[ TBP - 40 ]

13.5K 1.5K 308
                                    

-THE BILLIONAIRE'S PRINCE -


[ HUG - 40 ]


NORMAL POV





Suara gesekan kaki kursi berdecit di lantai menandai betapa intensnya kegiatan kedua insan tersebut. Salwa seolah tersadar dari apa yang mereka lakukan. Ia segera mendorong tubuh Ferran menjauh. Ferran hampir saja tersungkur, ia sedikit tersulut. Namun, seulas senyum menyeringai menghias di bibir tipis pemuda tersebut.

Ada percikan aneh yang menjalar di tubuh Salwa setelah berciuman dengan Ferran. Ini pertama kali dalam hidupnya, bibirnya tersentuh oleh bibir insan lainnya. Ia mendongkak, hendak melayangkan protes.

"Kamu-" Satu jari telunjuk Ferran memotong ucapan Salwa. Pria itu bertumpu dengan lututnya untuk menyamai tinggi Salwa yang tengah duduk.

"Shh, saya tahu ini kesalahan. Tapi, persetan! Saya nggak peduli kamu mau anggap itu apa pun. Yang jelas, saya benar-benar nggak bisa ngontrol diri saya lagi. Saya udah lama nahan diri nggak nyentuh perempuan. But, Salwa. You got my body and my heart. So, I can't stop it." Suara Ferran nyaris di landa frustasi.

Bagaimana dirinya sulit mengontrol diri. Ia hampir kehabisan cara untuk menghindar dari seluruh perasaannya terhadap Salwa.

"Kita nggak bisa kayak ini, Pak Ferran." Salwa melayangkan kalimatnya. Dahi gadis tersebut mengerut.

"Kenapa? Karena kamu bawahan saya? Atau karna kamu-" Suara ketukan pintu dari balik kamar Salwa mengalun.

Tak perlu mengira-ngira, karena sudah jelas pelakunya adalah Arga. Ferran berdecak, ia bangkit dari posisinya. Kemudian, berjalan membuka pintu.

"Kenapa Anda dikamar Adik saya?" Arga mecoba meredam amarahnya. Dua orang berbeda jenis di satu kamar, itu bukanlah suatu hal baik. Dan tentu, mengundang pikiran-pikiran kotor di otaknya.

"Saya cuman numpang ke kamar kecil kok, cuma ngobrol-ngobrol dikit sama Salwa, jadi agak lama," jawab Ferran dengan santai.

Salwa melotot tak percaya, semudah itu bagi Ferran menyembunyikan apa yang telah terjadi? Terlebih pada kakaknya. Kakak laki-lakinya. Ferran sialan!

"Kamu nggak mau keluar?" tanya Ferran, membuyarkan Salwa kembali ke dunia nyata. Salwa gelalapan, ia terhentak. Ferran menanggapinya dengan tertawa kecil.

Di meja, ada berbagai jenis lauk pauk yang di masak sendiri oleh tangan telaten Arga. Arga memang mencintai dunia masak. Berbeda dengan Salwa, yang pengetahuan masaknya cukup minim untuk perempuan seusianya.

Ferran duduk di sebelah Salwa, sedangkan Arga berada di pendek meja. Bertindak sebagai pemimpin di sana.

Ferran terulur mengambil nasi, ayam suwir dan sayur bening ke piringnya. Sesekali, ekor matanya melirik Salwa yang terlihat gugup.

"Saya denger-denger, Anda mecat Salwa ya, Pak?" Atensi Ferran berpindah, ia menghentikan kegiatan menyuapi dirinya kala mendengar ucapan Arga.

"Ah, soal itu... Saya ingin mengajaknya kembali bekerja sama," balas Ferran, matanya melirik Salwa.

"Saya sih nggak paham letak permasalahannya. Jadi, saya serahin aja semua sama Salwa. Toh, dia juga ntar lagi bakal jadi Ibu rumah tangga. Sekarang, saya biarin dia nentuin pilihannya." Ferran tersedak air mineral yang ia konsumsi.

"Ibu rumah tangga? Salwa mau nikah?" Rahang Ferran mengeras, pahatan wajahnya menegang. Matanya juga terpancar kemarahan. Baru saja dirinya melangkah melanggar batasnya.

Detik itu pula, Dirinya yang tengah di atas awan terperosot jatuh ke dasar bumi.

"Anda pernah ketemu kok sama calonnya. Malam itu bareng duduk juga. Kalau bukan keraguan Salwa, Riffat mungkin udah ngelamar langsung kesini." Arga tersenyum maklum menatap sosok Adik nya.

THE BILLIONAIRE'S PRINCE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang