[ TBP - 41 ]

10.6K 1.4K 252
                                    

-THE BILLIONAIRE'S PRINCE -


[ LUKA - 41 ]


NORMAL POV



Kepiawan Ferran dalam memperlakukan wanita patut diacungi jempol. Menjadi pria yang begitu di idamkan kaum wanita membuatnya mudah membaca gerak-gerik perempuan manapun. Sayangnya, hal itu tak mempengaruhi sosok gadis yang ia rengkuh saat ini.

Ferran membalik tubuh Salwa hingga gadis tersebut berdiri menghadap dirinya. Lidahnya bermain dalam rongga mulut. Membanggakan diri atas hasilnya di wajah Salwa yang nampak tersipu.

"Salwa, kamu tau nggak kenapa ruang dapur desainnya kayak ini?" tanya Ferran, baritone rendah suaranya menggelitik indra pendengaran Salwa.

Salwa menyahuti ucapan Ferran dengan menggelengkan kepala. Sepenuhnya tak paham pertanyaan Ferran yang terkesan penuh ambiguitas.

"Saya juga nggak tahu sih, kalau kamu mau tahu tanya aja sama arsiteknya." Salwa mendongkak, jemarinya mengepal berusaha menahan diri untuk tidak melayangkan pukulan pada wajah atasannya.

Ferran menaikkan satu alisnya, tak lupa bibir pemuda itu disertai senyum menyeringai. Mengerjai anak orang memang hal menyenangkan bukan?

"Bapak minggir, capek saya sama tingkah Bapak," ujar Salwa lelah, tak sadar jika dirinya menggunakan kalimat perintah yang jelas memaksa.

"Oh, Saya kira kamu capek karena mondar-mandir terus di hati dan pikiran saya." Masih dalam posisi yang sama, Ferran mengunci pergerakan Salwa agar tak menjauh darinya.

"Bacot," sinis, Salwa menjeda perkataannya. "Kalau Bapak nggak mau minggir, saya aja yang minggir. Kopinya di bawa sendiri." Ekor mata Salwa melirik cangkir berisi kopi yang telah ia seduh untuk Ferran.

"Saya suka deh kalau kamu berkuasa atas diri saya gini," tandas Ferran, bibirnya berkedut membentuk senyum menyeringai yang nakal.

"Bapak udah pernah di sumpah serapahi belum? Mau coba?" Salwa mendongkak, menjurus pada sosok jangkung dihadapannya.

Mata menyalang bak harimau, Ferran ingin tertawa namun ia memilih menelan egonya.

Ferran membungkuk, berbisik di telinga Salwa. Sengaja menghembuskan nafas berat.

"Saya lebih suka kamu mengumpat sambil mengerang dibawah saya lho, Salwa." Salwa memejamkan mata.

Dalam dirinya hendak memberontak, meski kalah telak dengan persendiannya yang melemas. Suara derit pintu tertutup mengembalikan jiwa Salwa yang sempat menghilang.

Perlahan, Salwa membuka kelopak matanya. Ferran telah meninggalkan ruangan membuat Salwa menghirup nafas panjang.

Tuhan, bagaimana mungkin Salwa sanggup menolak pesona Ferran? Sedang hatinya nyaris mencuat keluar akibat perbuatan pemuda tersebut?

- oOo -

Ferran menatap layar handphonenya dengan gusar. Kakinya bergerak mengetuk permukaan lantai mobil. Bibir tipisnya mengagumkan umpatan kasar kala perjalanan nampak macet.

"Bisa cepet dikit nggak?" desak Ferran pada sopirnya.

Membaca pesan terakhir dari Alea menghancurkan perasaan Ferran. Jemari Ferran terulur mengusak rambut hitamnya yang klimis. Ia menarik paksa dasi merah tanpa motif di kerah kemeja miliknya.

Jari-jari Ferran bergetar menekan ikon handphonenya mencoba menghubungi Alea. Tak ada jawaban, bahkan tak ada tanda-tanda Alea akan membalas pesan yang Ia kirim.

THE BILLIONAIRE'S PRINCE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang