[ TBP - 46 ]

11K 1.4K 545
                                    

-THE BILLIONAIRE'S PRINCE -


[ Hari Penting - 46 ]


NORMAL POV





"Jika kita tidak ditakdirkan bersama, mengapa lita dipertemukan dalam... Arghh coret-coretttt!" Bibir tipis Ferran menggerutu, ia menyobek kertas di meja kerjanya. Setelah menorehkan beberapa kalimat di kertas berukuran 4 senti tersebut.

Ferran menghela frustasi, nyaris kehilangan dirinya karena begitu memikirkan Salwa. Dalam dirinya, nama wanita lain bahkan tak bersisa. Derit pintu membuyarkan konsentrasi Ferran.

Ibunya, Alissya berjalan memasuki ruang kerjanya dengan senyum yang senantiasa terpantri di wajahnya.

"Mama bawain kamu susu coklat," ujarnya meletakkan cangkir. Ia melirik kertas-kertas sobekan Ferran.

"Susu hamil?" Alissya memandang Ferran dengan sewot. Masih saja putra nya membahas masalah kandungan.

"Iya minum aja, biar cucu Mama bertumbuh sehat di usus kamu." Ferran tertawa gemas. Ah, ia ingin sekali membahagiakan Mamanya.

Kapan dirinya akan memperkenalkan seseorang pada Mamanya? Entah, pikirannya begitu kalut. Jika saja dirinya jauh lebih berani, ia pasti sudah lama memiliki pasangan hidup. Hanya, keraguannya kembali menjalin hubungan serius selalu membayangi Ferran. Baginya, berpacaran hal biasa. Tetapi, mencoba menjalani kejenjang atas bak dirinya harus memanjat tembok tinggi.

"Mikirin apa kamu Ferran?" Ferran menggeleng pelan, ia meraih tangan Alissya menggenggamnya dengan erat. Ferran menuntun Mamanya memutari meja, dan menempatkan Alissya di kursi miliknya. Kemudian, berlutut didepan Perempuan nomer satunya tersebut.

"Ferran ingin bebasin diri Ferran dari rantai itu Mama, Ferran... Rasa penyesalan Ferran yang mencekik, rasa takut Ferran yang mencabik Ferran. Ferran lelah, Ferran mau bebas Mama." Air mata pria itu terjatuh, mencurahkan isi hatinya adalah hal yang jarang terjadi. Ferran selama ini lebih menutupi apapun. Artinya, pria itu telah berada di ujung jurang.

Jika tak segera meminta tolong, maka hidupnya akan tamat. Alissya mengusap tetes air mata Ferran.

"Kamu bisa Ferran, Mama yakin kamu bisa. Semuanya udah berlalu. Kamu berhak atas kebahagiaan kamu. Orang tua Della juga ngedesak kamu biar nikah, kan? Berhenti nyiksa diri kamu."

Ferran bangkit, merengkuh tubuh Alissya. Meyakinkan diri bahwa ia akan bertindak seperti keinginannya esok.

- oOo -


"Piuww, cewek!" Salwa yang sedang menguap di meja kerjanya seketika terhenti. Mood-nya yang kurang bagus didukung oleh cuaca dingin yang merembes ke pori-pori kulitnya.

"Apa?!" Ferran tersenyum, suka sekali dirinya jika wanita bertingkah galak.

"Salwa cantik, manisku, bidadariku, Istri sholehahku," panggilnya lembut, tanpa memperdulikan karyawan berlalu lalang, Ferran yakin seratus persen. Setelah ini karyawannya akan menyebar hoax tentang dirinya dan Salwa.

Tujuannya memang cuma itu. Karena, jika mereka tahu Salwa sedang dekat dengan dirinya, para karyawan berjenis kelamin pria akan segan kepada Salwa.

"Pak Ferran tolong sebelum berangkat kantor obatnya diminum dulu, biar nggak miring begini," balas Salwa.

"Aduh perhatian banget sih Ayang bebku." Salwa merinding, selain tak waras atasannya ini memang alay, ya?

"Keruangan saya bentar. Saya mau omongin sesuatu." Ferran mengakhiri ucapannya, kemudian berlalu menuju ruangan pribadi miliknya.

THE BILLIONAIRE'S PRINCE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang