32. Malam Pertama Tinggal Bersama

69.1K 8.3K 314
                                    

Perdebatan tidak penting Nattan dan Kalandra tentang penyebab muntahnya Navya, berlangsung sengit. Dua pria yang lebih banyak bicara dibanding pria lain itu tidak mau kalah satu sama lain. Nattan menyalahkan Kalandra, dan Kalandra menolak disalahkan karena memang dia tidak merasa melakukan kesalahan. Banyaknya pikiran yang bergelayut di pikiran Nattan, membuat pria itu lepas kendali. Malangnya Kalandra yang menjadi pelepasan muntahan rasa frustasi Nattan. Lebih malang lagi Navya, yang lemas karena muntah, masih harus menenangkan Nattan. Memang dua pria yang katanya menyayangi Navya itu, benar-benar tidak peka.

Setelah perdebatan Nattan dan Kalandra berakhir dengan Nattan yang meminta maaf, dan penonton yang tadi memenuhi lorong menuju kamar mandi yang menjadi TKP, pura-pura tidak melihat apa-apa. Perdebatan berlanjut dengan perdebatan menu makan malam, kali ini lebih banyak personil yang terlibat, yang berakhir Nattan dan Willy sebagai yang paling senior di antara mereka, pergi membeli makanan dengan menu terserah mereka. Mengingat pengantar makanan tidak bisa masuk begitu saja ke dalam kawasan perumahan dan harus dititip di pos satpam. Dengan satpam mencurigakan di depan perumahan, yang berpotensi melakukan 'sesuatu' pada makanan mereka. Membeli dari luar sendiri pilihan paling aman, meskipun sedikit merepotkan. Perdebatan berlanjut setelah makanan tiba, mungkin inilah harmoni tinggal dengan banyak personil di satu rumah, rasanya ada yang kurang, jika tidak berdebat terlebih dahulu untuk memutuskan sesuatu. Pada akhirnya, meskipun diawali dengan perdebatan, menu makan malam yang dibawakan Nattan dan Willy yang mereka beli dari restoran paling dekat dengan perumahan itu habis juga. Wajah sumringah tidak hilang dari orang-orang yang baru saja mengisi perut mereka apalagi setelah tahu Nattan tidak meminta mereka untuk mengganti uangnya.

Semua keramaian itu masih berlanjut meskipun matahari sudah selesai menyelesaikan tugasnya. Malam menjelang semakin larut, Navya yang sedang mengeringkan piring menghela napas berulang kali. Bukan, dia bukan kesal karena kebagian mengeringkan piring, tapi wanita itu sedang risau sekarang. Malam di Paradise Garden selalu berakhir tidak menyenangkan baginya. Meskipun ada cukup banyak orang yang menemaninya di rumah ini sekarang. Tetap saja dia merasa khawatir. Apalagi berdasarkan pengalaman, malam terasa semakin panjang ketika banyak orang.

"Hei ...," sapa Kalandra berinisiatif membantu Navya mengelap piring sementara tamu laki-laki mereka sedang merokok dan tamu perempuan sepertinya sedang melakukan rutinitas mereka di kamar.

"Lama-lama piringnya bolong kalau kamu menghela napas seberat itu. Kamu baik-baik saja?" tanya Kalandra.

Navya hanya menjawab dengan helaan napas pertanyaan dari Kalandra.

"Kamu baik-baik saja?" tanya Kalandra lagi, kali ini dia memfokuskan perhatiannya menatap Navya.

"Dengan semua kegilaan ini, apa kau pikir aku akan baik-baik saja?" tanya Navya balik, kali ini Kalandra yang menghela napas.

Kalandra meraih piring dan lap dari tangan Navya, menuntun Navya untuk duduk di meja makan mereka.

"Aku tahu ini tidak mudah, tapi kita tidak sendirian sekarang. Ada banyak orang di rumah kita. Aku yakin jika kita bersama-sama, semua akan baik-baik saja," ucap Kalandra meyakinkan Navya.

"Tapi, meskipun banyak orang, mereka tidak bisa menolongku dari mimpi seram yang aku alami, kan?" tanya Navya. Melihat banyaknya orang di rumahnya, kamera CCTV yang dipasang di setiap sudut rumah, sebenarnya tidak ada yang harus dia takutkan. Tapi, mimpi buruknya, siapa yang akan menolongnya jika dia mengalami mimpi buruk dan berakhir tersadar di tempat lain?

Kalandra meraih tangan Navya dan menggenggamnya, berusaha menyalurkan kehangatan lewat tangannya, karena dia juga tidak tahu harus berbuat apa lagi. Terbangun di dapur dan di taman dengan teriakan histeris, dia sendiri tidak bisa membayangkan semenakutkan apa untuk Navya.

Paradise GardenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang