[ TBP - 43 ]

10K 1.3K 152
                                    

-THE BILLIONAIRE'S PRINCE -


[ Detak Jantung - 43 ]


NORMAL POV


[ FLASHBACK ]

Kantin Bandara Internasional Jakarta di penuhi orang-orang yang berlalu lalang. Salah satu sudut menjadi fokus pencuri atensi siapapun karena ketampanan dirinya.

Wajah Ferran menukik, menatap seseorang di hadapannya penuh selidik. Alea tertawa antusias atas ekspresi yang jarang sekali di lakukan Ferran.

"Katakan alasanmu, pergi tanpa pamit," desak Ferran. Ia harus mendapat jawaban yang memuaskan dahaga rasa penasaran dirinya. Alea tersenyum tipis, melipat lengannya di meja.

"Kita nggak ada hubungan apa-apa, Kak Ferran. Segala tentang aku dan kamu. Jangan ngebuat aku berharap sama lingkaran yang Kakak buat," terang Alea.

"Alea." Ferran menggasak rambutnya frustasi.

"Boleh aku tanya sesuatu?" Alea meminta izin, entah hanya untuk permisi atau takut atas jawaban yang akan ia peroleh mengecewakan dirinya.

"Siapa yang ada di hati Kakak?" Ferran membatu. Ia menelan saliva, kelopak matanya berkedip dua kali.

Tak butuh waktu panjang baginya untuk menemukan jawaban dari pertanyaan Alea. Karena, otaknya dan hatinya kini tertuju pada satu gadis.

"Aku yakin itu bukan aku, sekarang aku tanya lagi. Apa Kakak ngerasa aku tanggung jawab Kakak? Kalau iya, Kakak mandang aku sebagai objek penuntas rasa bersalah Kakak di masa lalu." Ferran mengepalkan tangan.

Mengapa dirinya seolah membenarkan ucapan Alea?

Alea menghembuskan nafasnya kasar, ia tergerak mengambil botol air mineral di meja.

"Kalau Kakak nggak mau milikin aku, berhenti buat hati aku bingung dengan semua perlakuan manis Kakak. Kakak tega? Matahin aku yang jelas udah hancur berkeping-keping?"

Ferran menggeleng, tindakan tak tegasnya sudah pasti menyakiti Alea.

"Maaf." Suara Ferran terdengar begitu tulus. Alea mengukir senyum kecut.

"Aku butuh waktu memulihkan diri. Jadi, aku harap Kakak paham maksud semua ucapanku."

Alea menggigit bibir dalamnya, ia menyampirkan tas selempang di bahu. Menggeser koper pribadinya, lalu memunggungi Ferran.

Setiap langkah kaki meninggalkan pria itu, tetes air mata mengaliri pipi Alea. Ia sudah tahu hal ini akan terjadi, seperti prediksinya.

Tapi, ia tak bisa berbohong bahwa rasanya tetaplah menyakitkan.

[FLASHBACK OFF]

- oOo -

Salwa menekan knop pintunya dengan malas. Ah, pagi ini tak begitu bersemangat menjalani hari. Ia mengernyit mendapati dua pria tengah menanti di depan pintu kediamannya.

"Lho Mas Riffat? Pak Ferran? Ngapain disini?" Salwa menggaruk tengkuknya yang mendadak merasa gatal.

"Aku mau nganterin kamu," jawab Riffat. Ferran meliriknya dengan sengit.

"Hellow, dari kantor lo kekantor gue aja jaraknya sejauh apa. Ngapain anterin Salwa segala," ujarnya penuh penekanan.

"Lalu jarak Anda sendiri ke rumah Salwa juga nggak deket. Buat apa kesini cuma untuk jemput Salwa?" Riffat membalas Ferran dengan kesopanannya sebagai mantan mitra pemuda tersebut.

THE BILLIONAIRE'S PRINCE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang