[ TBP -19 ]

14.3K 1.6K 219
                                    

THE BILLIONAIRE'S PRINCE -


[ WITHOUT - 19 ]

NORMAL POV

"Tadi Mas ketemu atasan kamu lho

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Tadi Mas ketemu atasan kamu lho. nggak sengaja nginjek kakinya Mas. Sekarang kelingkingnya bengkak." Gerakan tangan Salwa yang meletakkan sup ke meja makan terhenti. Ia menaikkan alisnya, seolah tengah berpikir keras.

Mengapa Salwa berpikiran bahwa itu unsur kesengajaan? Apakah atasannya sejahat itu di otaknya? Tapi, menurut Salwa keterlaluan jika Ferran tak teliti sampai menginjak kaki kakaknya. Soalnya, Ferran memiliki sedikit sifat perfeksionis. Yang berarti Ferran memiliki perhatian pada hal sekecil apapun.

"Salwa?" Arga mengibas-ibaskan tangan di wajah Salwa.

Salwa menoleh pada kakaknya, menyadari bahwa dirinya tenyata mengkhayalkan pria itu. Gelagat postur tubuh Salwa nampak aneh, mengundang kecurigaan Arga. Mendadak salah tingkah.

"Kamu suka ya sama atasan kamu?"

Iya, tapi sekarang sudah hilang perasaannya. Tak bersisa secuil pun!

"Jangan fitnah lah," sungut Salwa.

"Kalau nggak ya nggak usah marah gitu."

Salwa duduk di kursi ketika seluruh makanan telah tersedia. Ia menggaruk pipinya. Mengambil piring mengisinya dengan nasi.

"Salah Mas sih, aneh-aneh aja. Ya kali Salwa suka sama modelan kayak Ferran. Dia rada miring Mas."

"Masa?" Arga menyuap suapan pertama ke mulutnya. Ia tersedak, spontan Salwa menyodorkannya air putih. Ia menyesap isi air mineral tersebut tak bersisa.

"Asin," komentar Arga.

Penasaran atas hasil masakannya. Salwa mencicipi sayur. Ia bahkan hampir terserang darah tinggi. Demi apa? Masakannya keasinan. Sepertinya tengah meminum air larutan garam.

"Besok Mas yang masak," tutur Arga, ia tertawa menatap wajah Adiknya yang terlihat kesal. Kemampuan memasak Adiknya memang pas-pasan. Tapi, selalu ingin memasak. Yang selalu berakhir mereka memesan makanan.

- oOo -

Suara decitan sepatu beradu lantai terdengar saling sahut-menyahut. Ferran berlari, Ia memunggungi lawannya lalu berbalik dan memasukkan bola ke ring, Ferran mencetak angka.

Ia melayangkan tangan di udara. Kemenangan mutlak baginya. Steve mendelik pada Ferran. Ferran memang paling hebat dalam bermain basket, berbeda dengan Leonard.

"Setidaknya ngalah dikit kek Fer. Lo mah nggak ada baik-baiknya sama sekali," tutur Steve. Sial, dirinya seperti tengah dipermalukan oleh pemuda jangkung itu.

Ferran tak menanggapi. Ia sibuk berselebrasi. Selagi merayakan kemenangan dirinya, Ferran melirik sekitar pada gadis-gadis yang bersorak untuknya. Entah sejak kapan gadis-gadis itu berkumpul berjajar di pinggir jalan. Padahal, mereka bermain di lapangan taman yang sepi pengunjung.

THE BILLIONAIRE'S PRINCE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang