-THE BILLIONAIRE'S PRINCE -
[ Angry - 30 ]
NORMAL POV"Pak Riffat, Pak Karim sudah menghubungi saya. Katanya anda harus segera balik ke Mansion." Seorang wanita memotong percakapan.
Riffat berbalik, sekertaris nya sudah menunduk hormat. Ia tersenyum, lalu bangkit dari tempatnya.
"Sayang sekali percakapan kita harus diakhiri. Saya permisi," katanya, menatap satu persatu diantara mereka.
"Jawab dulu dong, jangan melarikan diri. Udah kepalang tanggung saya ini penasaran," protes Ferran. Ia tidak terima diperlakukan semena-mena lagi oleh Riffat.
Riffat tak menanggapi, ia melirik jam dan berlalu. Ferran memegang tengkuknya. Seolah naik darah akibat perbuataan seenaknya dari pemuda tersebut.
"Kurang ajar banget sama gue," desis Ferran. Rahangnya mengeras menahan emosi yang hampir meledak. Dan para sahabatnya hanya menertawai dirinya.
Sepanjang perjalanan, mobil Ferran yang di kemudi oleh Banu nampak hening. Karena, Ferran hanya terdiam. Mengapa Ia begitu penasaran pada Riffat? Apa jangan-jangan dirinya menyukai pemuda itu? Tidak mungkin, ia terlalu marah. Merasa pria itu selalu mempermainkan dirinya! Jangan sampai kekhawatiran Mamahnya bahwa Ia belok adalah kebenaran. Ferran bergidik ngeri, masih sangat menyukai gundukan wanita.
"Rahmat-" panggil Ferran. Memecah keheningan antar keduanya.
"Saya Banu Pak, Banu. B-A-N-U!" Banu mengucapkannya dengan penuh penekanan. Sampai kapan kira-kira namanya akan berganti jadi Rahmat? Ataukah dirinya ganti nama saja?
"Berani ngegas sama saya?!" decak Ferran.
"Nggak Pak nggak. Saya salah."
"Cariin saya detektif yang bisa nyari informasi tentang seseorang. Bilang aja, saya siap ngasih bayaran tinggi," ucap Ferran memberi perintah.
"Baik Pak. Besok saya akan mengatur pertemuan di kantor Anda."
"Okay."
Ferran memainkan lidahnya di rongga mulut. Sedang berpikir keras. Mengapa ia merasa alam bawah sadarnya begitu membenci Riffat? Apakah ada kejadian masa lalu yang membuatnya merasa keanehan dari pemuda itu?
- oOo -
Riffat menatap Papanya dengan tatapan sendu. Ia menarik kursi lalu duduk, didepannya sudah tersedia berbagai jenis lauk-pauk yang menggugah selera.
"Abi, Riffat mau ngehentiin operasi Fancy Bar. Nggak apa-apa?" tanya Riffat. Ia menaruh salad di piring yang ada. Memasukan sesendok demi sesendok sayuran sehat tersebut.
"Loh, kenapa? Nggak ada maksiat kok di sana. Namanya aja bar. Itu cuma tempat pertemuan ekslusif aja. Nggak perlu khawatir," terang Karim, bar itu juga tidak menjual alkohol seperti bar pada umumnya.
"Riffat ngerasa nggak enak aja namanya kayak itu," tukas Riffat. Mengelus tengkuknya, mencoba mencairkan suasana.
Davira tersenyum menatap buah hatinya. Ia bangga pada anak semata wayangnya tersebut. Berhasil membuatnya menjadi orang tua yang sukses mendidik anak.
"Kalau kamu mau, tutup aja. Abi yang setuju pindahin tangan buat kamu, Sayang. Nggak perlu ijin-ijin lagi. Umi tahu kamu bakal ngelakuin yang terbaik." Ucapan Davira membangkitkan Riffat.
Senyum lebar mengukir di bibir pemuda itu. Hingga netranya hampir tak terlihat.
"Dukung terus, ya. Kamu dukung," cetus Karim. Ada nada cemburu terselip dibalik ucapannya. Riffat tertawa, ia sudah cukup lama hidup mandiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE BILLIONAIRE'S PRINCE [END]
RomanceFerran Widjaya Pratama, dia pria beragam warna, mudah terseyum, humoris dan penuh perhatian. Terjebak dalam dunia masa lalu yang kelam, membuatnya sulit merasakan kembali jatuh cinta hingga kadang kala melakukan one night stand demi memuaskan nafsu...