[ TBP - 52 ]

9.6K 1.2K 238
                                    

-THE BILLIONAIRE'S PRINCE -


[ THE REASON - 52 ]


NORMAL POV




Seminggu ini Salwa mengisi hari dengan bermalas-malasan. Ia tak berangkat kekantor, urusan karir biarkan ia merintis dari bawah. Toh, dulu dirinya berhasil masuk ke kantor Ferran bukan atas usahanya sendiri tapi melalui orang dalam.

Tak ada penyesalan karena Salwa juga sudah mencari jalan agak dirinya dan Ferran tak berujung putus. Biarlah, Ferran sendiri yang menginginkannya.

Salwa mengenakkan switter ketika mendengar suara ketukan di pintu ruang tamu. Salwa melihat pantulan dirinya di cermin sebelum meninggalkan kamar.

"Iya tunggu..." Salwa menekan knop pintu, dirinya terdiam dan hanya menatap tamu. Shit, mengapa Salwa merasa memendam rindu begitu dalam pada pria di hadapannya?

"Salwa." Salwa menggaruk tengkuknya, Ia tersadar dari lamunan kemudian meminta pria tersebut masuk.

"Ada apa, Pak Ferran?" Salwa ikut duduk, hampir lupa cara menarik nafas.

"Kenapa nggak kerja?" Wajah Ferran nampak lusuh, sinar wajah pria tersebut redup seolah tak memiliki cahaya.

"Saya mau berhenti aja, Pak. Maaf belum sempet ngirimin kabar. Sekalian lewat email," jawab Salwa seadanya, sebisa mungkin dirinya menghindari kontak mata.

"Kamu percaya nggak sama saya?" Salwa menaikkan alisnya, kemana arah pembahasan Ferran? Hubungan mereka telah berakhir.

Percakapan seperti ini sudah tidak ada gunanya lagi.

"Bapak mau minum apa?" Bagus, Salwa memang mencoba mengalihkan topik pembahasan mereka.

"Nggak apa-apa, udah cukup. Saya cuman pengen tahu keadaan kamu. Saya pamit, ya." Kerutan di dahi Salwa menandakan betapa dirinya dilanda kebingungan atas sikap Ferran.

Datang tak diundang, pulang tak diusir.

"Ah, iya." Dua kata yang tak berarti. Sejujurnya, Salwa ingin menahan Ferran tetap tinggal. Sudahlah, dirinya tidak ingin mengharapkam sesuatu yang besar lalu kemudian terluka.

Salwa memperhatikan jelas bagaimana mobil Ferran meninggalkan halaman rumahnya. Hingga, mobil ternama itu menghilang dari pandangannya.

- oOo -

"Jangan dipikirin Salwa, jangan." Salwa memutari permukaan gelas dengan jari telunjuknya.

Untuk kesekian kalinya, Salwa menghembuskan nafas berat. Ia masih terlalu muda dan mengalami berbagai jenis pahitnya percintaan.

Lagi, suara ketukan pintu di ruang tamu terdengar. Kenapa hari ini banyak sekali yang berkunjung ke kediamannya?

Salwa melangkahkan kakinya lesu. Ia membuka pintu dan lebih mengejutkan karena tak pernah Salwa bayangkan akan di datangi oleh sosok pria berambut putih saat ini.

WIDJAYA PRATAMA!

Nama yang legendaris, siapa penduduk Jakarta yang tak mengenal pria sukses itu? Kecuali, bagi mereka yang tak memiliki TV. Tapi, setidaknya pria ini bahkan muncul dibeberapa tayangan youtube.
Zaman milenial sekarang, wajar tidak menonton tv. Hanya saja, mustahil tak mempunyai alat komunikasi, apalagi handphone.

"S—silakan masuk." Ada tawa remeh dari ekspresi Widjaya.

"Mana mungkin saya akan masuk ke rumah kamu? Ikut saya." Salwa mengangguk patuh. Jantungnya berdegup kencang, bukan karena jatuh cinta tapi karena situasinya menakutkan.

THE BILLIONAIRE'S PRINCE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang