23. Isi Gudang

61.8K 8.7K 349
                                    

Dengan gugup Navya berusaha menghubungi Kalandra, untung saja sekali panggilan teleponnya langsung diangkat. Tapi, Navya tidak bisa berharap banyak pada Kalandra karena pria itu langsung menutupnya kembali setelah mengatakan dia sedang menyetir di jalan menuju rumah. Suara ketukan itu mulai terdengar lemah, lalu perlahan menghilang. Navya menghembuskan napas lega ketika suara ketukan itu akhirnya berhenti.

Belum selesai rasa syoknya karena ketukan pintu itu, Navya langsung terlonjak kaget ketika suara bel terdengar. Apa mungkin sekarang siapa pun itu bermain dengan bel setelah bermain dengan ketukan pintu. Navya bangkit dari posisi duduknya dan melihat ke arah depan rumah karena hanya di pagar depan rumah sanalah bel terpasang. Melihat sekeliling rumah yang selalu sepi, Navya menghela napas. Melihat matahari masih bersinar dengan terangnya, dia ragu hantu yang melakukannya. Navya keluar dari rumah dan benar saja suara teriakan pengantar paket yang terdengar.

"Rumah Bu Navya?" tanya seorang pria berseragam pengirim paket itu dengan senyumannya ketika Navya membuka pintu pagar. Navya mengangguk menjawab pertanyaan si pengirim paket.

"Maaf paketnya tadi di periksa di depan gerbang. Ini paketnya, Bu," ucap si pengirim paket menyerahkan kotak yang terbuat dari styrofoam berukuran lebih besar dari kardus mie instan.

"Satpamnya ketat banget, Bu. Segala paket di periksa dulu. Mana perumahannya sepi banget," ucap si pengirim paket terdengar sedikit mengeluh. Navya hanya tersenyum menanggapinya, dan berterima kasih setelah si pengirim paket berpamitan.

Navya mengangkat kotak yang lumayan berat itu ke dalam rumah setelah mengunci pintu gerbang. Alasan dia tidak ikut pergi dengan teman-temannya yah karena ini. Ibunya sedang keranjingan memasak akhir-akhir ini. Katanya dia stres menunggu kabar Nitya yang tidak juga terdengar. Navya tidak bisa membayangkan jika kabar buruk tentang Nittyalah yang akan diterima Ibunya nanti. Navya masih ingin percaya jika Nitya mungkin berada di suatu tempat dalam keadaan baik-baik saja. Hanya saja semakin ke sini, melihat semua keganjilan rumah ini, harapannya semakin menipis. Meski begitu, dia juga tidak bisa menangisi sesuatu yang belum pasti.

Ibunya menyalurkan hobi memasaknya dan mengirimkan makanan ke tetangganya, itulah cerita ibunya di telepon. Sadar anaknya yang tidak pandai memasak juga butuh makan, akhirnya makanan dikirimkan ke rumah Navya. Ibunya menelepon, jika saat paketnya sampai dia harus langsung menatanya di kulkas dan menghangatkannya nanti jika akan di makan. Sebagai orang yang tidak pandai memasak dan terbiasa dengan makanan luar, makanan rumahan terasa sangat berarti untuk Navya yang sudah lumayan lama hidup terpisah dari orang tuanya. Mengenyampingkan ketakutannya karena ketukan random yang entah dari mana.

Navya larut dengan perasaan kangen rumahnya sembari menata makanan kiriman ibunya di kulkas rumahnya yang kosong. Navya ber-mellow ria di depan kulkas terbuka, melihat rendang buatan ibunya membuat Navya ingat Nitya. Ibu mereka juga dulu sering mengirimi makanan ke kostnya dan menyuruhnya membagi dua dengan Nitya. Karena Nitya super sibuk, kiriman makanan untuknya akan di satu paketkan di kirim ke alamat Navya. Nitya hanya akan mengambil rendang jatahnya saja, dan yang lainnya diberikan pada Navya, untuk memperbaiki gizi dan menambah tinggi badan katanya. Mengingat Nitya membuat Navya menangis merindukan kakaknya yang entah di mana sekarang. Larut dengan kesedihannya, membuat dia tidak menyadari jika sosok kasat mata menatap sendu ke arahnya.

"Ngapain di depan kulkas?" tanya seseorang membuat Navya terjingkat kaget, bahkan hingga menjerit saking kagetnya.

"Wow ... wow ... santai ... kagak usah teriak," ucap Kalandra menutup mulut Navya dengan tangannya.

"Tadi disuruh pulang cepet, giliran pulang cepet malah disambut teriakan," ucap Kalandra tak percaya.

"Abisnya datang gak kedengeran suaranya, kan, horor," ucap Navya seraya menutup kulkas dan berjalan ke arah bar dapur untuk duduk di salah satu kursi di sana.

Paradise GardenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang