Triple UP nih 😘
THE BILLIONAIRE'S PRINCE -
[ Times Our Story - 14 ]
NORMAL POV
[ BEBERAPA TAHUN SETELAHNYA ]
Sampai kapan dirimu akan bersembunyi dalam lautan luka? Lautan luka yang tak kunjung surut, menenggelamkan seluruh perasaan yang saling timpang-tindih. Ia lelah menutupi, Ia tak sanggup menanggung. Namun, pada akhirnya Ia tetap memikul segalanya. Melewati batas wajar kemanusiaan.
Apakah dirinya masih pantas disebut manusia? Ya, Ia manusia yang kehilangan sisi kemanusiaan. Ini diriku, ini tentangku. Tentang kisahku. Seorang pria yang pernah menjadi penyebab orang yang kucintai pergi. Pergi dan tak kembali. Sekeras apapun Dirinya mencoba. Sekeras apapun Ia memohon.
Tahun-tahun penuh penyiksaannya berlalu. Melewati hari demi hari, detik demi detik dengan bayangan masa lalu yang selalu menghantui.
- Our Story About Me and You, Begin -
Ferran mendorong kaca jendela berukuran pintu di sisi kanan kamarnya. Kaca besar yang menjulang, menampakkan seisi gedung-gedung tinggi di sisi sebelah. Lampu kerlap-kerlip kota meneduhkan perasaannya. Pria itu menyampirkan tirai yang menjuntai menyentuh permukaan lantai kamarnya. Ia menoleh tepat di meja nakas.
Tangannya meraih benda persegi empat yang akrabnya disebut bingkai. Tanpa sadar, bibirnya tersenyum tipis nyaris tak terlihat. Foto seorang wanita yang berada di pelukannya.
"Della, kamu inget hari ini?" tanyanya dalam kegelapan malam. Angin sepoi-sepoi menerpa kulitnya. Meski suhu dingin, itu tak mempengaruhi dirinya. Ferran memejamkan mata. Mencoba berhalusinasi.
"Seandainya kamu disini, aku mungkin bakal jadi pria paling bahagia." Ia menyandarkan punggungnya pada dinding. Menelan ludah, kemudian menunduk dalam.
"Kamu bener, aku nggak pernah bisa nemuin orang yang tulus sama aku, Della."
Derit pintu yang beradu dengan lantai memecah fokus dirinya. Ferran mendongkak, Alissya, Mamanya melangkahkan kaki memasuki kamar pribadinya. Wajah Ferran yang lusuh dan sendu seketika berubah lebih cerah. Ia mengukir senyum.
"Ada apa gerangan Saudari Alissya mendatangi Saudagar Ferran?" tanya Ferran. Ia mendekat pada Mamanya, Ferran ingin menampik kenyataan. Kerutan di wajah Mamanya menandakan orangtuanya telah termakan usia.
Ferran menyisir rambutnya dengan jemarinya. Ia menempatkan diri duduk tepat disebelah Alissya.
"Kamu baik-baik aja, kan?"
Ferran melipat lengan kemeja merah hati yang Ia kenakan hingga sebatas siku. Ia menatap Alissya dengan tatapan bingung.
"Loh, emang Ferran kenapa, Ma? Apakah Ferran ternyata memiliki penyakit turunan, namun dirahasiakan oleh Ibunda?"
Mau tak mau Alissya tertawa pada lelucon putra semata wayangnya.
"Mama khawatir."
Ferran bersedekap tangan. Memajukan bibirnya manja.
"Seharusnya Ferran yang bilang gitu. Mama itu mesti pikirin diri sendiri. Mama lama nggak ke salon, ya? Lihat, wajah Mamah yang biasanya bersinar bak rembulan dipertigaan malam nampak begitu meredup. Hati-hati Mah, Papah masih hot. Takutnya Mamah dipelakori." Ceplos Ferran. Alissya mencubit bahu Putranya.
"Aw, Mama Ferran bercanda kok. Galak banget deh."
"Kapan bawain Mama mantu?"
"Kapan-kapan, Ma."
Ferran terkekeh, ia meraih tubuh Alissya. Mendekap Alissya ke dalam pelukan hangatnya. Karena, ini menenangkan dirinya.
- oOo -
Matahari nampak begitu cerah. Hampir berada di pertengahan langit. Salwa memasang sepatunya terburu. Ia bahkan berjalan pincang untuk memperbaiki letak sepatu yang Ia kenakan. Hari pertamanya bekerja sebagai trainee di perusahaan dan terlambat. Sekali lagi, Ia tekankan bahwa Ia terlambat. Sial, Ia terlalu gugup hingga semalam tak bisa tidur nyenyak. Yang berakhir Ia terbangun kesiangan.
Ia menimang, berfikir sejenak. Haruskah dirinya naik bus agar ongkosnya lebih irit atau naik taxi? Persetan! Taxi akan membawanya sesegera mungkin menuju kantor.
Salwa menahan laju taxi dengan terburu. Ia meletakkan tas selempang yang Ia kenakan di atas paha. Mengeluarkan kotak bedak. Ia memoles kembali wajahnya yang mulai luntur. Kemudian, menetralkan pernafasannya. Ia berdecak pelan, apakah ini akan menjadi pengurangan poin dirinya? Ia mengetuk-ngetukan kaki. Dilanda kegugupan.
"Ini pak ongkosnya." Salwa menyerahkan uang pas, pada sang sopir taxi. Tak lupa mengucapkan terima kasih.
"Sama-sama, Neng," balas Sopir taxi dengan ramah.
Salwa merapikan sedikit tatanan rambutnya. Ia melangkah secepat yang ia mampu memasuki kantor. FWP Corp, Perusahaan yang dipimpin oleh pemuda tertampan dan terpanas di tahun ini. Siapa lagi jika bukan Ferran Widjaya Pratama?
Salwa menghembuskan nafas pelan, Ia mengetuk pintu tiga kali. Lalu, mendorong pintu setelag mendapat persetujuan dari seseorang di dalam ruangan.
"Kemarin kamu yakin banget bisa lolos ke perusahaan saya melalui koneksi Adinda. See? Sekarang kamu di depan saya, terlambat lebih dari tiga puluh lima menit. Saya tidak bisa mentolerir ini, Salwa. Satu hal, kamu masih trainee sudah bertindak semena-mena. Bagaimana saya bisa menerima kamu di perusahaan saya?"
Salwa menunduk, ia menggigit bibir bawahnya. Matanya terasa panas hendak mengeluarkan air mata. Ia sepenuhnya membenarkan perkataan Ferran. Ia juga tahu rumor mengenai kepemimpinan pria itu yang terkesan tegas. Ternyata, rumor itu bukan sekedar isapan jempol semata.
"Maaf, Pak." Suara Salwa hampir tak terdengar, seolah tengah mencicit.
Ferran bangkit dari kursinya. Ia berjalan memutari meja. Berdiri tepat di hadapan Salwa. Salwa ingin mundur ketika pria itu mendekat pada dirinya.
Ia bahkan tak tahu ekspresi apa yang ada di guratan wajah tampan pria itu karena sibuk menunduk. Tak ada jarak antara dirinya dan Ferran. Ujung sepatu dari keduanya ikut menyentuh satu sama lain.
Ferran menjetikkan jarinya. Ia berbisik tepat di telinga Salwa.
"Ini pertemuan Kita, lebih dari tiga kali. Ingat ucapanku sewaktu di indomart? I got you, nggak mungkin kamu bisa ngelupain hal itu, kan?"
Salwa menelan ludahnya, lehernya tercekat. Detakan jantungnya menggila. Tak kuasa atas aura dan aroma Ferran yang penuh intimidasi.
T.B.C
Hiyaaa mulaaaiiiiiiii kisah mereka hahahahahaha.
Hope u enjoy this story yawww❤❤
Spam here for next chapter 💪💪
KAMU SEDANG MEMBACA
THE BILLIONAIRE'S PRINCE [END]
RomanceFerran Widjaya Pratama, dia pria beragam warna, mudah terseyum, humoris dan penuh perhatian. Terjebak dalam dunia masa lalu yang kelam, membuatnya sulit merasakan kembali jatuh cinta hingga kadang kala melakukan one night stand demi memuaskan nafsu...