[ TBP - 20 ]

15.3K 1.7K 577
                                    


Double UPDATE

THE BILLIONAIRE'S PRINCE -


[ LOSING HIM - 20 ]


NORMAL POV





Senyum Salwa mengembang, ia tak kuasa menahan bahagianya ketika membaca pesan dari Arga bahwa pria itu akan membawa bekal makan siang untuknya. Pasalnya, dirinya memang sedang malas untuk makan di warung depan kantor.

"Ehm."

"Kerja, jangan main hp."

Salwa mendongkak mendapati Ferran berdiri disampingnya. Ia mengerjapkan mata belum memproses apa yang sepenuhnya terjadi.

"Loh Bapak? Sejak kapan disini?" tanya Salwa. Ia tak menyadari Ferran yang meninggalkan ruangannya. Bukan itu, tepatnya dirinya tak mendengar suara derit pintu.

"Sejak kamu fokus sama hp," timpal Ferran. Raut wajah atasannya tak terbaca.

"Oh maaf, Pak." Salwa menyelipkan handphonenya di laci. Ia tertawa kecil.

"Ikut saya."

Salwa mengangguk, ia memasuki ruang kerja Ferran. Pemuda itu meletakkan kartu atm di meja. Menggesek benda itu hingga kini berada di hadapannya.

"Ini saya kasih buat kamu," tandas Ferran. Hah? Sebentar, ini maksudnya bagaimana? Alis salwa bertaut tak paham.

"Mending kamu putusin dia, fokus sama kerjaan kamu. Nanti saya kasih bonus."

"Putus? Gimana, Pak?"

Ferran mungkin kehabisan obat, ya?

"Arga."

"Ya ada apa dengan Mas Arga, Pak?"

Ferran gemas pada Salwa. Apakah gadis itu berpura-pura tak memahami maksudnya? Ataukah Salwa mencoba menyembunyikan hubungan keduanya? Beberapa hari belakangan ini dirinya uring-uringan tidak jelas karena Salwa dan begini respon gadis itu?

"Kamu pacaran kan sama dia?"

"Pacaran? Saya nggak pacaran, Pak."

"Bohong."

"Nggak, Pak. Beneran."

"Terus Arga?"

"Dia kakak kandung saya, Pak."

Jederrrrrr

Tahu rasanya tersambar petir disiang bolong? Ferran pikir itu hanya kalimat perumpaan semata. Ternyata, dirinya mengalami sendiri. Terkejut Ferran terheran-heran.

Serius Arga kakak kandung Salwa? Terus kemarin peluk-pelukan bagaimana? Sial, ia pernah mengerjai Arga sebelumnya. Ferran menepuk dahinya. Salwa yang melihat adegan itu menukik. Atasannya kelainan jiwa?

"Kok lamu nggak bilang sama saya, Salwa?" cetus Ferran.

"Kan ada datanya ada di curriculum vitae saya, Pak. Semua tercatat."

"Saya nggak baca, mau apa kamu? Jadi ini salah Saya karena nggak teliti?"

"Bukan, Pak, salah saya Pak. Salah saya," timpal Salwa. 'Iyain' supaya cepet.

"Keluar dulu dari ruangan saya."

Salwa meninggalkan ruangan Ferran. Ia memijat pangkal hidungnya. Mendadak terserang pening. Bisa-bisanya ia tak berpikiran tentang data Salwa. Ferran menghembuskan nafas kasar. Harusnya dirinya tahu. Arga kan pendek, seperti Salwa.

Haruskah Ferran meminta maaf pada 'kurcaci' itu? Haruskah dirinya pura-pura amnesia? Atau haruskah ia pindah planet?

Ferran menelpon sopirnya, memerintah sopir lelakinya itu untuk datang keruangan nya. Tak butuh waktu lama. Kini, bawahannya tersebut berdiri dihadapannya.

THE BILLIONAIRE'S PRINCE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang