[ TBP - 50 ]

10.1K 1.2K 241
                                    

-THE BILLIONAIRE'S PRINCE -


[ NO REASON - 50 ]


NORMAL POV




Ruang tengah mansion keluarga Ferran dipenuhi suara gelak tawa dari setiap insan di dalamnya. Salwa melempar kartu ketika gilirannya ketika role permainan.

"Salwa kamu nggak boleh nurunin kartu yang ini. Coba saya liat isi kartu kamu." Ferran mencondongkan lehernya, tetapi Salwa tak membiarkan itu terjadi. Ia meletakkan kartu remi yang ia genggam di dadanya.

Enak saja! Ia takkan tertipu lagi oleh akal bulus Ferran.

"Sudah-sudah, Salwa kamu di skip aja." Kenzo menengahi, ia melirik Ferran meminta putranya melanjutkan permainan.

Seperti situasi, mereka bermain uno sembari menunggu persiapan makan malam yang tengah disiapkan olek koki pribadi keluarga Ferran.

Tak butuh waktu lama bagi Kenzo untuk akrab dan berbaur pada Salwa karena sifatnya yang humble pada siapapun.

"Kartu Mami, Papi dan Ferran udah abis! Yes, Salwa kalah!" Ferran mengangkat tangan berselebrasi merayakan kekalahan Salwa setelah mengucapkan hal tersebut.

Salwa menatapnya datar, Ferran hanya menanggapinya dengan menunjukkan ekspresi menantang.

Ferran tersenyum lebar, ia mengukir huruf Ferran's di dahi Salwa beberapa menit lalu, kini lelaki itu menambah tanda love. Sebagai bentuk hukuman, siapapun yang kalah wajahnya akan dilukis menggunakan lipstick.

Alissya memiliki 2 coretan di wajahnya, Ferran berjumlah satu, wajah yang mulus hanya berada di sisi selatan, yakni Kenzo. Ia memang terkenal piawai dalam permainan kartu remi.

"Nah, permainan selesai. Inget ya, Salwa jangan di apus sampe makan malam berakhir, okay?" Salwa meremas gaun yang ia kenakan.

Hatinya berteriak penuh frustasi. Bisa-bisanya ia dihadapkan dengan orang semenyebalkan Ferran yang bertubi-tubi mengerjainya hari ini.

Meja makan telah dipenuhi oleh berbagi jenis lauk pauk, terutama seafood. Karena, Ferran sangat menyukai makanan berbahan dasar hewan laut.

"Salwa duduk sini," ujar Ferran meminta Salwa duduk di kursi sebelahnya. Salwa hanya mengangguk, pasalnya kedua orang tua Ferran menyetujui permintaan putranya tersebut.

"Mau makan apa? Akang Ferran siapin buat Kamu." Ferran tersenyum lebar menghadap Salwa.

Salwa bergerak kikuk, dirinya hanya mengedikkan bahu. Manusia normal pada umumnya, semakin banyak jenis pilihan maka akan semakin sulit pula menentukan keinginan.

"Saya ambil sendiri aja, Pak Ferran," ucap Salwa, ia membalik piring yang tersedia di depan mejanya.

"Kamu masih manggil Ferran dengan embel-embel Pak?" Salwa mendongkak kan kepalanya mendengar pertanyaan itu dari Kenzo.

"Iyanih, Salwa emang nggak sopan. Manggil akang atau sayang gitu kan manis," sela Ferran.

"Nggak masalah kan Mas, pasti Salwanya juga belum terbiasa. Biarin aja nanti juga manggilnya beda kok. Salwa butuh waktu untuk membiasakan diri atas kehadiran Ferran." Wajah keibuannya meneduhkan relung Salwa.

Salwa menunduk merasa begitu dimengerti, sejak Ibunya meninggal tak ada yang memihak pada perasaannya. Kali ini, ia merasa menemukan sosok Ibunya yang telah lama pergi.

"Udah berapa lama jalin hubungan sama Nak Ferran?" Salwa tersedak cumi-cumi yang ia telan.

Apa papany Ferran sengaja tak berbasa-basi dahulu?

THE BILLIONAIRE'S PRINCE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang