[ TBP - 16 ]

15.3K 1.8K 243
                                    


Double UP!

THE BILLIONAIRE'S PRINCE -

[ The Day - 16 ]

NORMAL POV







Salwa tersadar, ia menarik dirinya mengalihkan pandangan segera. SIALAN!
Menjadi bawahan Ferran bisa membuatnya mati muda. Ia berharap gagal dalam traineenya. Memilih mencari pekerjaan lain. Tidak peduli lagi atas gaji tinggi. Ia tak tergiur.

Ferran diam-diam memperhatikan sikap Salwa menahan tawa. LUAR BIASA!
Menjadi atasan Salwa bisa membangkitkan semangat hidupnya. Ia ingin meloloskan Salwa. Takkan membiarkan gadisnya lepas. Wah, sejak kapan Ia mengklaim Salwa sebagai miliknya? Ia mengukir senyum berarti.

"Saya jadi terlambat rapat karena kamu, nih."

"Loh kan saya dari tadi ingetin Bapak buat rapat. Bapak lebih fokus pada game," protes Salwa tak terima.

"Oh, berani kamu menyalahkan saya, Salwa? Begitu?"

"Tidak! Pak, mana berani saya." Salwa melambaikan tangannya.

"Masih membantah?"

"..."

Salwa tak menanggapi. Mengundang tanya Ferran.

"Kok Kamu diam? Jawab kalau saya lagi ngomong sama kamu."

"Bapak maunya gimana ini? Saya jawab dibilang ngebantah Pak."

"Kenapa manggil saya Bapak? Ingin saya jadi Bapak dari anak-anak kamu, Iya?"

Salwa tercengang tak percaya. Sungguh dibelahan bumi ini ada manusia seperti Ferran? Ia ingin bertepuk tangan, tarik kembali ucapannya tentang menyukai pria ini.

"Saya memanggil Anda 'Bapak' karena 'Bapak' itu 'atasan' saya." Salwa menekan kata dibeberapa ucapannya. Menunjuk Ferran dengan telapak tangan agar sopan.

"Atas mana? Atas ranjang?" Ferran menaikkan satu alisnya.

Salwa kembali dibuat tercengang oleh Ferran. Hebat, Salwa tak tahu lagi harus bersikap sebagaimana mestinya.

"Sudah-sudah kenapa kita jadi ngobrol gini. Saya mau rapat. Jangan ganggu saya, Salwa."

DAN SELALU BERAKHIR DENGAN DIRINYA YANG DISALAHKAN.

BRENGSEK FERRAN!!!!

- oOo -

Tiga jam berlalu, Ferran keluar dari ruang rapat. Ia memijat bahunya yang terasa nyeri. Bola mata pria itu menyapu bersih ruangan di luar ruang rapat. Ia hanya mendapati Nurul, dahinya bertaut.

Ia melepas jas yang Ia gunakan. Menyerahkan benda itu pada Nurul. Kini, dirinya dibalut oleh waistcoat dan kemeja berwarna putih.

"Salwa dimana?" tanya Ferran, suaranya terdengar dingin serta bersahabat.

"Barusan udah pulang, Pak." Nurul berusaha menyelaraskan langkahnya agar tak tertinggal jauh dari Ferran. Pasalnya, langkah kaki pria itu terlalu lebar.

"Kenapa pulang nggak nungguin saya?" Ada nada memprotes di balik seruan Ferran.

"Saya yang nyuruh Pak, semua pekerjaan udah selesai. Bapak juga udah mau pulang."

Ferran tak membalas ucapan sekertarisnya. Ia berdecak pelan. Mengambil jas yang ada digenggaman tangan Nurul.

Ia berlari kecil dan masuk di lift. Turun di lobi lantai bawah. Ferran mendorong pintu kantor yang terbuat dari kaca kala melihat punggung Salwa. Gerakannya terhenti ketika gadis itu naik ke motor seorang pria. Keduanya bahkan bercakap-cakap sejenak.

THE BILLIONAIRE'S PRINCE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang