[ TBP - 54 ]

12.5K 1.1K 259
                                    

-THE BILLIONAIRE'S PRINCE -


[ LOVE WORDS - 54 ]

NORMAL POV






Setelah tiga hari cuti, Ferran kembali bekerja seperti biasa. Saham perusahaannya melonjak naik. Diikuti dengan masuknya aliran dana ke rekening pribadinya.

Dampak terbaiknya adalah Aliansi Tiga Perusahaan yang dirinya bentuk akan semakin laris di pasar saham. Namun, bergelimpangan harta dan sukses di usia muda bukanlah tujuannya. Setelah mengalami trauma percintaan Ferran hanya ingin jatuh hati sekali lagi.

Sayang, takdir masih mempermainkan dirinya di atas segalanya. Ferran bagai sebuah bidak catur yang tak dapat memilih jalan kebahagiaannya sendiri.

"Masuk," titah Ferran ketika dirinya mendengar ketukan.

Seorang gadis yang sangat Ia kenali melangkah masuk keruangan nya. Hati Ferran berdetak dengan kencang. Kalimat sialan Kakeknya memenuhi memori kepala Ferran layaknya kaset rusak yang tak hentinya menghantui.

"Bertindak gegabah itu pilihan kamu. Tapi, Kakek bisa mengulang tragedi yang sama pada gadis berbeda."

Artinya, Ferran akan kehilangan Salwa secara fisik. Bagaimana dirinya sanggup menghadapi kenyataan akan kehilangan seseorang yang sangat ia cintai lagi?

"Pak Ferran." Lamunan Ferran buyar. Ia menelan salivanya, Ferran merindukan Salwa. Ia ingin sekali merengkuh gadis yang berdiri di balik meja kerjanya.

"Pak Ferran." Ferran mengernyit, kemana Salwanya? Ia tertawa geli. Dirinya hanya berhalusinasi.

Haruskah Ferran mencoba menggunakan suntikan penenang lagi?

"Simpan aja, Nurul. Nanti saya tanda tangan," ujar Ferran.

"Pak Ferran, Mbak Salwa udah berhenti kerja? Saya ngehubungin dia nggak pernah diterima." Nurul penasaran, karena Salwa tak ada kabar apapun.

"Email pengunduran dirinya belum masuk, surat juga belum ada. Dia harus segera mengirimi mutasi surat pengunduran diri jika ingin mencari pekerjaan di perusahaan lain. Nanti pasti ada kabar, kok," balas Ferran.

Berharap banyak bahwa Salwa akan menemui Dirinya. Nurul meninggalkan ruang kerjanya. Ferran terdiam beberapa saat, jari telunjuknya mengetuk-ngetuk permukaan meja.

Rekaman Salwa tengah mengumpatinya, memarahinya dan segala momen kebersamaan mereka membekas di kepala Ferran. Pipi kiri Ferran basah, air matanya menetes.

Tidakkah Tuhan menghukumnya sangat berat? Ferran melirik jarinya, dimana ada cincin emas putih yang melingkar. Secara nyata, dirin6a sudah mutlak menjadi milik Imelda.

Ferran membenci Kakeknya, tapi menentang Widjaya Pratama akan menyakiti hati Kenzo dan Alissya. Lalu, pada siapa ia harus berpihak? Hatinya? Atau hidupnya?

Untuk sekarang, biarkan ia bertemu Salwa. Ferran bangkit, mengambil jas yang tersampir di belakang kursi roda kerjanya.

- oOo -

Hampir dua puluh menit, Ferran menatap kosong ke arah pintu rumah Salwa. Nyalinya ciut, tidak sanggup memberanikan diri menemui gadis kesayangannya.

Tubuhnya bergerak jauh diluar ekspestasinya, Ferran mengetuk pintu kayu kediaman Salwa. Satu menit setelahnya, wajah Salwa menjadi satu-satunya fokus atensi Ferran.

"Pak Ferran? Masuk." Salwa mencoba tersenyum meski kikuk, tak sengaja matanya menangkap cincin yang berada dijari Ferran.

Mengapa rasanya semakin menyakitkan bagi keduanya?

THE BILLIONAIRE'S PRINCE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang