[ TBP - 22 ]

14.2K 1.6K 349
                                    

- THE BILLIONAIRE'S PRINCE -


[ KewajibanQ - 22 ]

NORMAL POV





"Sayang."

Baritone suara pemilik perusahaan FWP Corp tersebut mengundang atensi seluruh karyawan wanita di kantornya. Suaranya rendah yang bass hampir terdengar di satu lantai. Akibat dirinya tak menahan pita suara.

"Eh, maksudnya Salwa." Ferran mengubah nya dengan cepat. Meski, seratus persen dirinya yakin bahwa itu bukan kesalahan. Sayang-sayang dulu, siapa tahu nanti jadi kenyataan. Anggap saja sebagai doa.

Pupus sudah harapan karyawan disekitar nya kala mengetahui ternyata Ferran bukan memanggil salah satu diantara mereka. Tercipta keheningan akibat rasa hampa yang tiba-tiba terukir di relung hati mereka. Karyawan pria menunduk, terkekeh menertawakan hal tersebut. Makanya jangan 'ngarep'.

Salwa, perempuan yang menjadi objek panggilan Ferran menoleh. Ia berdumel dalam hati. Siap-siap harus ditimpalkan kesalahan lagi oleh atasannya tersebut. Sialan! Kenapa Ferran sosok sempurna dimatanya sirna setelah mengenal sisi lain pemuda itu? Ini menunjukkan fakta, bahwa dirinya hanya tertarik semata oleh pesona Ferran.

Salwa menarik nafas, lalu menghembuskan nafas. Detik berikutnya, ia mengubah ekspresi wajah menjadi lebih ramah. Bibir kecilnya membentuk senyum manis. Namanya juga bawahan. Menjilat atasan bukan hal tabu lagi. Karena, sekali berbuat kesalahan. Sekali depan saja sudah berakhir dari perusahaan. Jangan lupa, bahwa orang dibelakang selalu siap menggantikan posisi yang dirinya emban saat ini.

"Kamu udah nyelesaiin pemindahan folder isi Aliansi Tiga Perusahaan? Saya mau nerima bersih." Ferran berucap setelah menyelaraskan langkahnya dengan Salwa. Melihat gadis itu kesulitan mengikuti langkah kakinya. Tanpa sadar Ferran memperlambat laju langkahnya. Yang kini, dirinya nya lah mencoba menyesuaikan kaki pendek Salwa. Padahal, biasanya secara naluri Ferran tak memperdulikan orang disampingnya mau berlari atau apapun. Selalu hanya menjadi pihak yang bersifat egois dengan kaki jenjangnya.

Salwa mengernyit. Bukankah kemarin Ferran membatalkan tugas itu? Kata Ferran itu bukan bagian pekerjaannya meminta Ia menyerahkan tugas tersebut kepada Nurul.

"Sudah dikerjakan oleh Bu Nurul, Pak," jawab Salwa. Sejujurnya, ia tak memahami arah pembicaraan mereka.

Ferran menahan pergelangan tangan Salwa. Suasana koridor menuju ruang kerja-nya begitu sepi.

"Kamu nyerahin tugas kamu ke orang lain? Lalu, saya gaji kamu untuk apa?"

Keduanya saling bertatapan satu sama lain. Ferran dengan tatapan marahnya dan Salwa dengan keryitan di keningnya. Tuhan, ini atasannya lupa?

"Tapi Pak Ferran sendiri yang bilang itu terlalu berat makanya saya nggak bisa kerjain." Ferran mendengar kekesalan dari balik kalimat Salwa.

"Oh salah saya salwa?" Senyum miring mengukir wajah Ferran. Semakin menambah rasa kesal Salwa.

ATASAN BRENGSEK!

"Salah saya Pak, seharusnya saya mampu mengerjakan tugas saya sesulit apapun."

Ferran mengangguk menyetujui ucapan Salwa. Beginilah karyawan, tidak boleh melimpahkan kesalahan pada atasan. Dengar? Tidak boleh.

"Ya sudah nggak apa-apa. Anggap aja gaji dari saya itu sebagai nafkah untuk kamu."

Salwa membalikkan kepalanya ke sebelah dinding. Seolah ingin muntah atas perkataan Ferran. Nafkah? Halusinasi pria tersebut tinggi juga ternyata.

THE BILLIONAIRE'S PRINCE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang