komplotannya, lalu dia dibunuh dengan cara tersadis sebagai wujud balas dendam. Terkadang, saat rasa sakit dari luka-luka di tubuhnya menyerangnya, dia berpikir seandainya dia menyerah lebih awal dan tidak mencari tahu lebih banyak lagi tentang semua ini, apakah akhirnya akan berbeda.

"Tidurlah, dan berhenti memikirkan hal yang berat ... kepalamu terluka parah, aku tidak ingin mengurusmu lebih lama jika terjadi sesuatu dengan isi kepalamu," ucap Navya pada Kalandra yang tenggelam dalam lamunannya sendiri. Dia yang bertanya, tapi justru pria itu yang tenggelam dalam lamunannya sendiri.

"Ck, kamu lupa, aku yang mengurusmu, bukan sebaliknya," cibir Kalandra. Meskipun Kalandra terluka lebih parah, dialah yang lebih banyak menjaga Navya karena trauma wanita itu.

"Kau, kan, laki-laki, sudah sewajarnya melindungi dan menjaga wanita," ucap Navya, tidak mau kalah karena pada dasarnya wanita itu selalu menang.

"Baiklah ... biarkan laki-lakimu ini melindungi wanitanya," ucap Kalandra menarik Navya kepelukannya.

Pasangan itu bergelung di sofa saling memeluk, mereka saling menepuk-nepuk halus orang yang dipeluknya.

"Seandainya, orang-orang itu bertemu dengan orang yang lebih baik, akankah nasib mereka lebih baik?" tanya Navya.

"Mungkin saja, untuk saat ini, itu hanya perkiraan kita bukan? Bisa saja perkiraan kita salah dan mungkin tidak semua anak itu mengalami luka dan menjalani hidup seperti si psikopat itu," jawab Kalandra.

"Hah, bisakah kita hentikan bahasan tentang semua itu, bukankah kita juga punya banyak hal yang harus dibahas tentang kita?" tanya Kalandra dengan nada menggoda di akhir.

"Ck ... tumbuhkan dulu rambutmu dengan baik, baru bicara tentang kita. Apa kamu pikir wanita cantik ini mau dengan pria botak codet sepertimu?" tanya Navya sok jual mahal.

Jika mereka sudah berakhir dengan adu mulut, menandakan kesehatan mereka sudah benar-benar membaik.

Lupakan tentang pasangan itu, dan mari beralih pada Chandra yang sedang serius bertindak sebagai ahli interogasi di depan teman-temannya.

Paradise GardenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang