[ TBP - 33 ]

12.5K 1.5K 305
                                    

-THE BILLIONAIRE'S PRINCE -


[ WITH YOU - 33 ]


NORMAL POV



"Alea udah minum obat?" tanya Ferran, setelah dirinya bertemu Willos. Ia tanpa berbasa-basi, karena tujuannya hanya satu.

"Belum, tadi Dokter udah dateng meriksa. Katanya Alea kebanyakan pikiran," jawab Willos.

Keduanya melangkah bersama menuju lantai atas kamar Alea. Willos berpamitan, dirinya menerima panggilan setelah handphonenya berdering.

Ferran menghembuskan nafas. Bukankah saat terakhir bertemu Alea baik-baik saja? Ia melayangkan senyum tipis pada Willos. Pria itu melambaikan tangan.

Netra Ferran disuguhkan oleh kamar yang didominasi warna pink. Dinding, lemari dan beberapa barang kecil. Ferran memejamkan matanya. Entah sudah beberapa kali Ia kekamar ini, udaranya selalu sama. Kian dingin dan memberi kesan cemas.

Alea tertidur di tempat tidur king size miliknya. Pelipis perempuan itu nampak peluh oleh keringat. Ferran menutup pintu dengan gerakan se-pelan mungkin. Ia menghampiri Alea. Meletakkan telapak tangannya di dahi Alea. Memeriksa suhu tubuh Alea.

"Kak Xavierr... Kak... Ja-jangan... Hiks..." Alea berbicara dalam tidurnya. Ada tetes air mata terjatuh. Sepertinya, Alea bermimpi buruk.

Ferran mengusap rambut Alea, dirinya tahu seberapa besar penderitaan Alea. Ia yang paling memahami bagaimana rasanya kehilangan. Salahkan dirinya ingin mencoba mengisi kekosongan yang ditinggalkan Xavier? Namun, Ferran sepenuhnya sadar. Bahwa itu akan berakibat fatal pada dirinya.

Ferran tercekat kala Alea menggenggam erat pergelangan tangan dirinya. Seolah begitu takut ditinggalkan olehnya.

"Kakak disini Alea," tukas Ferran, baritone suaranya begitu khawatir.

Ia dengan setia mengusap peluh keringat Alea menggunakan handuk basah yang dingin. Berharap Alea segera pulih.

- oOo -

"ASTAGFIRULLAH." Suara Salwa menggema memenuhi isi penjuru rumahnya. Ia menelan ludahnya susah payah. Nyaris tak sanggup menelan liurnya sendiri.

Matanya di manjakan oleh seorang pria yang berpakaian kemeja putih dibalut celana kain coklat muda. Hanya menggunakan dua potong pasang baju dan terlihat sangat menawan. Salwa bahkan terperangah. Jatuh pada pesona kuat pemuda itu.

Salwa juga ingin memprotes kenapa kancing pemuda tersebut tidak terpasang dengan benar? Dua kancing teratasnya sengaja tak dikaitkan! Mengundang sisi laparnya sebagai wanita normal meraung-raung ingin menyentuh tubuh pria itu.

Salwa berdoa agar tidak mimisan sekarang. Menguatkan diri untuk tidak bertindak anarkis.

"Style saya aneh, ya? Sampai kamu istighfar gitu?" ragu pemuda tersebut. Ia mengusap tengkuknya. Merasa malu. Biasanya, Riffat memang bersetelan lengkap.

Iya aneh! Hampir mati di tempat Salwa!

"K-kak Riffat..."

Riffat menahan tawa, ia menutup bibirnya dengan telapak tangan. Salwa terlihat lucu, rambut harimau, wajah kusutnya di pagi hari.

"Udah jam sembilan pagi, kamu baru bangun?"

Pertanyaan itu membuyarkan fantasy nakal di otak Salwa. Ia menepuk dahinya, mengingat sesuatu. Benar ia baru saja dari tempat tidur.

Salwa berpikir sejenak diujung bibirnya ada iler tidak? Ia belum sempat bercermin! Saat keluar tiba-tiba terpampang pria tampan.

"Hey, Salwa?"

THE BILLIONAIRE'S PRINCE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang