[ TBP - 01 ]

38.7K 3K 104
                                    

- THE BILLIONER'S PRINCE -

[ When Story Begin - 01 ]





NORMAL POV

12 - November - 1997

Ruang bersalin dipenuhi beberapa suster dan salah seorang Dokter Kandungan. Semuanya nampak tenang. Namun, tidak dengan pemuda berusia di akhir dua puluhan. Ia mengalami Kesulitan berkomunikasi, karena terkendala bahasa.

"Sepertinya, Nyonya Alissya tidak mampu menjalankan prosedur Vaginal Birth. Saya menyarakan agar Nyonya memilih operasi jalur sesar, Tuan Ken," ucap Assistant pribadi pria itu, menggunakan bahasa Jepang. Menjelaskan, kronologi yang terjadi pada pasangan atasannya.

"PEDULI APA SAYA? SAYA CUMA MAU ANAK DAN ISTRI SAYA SELAMAT!"

"Baiklah."

Para medis mengambil tindakan lanjut. Dengan, memilih jalan operasi. Ketuban Pasien pecah sebelum waktunya. Maka dari itu, kesulitan jika menggunakan pasien harus menjalani persalinan dengan normal.

- oOo -

17 TAHUN SETELAHNYA.

Hotel ternama Jakarta Pusat. Di salah satu kamar, seorang Pria bergumul. Tertidur dalam posisi telentang. Tangan pria itu setia memeluk erat wanita yang tertidur tepat di sebelahnya. Kulit punggung pria itu terlihat menggoda. Tak menggenakan sehelai benang pun menutupi tubuhnya. Kecuali, bagian bawah yang tertutupi selimut putih tebal.

"Sekali lagi, yuk?" ajaknya, parau. Khas manusia yang baru saja terjaga dari tidur.

"Hm." Wanita itu berdehem, sebagai jawaban. Bahkan, tak perlu persetujuannya. Mau tidak mau, pria itu akan tetap menyentuh dan memasuki dirinya.

Drrrttt

Drrrrtt

Drrrttt

Tangan pria itu terulur mengambil ponsel yang berdering di bawah bantal tidur. Matanya menyipit memperhatikan nama kontak sang pemanggil.

"Daddy."

Pria itu lantas menepuk jidat, seketika terbelalak dan ia memberi kode pada wanita di sebelahnya agar tak mengeluarkan suara apapun. Setelah, menghela nafas panjang, Ia menggeser ikon berwarna hijau. Menerima panggilan sang bapak negara alias ayahanda.

"Kamu dimana?"

"Ferran di apartemen, Pa," jawabnya santai.

"Apartemen apa? Papa sama mama di apartemen kamu sekarang."

"HAH?!"

"Cepet pulang, Tuan Ferran yang terhormat. Pulang ke apartemen, kamu," desis Papahnya. Penuh penekanan. Ferran bergidik ngeri. Ia mengecup kening wanita teman tidurnya. Kebiasaan Ferran tetap sopan walau mereka sebatas teman one night stand.

Ia bangkit dan memungut pakaiannya yang berserakan. Menggunakan benda tersebut cepat dan asal. Nyawanya sedang diujung tanduk.

Pukul enam pagi, Motor Ferran menjadi satu-satunya motor yang membelah jalanan Jakarta yang lenggang. Menggendarai motor secepat yang ia mampu. Ia tersenyum menyeringai lalu menutup kaca helm fullface yang ia gunakan.

Ferran melangkahkan kaki lebar-lebar, membuka pintu apartemen dengan setengah mendobrak. Larinya terhenti, begitu melihat sang papa berdiri beberapa meter dari pintu. Ferran membuka mulut, pandangan pria itu turun ke tangan sang papa. Yang tengah menggenggam tongkat golf.

THE BILLIONAIRE'S PRINCE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang