Sisi egois manusialah yang tanpa sadar menyakiti sekitar.
THE BILLIONAIRE'S PRINCE -
[ Perpisahan - 10 ]
NORMAL POV
Kelopak mata membengkak, wajah lusuh, serta aura kelam pria itu nampak menunjukkan betapa menderitanya seorang Ferran.
Tangis Ferran tak pernah berhenti sedetikpun setelah Dokter menyatakan kekasihnya telah tak bernyawa. Sulit mengontrol perasaan dirinya yang masih tak menerima kepergian Della.
Ferran tak banyak berbicara, sedang biasanya Ialah yang mewarnai hari-hari orang sekitarnya dengan lelucon receh. Kerongkongannya tercekat, sekedar mengedipkan mata pun Ia merasa terlalu lelah atas hidup.
Ferran menatap kosong pada gundukan tanah merah yang basah. Gundukan tanah dimana Della tertidur di dalamnya. Ferran tertawa kecil. Memori tentang Della terputar tanpa jeda di otaknya. Sial, bertahun-tahun Ia di bahagiakan oleh Della. Hanya satu hari yang Tuhan butuhkan untuk merenggut semua kebahagiannya. Menurut Ferran ini tidak adil, bagaimana Tuhan begitu tega terhadap dirinya?
"Della," panggil pria itu. Baritone suara Ferran parau. Ia kembali terisak, senada dengan perasaanya yang kian terkikis merapuh.
"Della, maafin aku," ujar Ferran. Ia menoleh ketika pundaknya ditepuk oleh seseorang. Mendongkak kemudian kembali menunduk. Brayen, Papah kandung Della. Ia menggeleng tak berani berbuat banyak. Terlalu takut, takut atas segalanya.
Hubungannya dan Della memang telah diketahui oleh orang tua dirinya dan kedua orang tua Della. Meski tak mampu merelakan buah hati mereka. Tapi, Brayen juga tak bisa sepenuhnya menyalahkan Ferran. Melihat bagaimana respon Ferran yang terluka. Ferran juga mengucapkan ribuan kata maaf untuknya sejak kemarin.
"Della.." Ferran meremas tanah tersebut. Ia meletakkan bunga di bawah nisan kekasihnya.
"Bunga kesukaan kamu, kan? Della, aku nggak tahu gimana lagi mau jalanin hidup setelah ini." Ferran mengusap kasar air matanya. Rahang pria itu mengeras, menguatkan hati.
"Bahkan sampai sekarang, aku masih nggak bisa percaya kamu ninggalin aku." Ferran tertawa miris.
"Gimana caranya aku harus minta maaf ke kamu?" Memikirkan haruskah ia mengikuti jejak Della?
Brayen memeluk istrinya, lalu meninggalkan kuburan Putri mereka. Tak sanggup menyaksikan lebih jauh. Putri yang telah pergi takkan pernah kembali. Meski Della akan tetap berada di hati mereka. Haruskah mereka menerima ini sebagai takdir?
Alissya dan Kenzo juga ingin membicarakan masalah ini kepada keluarga Della. Pelayat yang lainnya telah pulang dua puluh menit lalu. Kini, hanya Leonard yang menanti di belakang Ferran.
"Fer, balik yuk?" Ferran menggeleng.
"Gue jahat banget, Le. Serius, gue harus gimana? Tahu apa yang gue pikirin? Gue pengen nyusul Della."
Leonard terpaku mendengarkan perkataan Ferran. Sungguh, ia tak tahu bagaimana menghadapi Ferran yang rentan saat ini.
"Gue mau banget waktu balik. Gue mending nikah, gue hidup bahagia sama Della." Ferran mengepalkan tangannya. Jantungnya terasa membeku, tak dapat mendeksripsikan apapun.
Leonard terdiam mendengar seluruh keluh kesah Ferran.
Tiga jam berlalu, Ferran bangkit di posisinya yang menekukkan lutut. Ia sempoyongan, untungnya Leonard dengan sigap menopang tubuh Ferran. Leo tak beranjak sedikitpun dari tempatnya. Membantu Ferran melalui segalanya. Leo memapah Ferran, masuk ke dalam mobil miliknya. Meminta sopir menuju Mansion keluarga Ferran.
- oOo -
Retina mata Salwa memandang kosong tempat peristirahatan terakhir mendiang Ibunya. Ia menghela nafas, air matanya tak lagi menetes. Dirinya lelah, rasa sesak, mata perih dan persediannya melemah.
"Salwa, pulang yuk." Salwa menoleh pelan.
Ia menepis tangan Kakaknya yang menyentuh pergelangan tangannya."Kak Arga balik duluan aja," ucapnya. Kembali menatap kuburan Hanna. Tak kuasa meninggalkan Mamahnya.
"Salwa, ntar lagi keluarga kamu ngumpul di rumahmu," ujar seorang gadis diantara mereka.
"Aku tahu, Dinda. Bentar aja. Aku pengen sama Mama aku dulu," timpal Salwa.
Gamis hitam yang Salwa gunakan nampak kotor karena tanah. Ia tak memperdulikan hal itu. Salwa memejamkan mata, menggigit bibir dalamnya. Kehilangan orang yang Kita kasihi sesakit ini? Ia meremat dadanya.
"Mamah, Salwa harus gimana lanjutin hidup?" Haruskah ia menyusul Hanna? Hidupnya tak berguna lagi. Cita-citanya hanya membahagiakan Hanna, karena Ibunya tak pernah berbahagia.
Arga mengalihkan netranya. Mendengar ucapan Adiknya membuat hati pria itu teriris.
Adinda bergerak maju, Ia membalikkan tubuh Salwa. Memeluk erat sahabatnya. Karena, Adinda tahu yang Salwa butuhkan adalah bahu untuk menampung seluruh perasaan gadis itu.- oOo -
Pukul Enam pagi, Ferran masih pada posisinya yang sama tengah duduk dipinggiran tempat tidur dengan mengusap bingkai foto Della. Ia menghela nafas panjang, meletakkan bingkai tersebut di meja nakasnya.
Pintu kamar Ferran terbuka, menapakkan Papahnya tengah membawa susu dan roti di nampan. Ferran menunduk tak kuasa menahan seluruh gundah hatinya. Ia bahkan tak tertidur sejak semalam.
"Ferran," panggil Ken, Ferran hanya terulur mengusap wajahnya yang basah karena air mata.
"Ini bukan salah kamu, Ferran." Perkataan itu memancing Ferran. Ia tertawa sumbang, menyorot Ken dengan tajam.
"BUKAN SALAH FERRAN? FERRAN YANG NYURUH DIA BUAT NGEGUGURIN KANDUNGAN PAPAH. FERRAN YANG MAKSA DIA!" Teriak Ferran Frustasi, ia memukul dadanya yang begitu sesak.
"Pergi, Ferran lagi pengen sendiri," mohon Ferran. Ia mengalihkan pandangannya, merasa bersalah karena membentak Papahnya.
Ken tersenyum tipis, ia mendekati Ferran. Menepuk pelan bahu Ferran.
"Papah disini Ferran, Mamah diluar juga nantiin kamu, Leonard sejak malam tadi nggak berhenti nanyain kabar kamu. Temen-temen kamu yang lain. Papah wajarin kamu kayak ini. Tapi, tolong inget kamu nggak sendiri."
Ken bangkit dan berlalu meninggalkan Putra semata wayangnya. Namun, Ferran menggeleng. Tuhan tidakkah hukumannya terlalu keji hingga harus merenggut nyawa Della? Kenapa bukan dirinya saja yang pergi? Kenapa ia yang ditinggalkan? Menoreh luka, yang takkan pernah sembuh oleh waktu.
T.B.C
Sepertinya potongan kisah hidup Ferran di masa lalu akan segera berakhir.
Spam here for next chapter!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
THE BILLIONAIRE'S PRINCE [END]
RomanceFerran Widjaya Pratama, dia pria beragam warna, mudah terseyum, humoris dan penuh perhatian. Terjebak dalam dunia masa lalu yang kelam, membuatnya sulit merasakan kembali jatuh cinta hingga kadang kala melakukan one night stand demi memuaskan nafsu...