[ TBP - 37 ]

12.3K 1.5K 421
                                    

-THE BILLIONAIRE'S PRINCE -


[ REMEMBER - 37 ]

NORMAL POV






Salwa melepaskan rangkulan tangan Ferran di jemarinya kala mendengar derap dari arah pintu. Ia menghembuskan napas, mendorong tubuh Ferran menjauh.

Sejujurnya, jantungnya saat ini tak dalam kondisi yang sehat akibat perlakuan Ferran. Netranya bergulir ke segala penjuru ruang tamu.

"Riffatnya kemana?" tanya Arga, melangkah menghampiri keduanya, ia menunduk menaruh satu cangkir berisi teh untuk Ferran.

"Saya disini bukan sebagai atasan. Saya datang kesini sebagai pria. Saya tunggu jawaban kamu." Suara itu dingin dan dalam, berbisik di telinga Salwa.

Salwa mundur beberapa langkah, merasa jaraknya masih terlalu dekat dengan Ferran. Ferran melirik Arga, ia mengukir senyum tipis pada pemuda yang lebih muda darinya tersebut.

"Saya pamit dulu. Sudah larut, selamat malam. Terima Kasih atas jamuannya, Arga," tandas Ferran, pamit mengundurkan diri.

Salwa tak menanggapi, dirinya masih terpaku. Jawaban dalam hal maksud Ferran? Ia hanya memandang punggung itu berlalu dari kediamannya.

"Kamu kenapa?" Salwa menggaruk kepalanya yang tak gatal. Lalu, menggeleng. Ia melemparkan senyum palsu.

Salwa ingin menenangkan diri. Salwa menguap, rasa kantuk menyerbunya. Makan malam? Sudah kenyang dengan insiden hari ini. Salwa menekan knop pintu, keningnya bertaut.

KENAPA DIRINYA MALAH MENUJU KAMAR MANDI?

Salwa berhalusinasi menuju kamar, yang akhirnya berbelok ke kamar mandi.

Salwa menampar kedua pipinya, setelah mengaduh sakit. Ia merasa sudah kembali tersadar.

Ferran memang memiliki kebiasaan buruk membuatnya berantakan!

- oOo -

Lampu kamar yang masih menyala, kondisi kamar berantakan, gelas bekas susu, bungkus cemilan berserakan. Ditambah, kicauan burung pagi hari terasa begitu menyebalkan.

Gadis yang tertidur dengan posisi telengkup itu membuka kelopak mata perlahan. Kembali memejamkan matanya. Ia menggaruk kepala, menghapus jejak liur di pipi kanannya.

Mengapa dia jadi sering menggaruk kepala? Salwa mencoba mengingat kapan terakhir kali dirinya keramas. Hm, tiga hari yang lalu.

Pantas saja rambut panjangnya yang mulus begitu lepek dan kering. Persetan terlambat ke kantor! Ia akan menyalahkan Ferran.

Karena pria itu, ia tak dapat tertidur semalam. Demi apapun, mengapa sikap Ferran sangat berefek padanya?

Salwa takut dirinya hanya terjebak candaan pria tersebut. Sedang dirinya mati-matian memikirkan kejadian tadi malam, Ferran mungkin tengah terbahak untuk kisahnya yang menyedihkan.

Handphone Salwa bergetar di meja nakas pendek sebelah tempat tidurnya. Ia berdecak, tangan kirinya meraba-raba sekitar.

Prangg

Mau tak mau, Salwa bangkit setelah mendengar salah satu benda terjatuh. Ia membuka matanya sempurna, menemukan handphone yang terselip dibawah meja nakas.

Tangan Salwa terulur menjangkau benda persegi empat tersebut. Sebelum membuka pesan masuk, ia terlebih dahulu mengecek jam.

Pukul enam pagi, perutnya panas. Mendadak merasa lapar. Meski semalam ia menghabiskan seluruh cadangan cemilannya.
Kebiasaanya saat sedang stress memang selalu mencari makanan.

THE BILLIONAIRE'S PRINCE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang